Hari ini dalam Sejarah

15 Oktober 1945, Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran Lima Hari di Semarang, yang dimulai pada 15 Oktober 1945, merupakan salah satu episode penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini memperlihatkan semangat juang yang membara dari para pejuang dan rakyat Semarang dalam mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikan, sekaligus menandai awal dari serangkaian bentrokan bersenjata melawan pasukan Jepang yang masih berada di Indonesia setelah kekalahan mereka di Perang Dunia II.

ZONA PERANG (zonaperang.com) – Pertempuran Lima Hari adalah peristiwa heroik yang terjadi di Semarang pasca kemerdekaan berlangsung pada tanggal 15 – 20 Oktober 1945.

Peristiwa ini termasuk dalam rangkaian sejarah kemerdekaan Indonesia seiring kalahnya Jepang dari Sekutu di Perang Dunia II. konflik dipicu oleh dua hal, yaitu kaburnya tentara jepang dan gugurya Dokter Karyadi(kelak di tahun 1964 namanya diabadikan sebagai nama rumah sakit tempatnya mengabdi).

“Di kota Semarang, Jawa Tengah, pecahlah sebuah pertempuran sengit antara pasukan Indonesia yang terdiri dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan pemuda melawan sisa-sisa pasukan Jepang. “

Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang kemudian dikenang dengan dibangunnya sebuah monumen yakni Tugu Muda di Simpang Lima di ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini.

Baca juga : 25 Ramadan, Pertempuran Ain Jalut: Kontak senjata yang paling diremehkan dan momentum pembalikan sejarah

Baca juga : Pertempuran Lima Hari Lima Malam 1947 di Palembang

Latar Belakang Sejarah

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia dinyatakan pada 17 Agustus 1945, masih cukup banyak prajurit Jepang yang belum bisa pulang ke negaranya. Tidak sedikit serdadu Jepang yang dipekerjakan, misalnya di pabrik-pabrik atau sektor lain.

Dalam Indonesia Merdeka: 30 Tahun terbitan Sekretariat Negara RI (1995) disebutkan pada 14 Oktober 1945, sekitar 400 veteran Angkatan Laut Jepang yang dipekerjakan di pabrik gula Cepiring, saat mereka akan dipindahkan ke Semarang, mereka melarikan diri dari pengawalan dan kabur ke daerah Jatingaleh(Markas Pasukan Jepang). Di sana, mereka bergabung dengan pasukan batalion Kidobutai yang dipimpin oleh Mayor Kido.

Menukil dari buku Tingkat Kesadaran Sejarah Masyarakat Propinsi Jawa Tengah oleh Hamid Abdullah dkk (1987), di tanggal yang sama, pasukan Jepang tiba-tiba menyerang dan melucuti delapan petugas kepolisian yang sedang bertugas untuk menjaga persediaan air minum di Jalan Wungkal.

Kemudian beredar isu bahwa Jepang telah meracuni air minum tersebut. Kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Purusara), Dokter Karyadi mencoba memeriksa kebenaran isu tersebut. Namun dalam perjalanan, mobil yang ditumpanginya diserang hingga membuat Dokter Karyadi gugur. Tentu saja ini memicu kemarahan rakyat Semarang sehingga pertempuran pun tidak terelakkan terlebih Mayor Kido mengerakan pasukannya untuk menguasai kota Semarang.

dr. Kariadi (15 September 1905 – 14 Oktober 1945)

Mayor Kido membagi pasukanya menjadi 2 pasukan serbu: Sa Kogekitai dan U Kogekitai. Kedua pasukan tersebut diperintahkan untuk menguasai wilayah barat dan timur Semarang.

Mengutip buku Sejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang oleh Syamsuar Said (1984), perlawanan pertama dilancarkan TKR pimpinan Letnan Widarjo. Karena kekuatan Jepang lebih besar, Letnan Widarjo ditangkap bersama 30 anak buahnya dan kemudian dibunuh. Pertahanan pemuda AMKA (Angkatan Muda Kereta Api) di gedung Lawang Sewu juga dibobol Jepang bahkan mereka berhasil menawan Gubernur Wongsonegoro.

Intensitas pertempuran semakin meningkat setiap harinya, para prajurit jepang mulai bertindak kejam dengan membunuh setiap tawanan.

Pasukan Jepang

Walaupun demikian hal itu malah semakin mengorbankan semangat para pejuang. Bantuan dari daerah sekitar Semarang terus berdatangan, Kido Butai akhirnya berhasil dipukul mundur kembali ke markas mereka di Jatingaleh. Tanggal 19 Oktober pertempuran diakhiri dengan perjanjian gencatan senjata.Mengutip Sejarah Pertempuran Lima Hari Di Semarang oleh Panitia Penyusunan PLHDS (1977), pada tanggal 19 Oktober 1945 juga, kapal HMS Glenroy yang mengangkut tentara Sekutu berlabuh di Semarang.

Proses gencatan senjata dipercepat setelah Brigadir Jenderal Bethel dari pasukan Sekutu terlibat dalam perundingan tanggal 20 Oktober 1945. Pasukan Sekutu kemudian melucuti senjata Jepang dan menawan mereka. Untuk mengenang peristiwa tersebut, dibangun Monumen Perjuangan Tugu Muda di Simpang Lima.

Catatan:

1.    Kido Butai di Semarang adalah bagian dari Batalion Infantri ke-5 Rikugun(Ankatan Darat Jepang). Saat pertempuran 5 hari Semarang Kido Butai diperkuat oleh Resimen infantri ke-42 pimpinan Mayor Yagi, kompi cadangan yang diperkuat prajurit Kempetai(Polisi Militer Jepang) dan pegawai sipil Jepang yang dipersenjatai.

2.    Kido Butai yang di tempatkan di Semarang merupakan pasukan yang bertempur di garis depan saat melawan Inggris di Malaysia dan Singapura. Mereka disiapkan untuk mempertahankan Jawa Tengah dan sekitarnya dari pendaratan Sekutu

3.    Pertempuran pecah pertama kalinya pukul 3 dini hari tanggal 15 Oktober 1945.

4.    Korban dari pihak Indonesia : mencapai 2000 jiwa(Surat kabar Merdeka edisi 22 Oktober 1945) sedangkan di pihak Jepang 255 oraang tewas atau hilang serta 45 luka-luka(Jurnal Kido Butai, 15-20 Oktober 1945)

5.    Kapten Akihira Kichiro yang merupakan perwira pelaksana Kido Butai, tangan kanan Mayor Kido menyatakan sangat menyesali kekejaman para prajurit Jepang selama pertempuran 5 hari di Semarang. Menurutnya tujuan mereka bertempur saat itu untuk mengambil alih keamanan kota dan menjaga keselamatan para tahanan Eropa hingga pasukan sekutu dating, Namun, situasi menjadi tidak terkendali. Ia menyatakan dirinya dan seluruh Kido Butai seharusnya diadili karena telah melakukan kejahatan perang(Wawancara tahun 1974)

6. Pada 5 November 1961, kerangka dr. Kariadi dipindahkan dari halaman RS Purusara ke Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal Semarang. Menurut putrinya, Prof. Dr. Sri Hartini K.S. Kariadi, dr., Sp.PD-KEMD, ketika kerangka ayahandanya dipindahkan itu, ia sempat ikut memeriksa tulang-belulang ayahandanya. Sebagai mahasiswa kedokteran (waktu itu) ia melihat di tengkorak terdapat retakan membentuk celah, yang menunjukkan bekas pukulan benda tajam (mungkin dipukul dengan sangkur, sebelum ditembak).

Baca juga : Pertempuran Udara: Dapatkah F-16 Ukraina Mengalahkan Su-35 dan Su-57 Rusia?

Baca juga : 13 Agustus 1164, Pertempuran Harim: Ketika 5 Panglima Lawan Jadi Tawanan Nuruddin Zanki (Guru Shalahuddin Al Ayyubi)

 

ZP

Recent Posts

Genghis Khan dan Cuaca: Apakah Iklim Berperan dalam Kejayaan Mongol?

Apakah Benar, Genghis Khan Meraih Kejayaan Berkat Cuaca? Antara Keberuntungan dan Kejeniusan: Membongkar Misteri di…

5 jam ago

P-61 Black Widow: Sang Pemburu Malam di Perang Dunia II

Pesawat tempur malam perintis ini, yang dirancang oleh Northrop Corporation untuk Angkatan Udara Angkatan Darat…

1 hari ago

Pengepungan Gaza 332 SM: Ujian Kritis bagi Ambisi Alexander Agung

Gaza dalam Api Perang: Kisah Penaklukan oleh Alexander Agung pada 332 SM Pada Oktober tahun…

2 hari ago

The Bourne Identity (2002): Revolusi dalam Genre Aksi Mata-Mata

The Bourne Identity, sebuah film aksi thriller yang dirilis pada tahun 2002, menawarkan pengalaman menarik…

3 hari ago

Pedang dan Salib: Kisah Tentara Bayaran Kristen di Bawah Panji Islam

Kristen untuk Islam: Kisah Tentara Bayaran yang Melayani Muslim Loyalitas dan Keuntungan: Tentara Bayaran Kristen…

4 hari ago

Jet tempur Su-57 Rusia mungkin memiliki ‘cacat fatal’

Su-57 Felon, jet tempur generasi kelima yang disebut-sebut memiliki kemampuan siluman dan canggih. Namun, para…

5 hari ago