Dalam hal ukuran fisik, perangkat terkecil senjata atom yang diketahui adalah hulu ledak W54 Amerika yang inti nuklirnya berdiameter 10,75 inci (273 mm), panjang sekitar 15,7 inci (400 mm), dan berat sedikit di atas 50 pon (23 kg) dengan kekuatan 10 – 1.000 ton TNT (Hiroshima 15kt TNT, Nagasaki 21kt TNT)
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Tanggal 12 Oktober 2002, dua buah bom meledak di Bali. Bom pertama meledak di Paddys Café, termasuk berdaya ledak rendah (low explosive), dan disusul kemudian dengan ledakan bom berkekuatan sangat tinggi (high explosive) di Sari Club, Kuta.
Total 202 meninggal dunia karena peristiwa tersebut. Saat itu pemerintah Bush tengah gencar-gencarnya merekrut negara-negara lain, salah satunya Indonesia, agar mau bergabung dengan AS dalam perang melawan terorisme pasca serangan ke Twin Tower New York.
Ketika itu Presiden Megawati kurang memberikan tanggapan. Atas desakan umat Islam, pemerintah Megawati kala itu gamang merespon ajakan Bush. Dan meledaklah Bom Bali. Usai tragedi itu, pemerintah Megawati pun mau tidak mau berperan serta, aktif dalam perang melawan apa yang dinamakan AS sebagai terorisme. Indonesia saat itu sangat pro-aktif menangkapi para aktivis Islam, hingga banyak kalangan secara sinis menyebut republik ini telah menjadi negara bagian AS ke 51.
Amrozi dan kawan-kawan telah mengakui membom Paddys Café, yang berdaya ledak rendah. Namun mereka menolak sebagai pelaku yang meledakan bom berkekuatan sangat tinggi yang meledak di Sari Club, Kuta. “Kami tidak memiliki kemampuan untuk membuat bom sedahsyat itu, ” ujar Imam Samudera suatu ketika.
Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Almarhum Letnan Jenderal TNI (Purn.) Zaini Azhar Maulani saat itu berkeyakinan bahwa yang meledak di Sari Club adalah bom mikro nuklir. “Hanya mikro nuklir yang memiliki efek ledakan seperti itu, bukan RDX apalagi TNT. Dan mikro nuklir yang ada di dunia ini hanya diproduksi di instalasi nuklir Dimona, milik Israel.”
Baca Juga : 22 September 1979, The Vela Incident: Percobaan Nuklir Rahasia Israel di Atlantik Selatan
Baca juga : 30 Oktober 1961, Uni Soviet Meledakan Tsar Bomba: Bom Atom terkuat dan terbesar di Dunia
Bukti menguatkan
Bukti yang menguatkan adalah para kulit korban hingga saat ini masih sakit, gatal-gatal, dan bila terkena sinar matahari menjadi keriput dan bengkak, mirip korban bom nuklir di Hiroshima, Jepang. “Bagi yang tidak percaya saya ajak ber-mubahalah, siapa yang dusta disambar petir. Itu (bom) tidak mungkin disebabkan oleh karbit,” pungkas dia.
“Saya pun diajak rapat membahas hal itu dengan sejumlah petinggi MUI di Istiqlal. Namun, karena adanya tekanan dari pihak tertentu, maka hasil investagasi MUI urung dipublikasikan dan batal menjadi saksi adecharge (meringankan) di sidang pengadilan Amrozi dkk di Bali,” ungkap dia.
Temuan Maulani dikuatkan oleh Joe Vialls. Mantan pakar demolisi dari kesatuan elit tentara Inggris SAS, yang kemudian desersi dan menetap di Australia sebagai pengamat masalah-masalah intelijen juga meyakini bom yang meledak di Sari Club adalah mikro nuklir, karena ada efek cendawannya. Vialls menulis tiga artikel berjudul: Bali Micro Nuke Buried By Western Media, Bali Micro Nuke-Lack of Radiation Confuses “Expert”, dan Micro Nuke Used in Bali “Terrorist” Lookalike Attack.
“Efek cendawan merupakan satu-satunya efek yang bisa dibuat oleh bom nuklir. Dan bom yang meledak di Sari Club, Kuta-Bali, memang mikro nuklir,” ujar Vialls.
Letjen Maulani menghembuskan nafas beberapa waktu kemudian karena sakit. Dan Joe Vialls juga menemui ajal beberapa tahun kemudian. Kematiannya mencurigakan karena sangat mendadak. Ada indikasi Vialls diracun oleh Mossad, sama seperti Litvinenko diracun oleh agen-agen KGB atas perintah Vladimir Putin.
Saat terjadinya ledakan, sebuah kapal perang AS memang tengah melabuh jangkar di pelabuhan Genoa Bali dan anehnya bisa melakukan sweeping sekeliling kapal dalam radius ratusan meter, agar siapa pun tidak mendekat.
Kesaksian seorang kapten Kapten Rodney Cox angkatan bersenjata Australia yang tengah berlibur di Kuta dan selamat dari ledakan di Sari Club juga patut mendapat perhatian. Menurutnya, beberapa detik sebelum bom meledakkan Sari Club, aliran listrik padam di sekitarnya, seolah ada gelombang elektomagnetik atau gelombang radiasi yang menyebabkan listrik padam.
Tulisan yang dimuat di situs Army Australia, tetapi mendadak dihapus karena laporannya bisa membuat masalah bagi Australia di masa datang,” ungkap Fauzan Al-Anshari, Direktur Lembaga Kajian Strategis Islam (LKSI), Minggu (9/11/2008).
“Sayang sekali, sampai sekarang umat Islam tidak mengetahui second opinion siapa sesungguhnya pelaku utama bom tersebut,” sesalnya.
Fauzan menyatakan, sudah beberapa kali dirinya bertemu Jenderal (purn) Ryamizard Ryacudu, mantan KSAD era Megawati. Dalam pertemuan itu Ryamizard menjelaskan ketidakmampuan TNI untuk membuat bom sedahsyat itu.
Baca juga : Laporan: Israel Menjatuhkan Bom Setara Dua Bom Nuklir di Jalur Gaza
Baca juga : Insinyur Soviet Meledakkan Bom Nuklir Bermil-mil di Bawah Tanah untuk Memadamkan Kebakaran Sumur Gas