Hari ini dalam Sejarah

12 September 1683, Di Vienna(Wina) Austria, Utsmaniyah Tertahan

Hanya Vienna yang Belum Ditaklukkan Pasukan Islam

ZONA PERANG (zonaperang.com) – Dengan jatuhnya Kota Budapest maka runtuhlah Kerajaan Hungaria. Setelah menaklukkan Kota Budapest, pada tahun 1529 M Sultan Sulaiman Terus malanjutkan Ekspedisi militernya untuk merebut Kota Vienna, namun usaha Sultan Sulaiman menemui kegagalan karena cuaca dingin yang sangat Ekstrim.

Menurut “Toynbee”, tujuan Sulaiman menyerang Vienna adalah karena dia ingin memperkuat kekuasaan Utsmaniyah di wilayah Hungaria. Namun Keputusannya untuk menyerang Vienna dipandang sebagai gerakan taktis setelah kemenangannya di Hungaria.

Tapi kali ini kita akan membahas tentang Pengepungan Vienna II yang terjadi pada 1683 M. Setelah gagal menaklukkan Kota Vienna pada pengepungan 1529 M dan Wafatnya Sultan Sulaiman. Kekhalifahan Utsmaniyah mulai mengalami penurunan dan stagnasi dalam melakukan jihad untuk membebaskan Eropa, namun usaha dalam menghidupkan semangat jihad kembali dilakukan setelah wafatnya Sultan Selim II, walaupun para Sultan Utsmani setelahnya tidak pernah memimpin langsung pasukannya untuk menuju medang perang, tapi semangat jihad dalam diri pasukan Utsmani masih sangat tinggi dan hegemoni Utsmani tetap menjadi yang terkuat di seluruh dunia.

Baca Juga : 28 September 1538, Kemenangan Gemilang Armada Laut Utsmani di Preveza Yunani(Pertempuran Preveza).

Baca Juga : 30 Oktober 1918, Perjanjian Mudros: Akhir Keterlibatan Ottoman di PD I & Wajah Timur Tengah Saat Ini

Misi yang sama

Setelah 154 tahun gagalnya misi menaklukkan Kota Vienna, pada pada tahun 1683 M, usaha menaklukkan Kota Vienna kembali dihidupkan dimasa Sultan Mehmed IV. Dan Setelah 150 tahun lebih Utsmani berdamai dengan Kekaisaran Habsburg, pada tahun 1680 M Kekhalifahan Utsmaniyah mulai mempertimbangkan kembali hubungan mereka dengan Habsburg. Pada masa itu Kekhalifahan Utsmaniyah dibawah kepemimpinan Sultan Mehmed IV berhasil mengembalikan kemampuan serta kekuatan militer Utsmani dalam waktu yang cukup singkat dan mengalami perkembangan yang signifikan.

Ekonomi negara berhasil meningkat pesat dan kembali stabil, Pasukan Utsmani kembali melakukan serangkaian penaklukan ke arah wilayah Hungaria (1660 dan 1663), Crete (1669), dan Polandia-Lithuania (1672). Selain memiliki sistem keuangan yang baik dan militer yang kuat, Kekhalifahan Utsmaniyah ingin terus mempertahankan Hegemoni Militernya dan terus menyiarkan Agama Islam Yang Agung ke seluruh Penjuru Benua Eropa. Maka dari itu Sultan Mehmed IV sangat berkeinginan Menaklukkan Kota Itu, walau bagaimanapun, Vienna adalah Ibukota Kekaisaran Habsburg yang menjadi gerbang terakhir Kekhalifahan Utsmani sekaligus jalan terakhir untuk membebaskan Eropa Barat

Kota Vienna adalah sasaran ekonomi yang sangat menarik bagi Kekhalifahan Utsmani. dengan kekuatan dan pertahanan Kokoh yang dimiliki Vienna, Kekaisaran Habsburg dapat mengendalikan rute perdagangan di seluruh tengah dan selatan Eropa. Kota Vienna juga dijuluki sebagai Kota Tersibuk didunia setelah Konstantinopel dan Jantungnya Negara-Negara Eropa, karena orang Eropa beranggapan jika suatu saat Kota Vienna jatuh ke tangan Kekhalifahan Utsmaniyah maka seluruh wilayah Eropa yang tersisa akan sangat mudah dikuasai oleh Utsmani.

Di pihak Utsmani, Perdana Menteri yang berkuasa pada waktu itu yakni “Kara Mustafa Paşa” menilai bahwa Kekaisaran Habsburg sedang berada dalam kondisi lemah karena sedang dilanda krisis keuangan dan beberapa persoalan internal serta menghadapi rivalitas dengan negara tetangga. Atas penafsirannya tentang situasi politik yang menyebabkan Habsburg melemah, maka pada 31 Maret 1683 M Kekhalifahan Utsmaniyah secara resmi mendeklarasikan perang terhadap Kekaisaran Habsburg. Deklarasi tersebut dikeluarkan langsung oleh Sultan Mehmed IV.

Dan pada 1 April 1683 M, Sultan Mehmed IV bersama pasukannya meninggalkan Konstantinopel (Istanbul), dan Menuju ke Kota Edirne, dan ia maju terus hingga mencapai Kota Belgrade pada awal bulan Mei, di mana pasukan Yenisseri, Artileri, dan sebagian besar pasukan Kavaleri yang berasal dari provinsi di Asia Kecil dan provinsi-provinsi Arab ikut menyusul dan bergabung. Sultan Mehmed IV kemudian memutuskan untuk tinggal di Belgrade dan menunjuk Perdana Menteri Kara Mustafa Paşa untuk menjadi Panglima besar pasukan.

Perkembangan Utsmani dari masa ke masa

Baca juga : 26 Juni 1522, Siege of Rhodes : Pijakan Utsmaniyah menuju Hongaria dan Austria

Baca juga : 27 Juli 1302, Battle of Bapheus : Kemenangan pertama Turki Utsmaniyah melawan tentara bayaran Bizantium

Bergerak

Selanjutnya pasukan Utsmani terus melakukan bergerak menuju Vienna yang dipimpin oleh Panglima besar Kara Mustafa Paşa. Dibawah pimpinan Kara Mustafa Paşa Pasukan Utsmani Belajar dari kesalahan yang dilakukan Sultan Sulaiman 154 tahun sebelumnya, yakni ketika pasukannya tiba di Vienna pada akhir bulan September, yaitu ketika musim gugur mulai menjadi basah dan dingin, yang mana itu membuat pergerakan Pasukan Utsmani menjadi terhambat dan memilih mundur, maka pada kali ini Pasukan Utsmani tiba di Vienna pada 14 Juli 1683 M.

Agar misinya dapat berjalan dengan lancar, Kara Mustafa Paşa membawa sekitar 150.000 Pasukan terbaik Utsmani, bukan berarti yang dibawa dalam ekspedisi itu seluruhnya adalah pasukan. Sebagian besar pasukan Utmani justru terdiri dari pasukan sukarela, mereka adalah para personil pendukung: orang-orang yang membuat ekspedisi seperti ini dapat berjalan, mulai dari koki hingga tim pembantu yang bertugas untuk melayani kebutuhan para pasukan. Komposisi pasukan Khusus Utsmani hanya terdiri dari orang-orang Krimea Tatar, Arab, dan Asia Kecil.

Melarikan diri

Begitu mendengar berita tentang pasukan Utsmaniyyah yang sedang mendekat ke Vienna, Kaisar Habsburg (Leopold I), dan orang-orang istananya, melarikan diri bersama 60.000 warga Vienna lainnya. Kaisar Leopold I meninggalkan Kota Vienna pada 7 Juli 1683 M dan menuju ke Linz (sekarang Austria di sisi Sungai Danube) dan Passau (sekarang Jerman, di sisi Sungai Danube). Pada waktu yang bersamaan, ketika orang-orang melarikan diri dari Vienna, puluhan ribu petani lokal dari sekitar kota justru berhamburan memasuki dinding kota untuk perlindungan.

Di balik dinding kota, pasukan Habsburg yang bersiap untuk mempertahankan kota hanya berjumlah 15.000 orang, sekitar 1:10 dari jumlah Pasukan Utsmani. Pada 15 Juli, selang 1 hari setelah kedatangan pasukan Utsmani, Kota Vienna telah dikepung dan diblokade. Sejak hari itu sampai dua bulan ke depan, Vienna terus menerus diserang oleh senjata api Pasukan Utsmani. Dan selama proses pengepungan berlangsung, Pasukan Utsmani memusatkan serangan mereka ke dinding kota yang berada di antara Burg Bastion dan Löbl Bastion.

Namun, tidak seperti pada tahun 1529 M ketika di masa Sultan Sulaiman, kali ini Pasukan Utsmani tidak memiliki senjata artileri berat. Bagaimanapun, 140 pucuk Meriam Kecil / senjata lapangan (Field Guns) milik Pasukan Utsmani tidak cukup memadai untuk melawan 260 meriam dan mortir milik pasukan pertahanan kota Vienna. Akan tetapi pasukan pertahanan kota mengalami kekurangan amunisi.

Terowongan

Untuk menyiasati kelemahan pasukan Artilerinya, Kara Mustafa Paşa menggunakan prajurit yang ahli dalam serangan bawah tanah, yakni dengan cara menggali terowongan kecil dan kemudian meledakkan tembok dari bawah tanah. Namun pasukan Vienna bersikeras bertahan, mereka melakukan serangan bawah tanah balasan, memperbaiki tembok, dan menghentikan penerobosan yang terus menerus dilakukan oleh Pasukan Utsmani. Para Perwira Bertahan Kota Vienna yang diberi tanggung jawab atas pertahanan bawah tanah memerintahkan agar setiap pasukan pertahanan Kota Vienna yang ditemukan tertidur di posnya harus segera ditembak di tempat, hal ini dilakukan agar para pasukan Pertahanan Kota Vienna tidak lalai dalam melakukan tugasnya.

Seiring berjalan-nya waktu dan semakin lama-nya pengepungan berlangsung, pasukan dan penduduk kota Vienna mulai kehabisan makanan dan air bersih, sehingga mereka mulai memakan apa saja yang bisa dimakan, termasuk kucing dan tikus. Dilaporkan, setengah dari pasukan pertahanan di dinding kota telah tewas dalam proses pengepungan ini. Sementara itu, di luar dinding kota, semangat Pasukan Utsmani juga menurun karena kemenangan yang mereka harapkan tidak juga kunjung datang. Dan persediaan makanan mereka juga mulai habis, dan terlebih, dengan musim dingin yang sudah semakin mendekat, mereka membutuhkan kemenangan yang cepat.

Baca juga : 20 Juli 1715, Perang Utsmaniyah-Venesia Ketujuh : Ottoman Turki merebut Nauplia, ibu kota Republik Venesia “Kerajaan Morea”

Baca juga : 15 Juli 1849, Serangan Udara dan penggunaan drone tidak berawak pertama kali dalam sejarah oleh Austria

Korban

Selama proses pengepungan, sekitar 20.000 Pasukan Utsmani telah Syahid. Bagaimanapun, dengan segala jerih payahnya, pada 2 September 1683 M Pasukan Utsmani berhasil mengambil alih Burg Ravelin, salah satu titik pertahanan Kota Vienna yang berparit. Kemudian pada 6 September 1683 M dinding Burg Bastion juga berhasil diledakkan dari bawah tanah. Dan pada saat itu pasukan Vienna sudah kehilangan lebih dari separuh kekuatan mereka yang juga dilemahkan oleh penyakit disentri dan kurangnya makanan serta Air Bersih. Kota Vienna tinggal menunggu datangnya serangan akhir yang mematikan dari Pasukan Utsmani.

Tetapi sayangnya serangan akhir yang mematikan itu tidak pernah terjadi, Karena Panglima Kara Mustafa Paşa malah membariskan pasukannya di luar dinding kota tanpa menyuruh masuk pasukannya ke dalam kota, dia berusaha membuat penduduk kota untuk menyerah duluan kepada Pasukan Utsmani tanpa melakukan perlawanan. Sebuah keputusan yang kelak akan sangat dia sesali, dia tidak tahu bahwa di luar sana puluhan ribu pasukan bantuan Eropa akan datang dan sedang menuju ke Vienna. Di tengah situasi kritis seperti itu, Kaisar Habsburg Leopold I, telah pergi meninggalkan Vienna, meskipun dia tampak seperti mengabaikan Vienna, namun sebenarnya dia pergi untuk mencari bantuan dari negara lain.

Komitmen pasukan

Tanpa diketahui pihak Utsmani, berbagai negara Eropa berkomitmen mengirimkan pasukan untuk membantu Kekaisaran Habsburg. Di antara mereka yang akan datang adalah pasukan dari Bavaria, Sachsen, Franconia, dan beberapa Kerajaan German lainnya. Bersama mereka juga datang 18.000 Pasukan Kavaleri ‘winged hussars’ Polandia yang dipimpin langsung oleh Raja Polandia, John III Sobieski. Raja Sobieski dalam beberapa kesempatan sebelumnya sudah pernah bertempur dengan Pasukan Utsmani.

Pada 9 September 1683, sebanyak 75.000-80.000 pasukan bantuan dari Eropa telah tiba di Vienna. Mereka dipimpin oleh John III Sobieski, Raja Polandia, yang dianggap telah berpengalaman dalam menghadapi pasukan Ustmaniyah (Ottoman). Adapun senjata berat yang mereka bawa adalah 160 meriam yang dipusatkan di barat laut kota Vienna. Saat mengetahui hal itu, Kara Mustafa Paşa terlalu pede dan Meremehkan kekuatan pasukan bantuan, dan yang lebih parahnya dia meninggalkan sebagian besar pasukan Yenisseri di sekitar parit-parit kota dan bukan melanjutkan penaklukkan Kota Vienna yang tinggal selangkah lagi dapat dengan mudah ia kuasai.

Kesalahan informasi intelijen

Kara Mustafa Paşa berencana untuk menghancurkan pasukan sekutu Kristen terlebih dahulu dengan menggunakan serangan pasukan Kavalerinya. Karena kesalahan informasi intelijen, Kara Mustafa menganggap bahwa pasukan Kristen akan menyerangnya pada 11 September 1683 M dan memerintahkan agar seluruh pasukannya tetap terjaga di sepanjang malam itu, hal itu merupakan sebuah kesalahan fatal, karena Pertempuran justru dimulai ketika pagi hari pada 12 September 1683 M, antara pasukan garis depan Turki Utsmani dengan pasukan sayap kiri Kristen Lorraine di dekat Nussberg

Pasukan Lorraine, yang diperkuat oleh pasukan Saxon, segera mencapai sayap kanan Pasukan Turki Utsmani. Pasukan Bavarians dan Franconia juga turun dari bagian lereng bukit dan segera bergabung dalam pertempuran melawan pasukan tengah dan sayap kanan Turki Utsmani. Sementara itu pasukan sayap kanan Kristen, yakni pasukan Polandia, maju perlahan karena medan yang sangat sulit, tetapi menjelang sore, pasukan garis depan Polandia telah bergabung ke dalam pertempuran.

Tidak mampu bertahan

Meskipun pasukan Turki Utsmani telah bertempur dengan gagah berani, namun pasukan Kristen melalui serangan cepatnya pada sekitar pukul tiga sore telah memastikan kemenangannya. Pasukan sayap kiri Utsmani dan Tatar tidak mampu menahan laju serangan kuat dari pasukan kavaleri Polandia, yang pertama kalinya mencapai tenda perkemahan pasukan Utsmani dari arah barat. Terlepas dari keberhasilan pasukan Utsmani dalam menghancurkan beberapa sisi dinding kota Vienna, namun bagaimanapun pengelolaan pasukan Utsmani belum Terorganisir atau memiliki motivasi yang kuat sebagaimana pasukan Kristen yang dipimpin oleh Raja Sobieski.

Ketika arah kemenangan telah berpihak kepada Pasukan bantuan Kristen, Kara Mustafa Paşa, segera mengeluarkan perintah untuk mengeksekusi 30.000 tawanan perangnya. Tidak diketahui apa yang sedang ia pikirkan, apakah itu didorong oleh rasa panik, kemarahan, atau kebencian, sejarah tidak pernah mencatatnya, tetapi yang jelas peristiwa ini secara signifikan telah menambah jumlah kuburan massal yang ada di lokasi. Sementara sisa-sisa pasukan Yenisseri masih melakukan perlawanan ketika Sobieski mengeluarkan perintah kepada unit kavaleri beratnya (Winged Hussars), untuk melancarkan serangan terakhir yang sangat mematikan.

Baca juga : 30 November 1853, Battle of Sinop : Rusia menyerang Utsmaniyah, awal perang Krimea dan aksi besar terakhir armada kapal layar

Baca juga : 05 Juli 1914, Jerman memberikan jaminan “mendukung buta tanpa syarat” apapun yang kelak dilakukan Austria-Hongaria

Meninggalkan pasukan

Sekitar pukul 4 sore, Kara Mustafa Paşa sudah memiliki firasat bagaimana hasil akhir dari perang ini, dan pada akhirnya dia memutuskan untuk mundur sendiri meninggalkan sebagian besar pasukannya yang tetap bertempur dengan gagah berani dan mati-matian, Sebagian besar pasukan Utsmani masih tetap berlaga dimedan perang, terlepas apakah mereka mengetahui atau tidak, tentang mundurnya Panglima besar mereka, pada akhirnya Pasukan Utsmani yang tersisa membuat keputusan serupa untuk mundur dan melarikan diri. Dan pada pukul 6 sore, Sobieski secara pribadi turun langsung untuk memimpin serangan, pasukan berkuda Kristen berlomba-lomba mengejar pasukan Utsmani yang tersisa.

Peristiwa pengejaran ini berlangsung sampai berhari-hari setelahnya. Sekitar 40.000 Pasukan Utsmani Telah Syahid dalam Pertempuran, kali ini Pasukan Utsmani benar-benar dikalahkan. Mereka yang belum terbunuh dan masih sempat melarikan diri, meninggalkan banyak harta rampasan bagi Pasukan Kristen. Sementara itu, Kara Mustafa Paşa, yang berhasil selamat dari medan pertempuran, berusaha menyelamatkan diri di hadapan Sultan Mehmed IV dengan mengatakan bahwa kekalahan Pasukan Utsmani disebabkan komandan bawahannya yang telah melakukan kesalahan di lapangan dan bukan karena ketidakcakapannya.

Kemarahan

Dalam waktu yang bersamaan, dia juga mengeksekusi orang-orang yang diduga akan memberitahu Sultan bahwa dia telah melarikan diri dari medan pertempuran. Meski demikian, Sultan tidak mempercayainya, dan kemarahannya atas Kara Mustafa Paşa tidak terbendung. Dan pada 25 Desember 1683 M, Sultan Mehmed IV memerintahkan pelaksanaan eksekusi terhadap Kara Mustafa Paşa di Belgrade, Dia dieksekusi dengan cara di hukum Gantung Kata-kata terakhir dari Kara Mustafa Paşa yang disampakan kepada Algojo-nya adalah, “Pastikan simpulnya talinya telah diikat dengan benar.”

Dengan kalahnya Kekhalifahan Utsmaniyah dalam Pengepungan Kota Vienna II 1683 M. Maka Ekspansi dan Penaklukkan Utsmani ke Eropa menjadi terhenti. Setelah itu Kekhalifahan Utsmaniyah kembali mengalami Stagnasi dan Kemunduran Militer, yang membuat Kekhalifahan Utsmani tidak pernah berniat lagi melakukan Ekspansi ke Benua Eropa. dan Siege of Vienna II telah menjadi penutup dan sekaligus akhir dari Ekspedisi Militer Kekhalifahan Utsmani yang dikenal sebagai “Gangguan terakhir Peradaban Asia atas Peradaban Eropa” (AFG.) “Farruq 1453”

Refrensi:

Salahudin, The Siege of Vienna: The Last Great Trial between Cross & Crescent, Osman’s Dream: The Story of the Ottoman Empire, Encyclopedia of the Ottoman Empire, The Decline and Fall of the Ottoman Empire, (Palmer, Alan), “The Beginning of the End: The Failure of the Siege of Vienna of 1683”.

Baca juga : 3 Maret 1924, Runtuhnya Kesultanan Ottoman : Berakhirnya pemerintahan Khalifah Terakhir di Dunia

Baca juga : Film Lawrence of Arabia : Kisah perwira Intelijen Inggris di balik runtuhnya kekuasaan Utsmani Turki dan berdirinya Kerajaan Arab Saudi

 

ZP

Recent Posts

Radar Smerch MiG-25: “Mata” yang Dibangun untuk Menembus Jamming berat

MiG-25 Foxbat, pencegat Soviet yang terkenal dengan kecepatan dan ketinggiannya, memiliki radar yang sama uniknya…

1 hari ago

Mengapa India Tidak Mampu Membuat Salinan Sukhoi Su-30MKI Rusia Seperti yang Dilakukan Cina dengan Su-30nya?

India dan Cina, dua negara besar di Asia, memiliki sejarah panjang dalam memperoleh peralatan militer…

2 hari ago

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

2 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

2 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

2 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago