- Kelompok nasionalis Timor Timur, Frente Revolutionario de Este Timor Independente (FRETILIN), memulai gerakan kemerdekaan melawan pemerintah Indonesia setelah wilayah tersebut dianeksasi oleh Indonesia pada tanggal 17 Juli 1976. Pada tanggal 27 Agustus 1976, pemerintah Jakarta mengumumkan bahwa Timor Timur telah menjadi provinsi ke-27 di Indonesia.
- AS dan Jerman Barat memberikan bantuan militer (senjata dan dana militer) untuk mendukung pemerintah Indonesia. Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengimbau penarikan pasukan pemerintah dari Timor Timur pada tanggal 1 Desember 1976.
- Australia memberikan bantuan diplomatik (pengakuan atas aneksasi Indonesia atas Timor Timur) kepada pemerintah pada tanggal 20 Januari 1978. Nicolau Lobato, pemimpin FRETILIN, dibunuh oleh pasukan Indonesia pada tanggal 31 Desember 1978.
ZONA PERANG (zonaperang.com) Pada tanggal 17 Juli 1976, Timor Timur yang saat ini bernama negara merdeka Timor Leste secara resmi melakukan integrasi dengan Indonesia. Timor Timur bergabung menjadi provinsi ke-27 Indonesia. Wilayah Timor Timur meliputi wilayah bekas kolonial Portugis di Pulau Timor bagian timur.
Masuknya wilayah Timor Timur atau Timor Lorosa’e ke dalam wilayah Indonesia dilakukan karena kekhawatiran daerah tersebut jatuh ke tangan komunis(efek domino, setelah Vietnam selatan runtuh). Penyatuan ini dilakukan dengan seijin Amerika(Setelah presiden Gerald Ford tinggal landas dari Halim setelah kunjungan 20 jam, maka dimulailah ijin operasi) melalui sebuah gerakan militer yang dikenal dengan nama Operasi Seroja.
Masuknya Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia menjadi awal pengusaan Indonesia bagi Timor Timur sebelum akhirnya Timor Timur berpisah pada 1999 lewat referendum di masa kepemimpinan Presiden BJ. Habibie.
Baca juga : 28 November 1975, Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste dari Portugal
Baca juga : 12 November 1991, Insiden Dili(Timor-Timur) : Tragedi Santa Cruz dan Tindakan Mendua Barat
Timor Timur, Portugis, dan Indonesia
Sebelum menjadi bagian dari Indonesia, Timor Timur dikuasai oleh Portugis sejak tahun 1702 hingga 1975. Saat itu, nama Timor Timur dikenal dengan nama Timor Portugis. Pada 1974, Portugal yang menjadi penguasa Timor Timur memprakasai sebuah proses dekolonisasi(Revolusi Anyelir )bertahap terhadap wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis.
Dalam proses dekolonisasi tersebut terjadi konflik sipil di Timor Timur. Konflik sipil tersebut melibatkan Sayap kanan Uni Demokrasi Timor (UDT) – Mário Vigas Carrascalão, Sayap kiri Front Revolusi untuk Timor Timur Merdeka (Fretilin) – Francisco Xavier do Amaral, dan Asosiasi Demokratik Rakyat Timor (APODETI) – Arnaldo dos Reis Araújo.
Dalam konflik sipil tersebut, UDT menyatakan dukungannya supaya Timor Timur merdeka dan menjadi negara yang mandiri, tetapi UDT mengupayakan supaya kemerdekaan dilakukan secara bertahap.
“Dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca tahun 1365 M yang menyebut Timor sebagai anak sungai. Pada masa itu, wilayah ini menjadi salah satu dari 98 anak sungai atau wilayah-wilayah yang bernaung di bawah kekuasaan Majapahit, namun mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri.”
Berbeda dengan UDT, Fretilin mendukung kemerdekaan Timor Timur secara cepat dan radikal. Namun, dukungan untuk mendirinkan negara Timor Timur tidak didukung oleh APODETI.
APODDETI (partai yang mendukung kebebasan beragama dan menentang rasisme, tetapi menentang Gereja Katolik dan menganjurkan posisi anti-kulit putih)menghendaki supaya Timor Timur bergabung dengan Indonesia karena khawatir dengan kondisi perekonomian Timor Timur yang masih lemah dan belum mapan.
Dalam laporan yang dirilis oleh James Dunn menunjukan bahwa pada Januari 1975, UDT dan Fretiling membentuk koalisi untuk memperjuangakan kemerdekaan Timor Timur. Di sisi lain, APODETI yang mendukung integrasi Timor timur dengan Indonesia mendapatkan dukungan dari militer Indonesia, khusunya dari Komando Operasi Khusus Indonesia (Kopassus).
Operasi Seroja
Di waktu yang bersamaan, Pemerintah Australia melaporkan bahwa militer Indonesia melakukan latihan untuk mempersiapkann invasi ke wilayah Timor Timur.
Laporan dari Australia akhirnya terbukti pada 7 Desember 1975. Saat itu, pasukan militer Indonesia menyerbu Timor Timur, invansi tersebut kemudian dikenal dengan nama Operasi Seroja. Dalam Operasi Seroja, pasukan militer Indonesia melawan pasukan Fretilin dan Falintil yang beberapa komponennya adalah ex-tentara portugal yang pernah berperang di Afrika.
“Timor Timur pernah berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570–1583 )Ini ditandai dengan penempatan para wali kuasa Kesultanan Ternate (Sangaji) di wilayah-wilayah itu termasuk Timor Timur.”
Peperangan antara militer Indonesia dan pasukan kemerdekaan Timor Timur berlangsung secara sporadis dengan tentara Indonesia hanya masuk ke kota-kota besar dengan melewati banyak kantong perlawanan.(menjadi kelemahan karena banyak lawan yang lolos dan bergerilya walaupun mempunyai keuntungan dari sisi waktu)
Baca juga : Operasi Alpha(1978): Saat Indonesia Diam-diam Beli Jet Tempur dari Israel
Baca juga : 20 Desember 1999, Makau Portugis dikuasai kembali oleh China
Pembentukan Provinsi Timor Timur
Bahkan, dalam The War Against East Timor, dilaporkan bahwa ada 10.000 tentara yang menduduki Dili dan ada lebih dari 20 ribuan tetntara yang dikerahkan ke daerah Timor Timur. Mobilisasi besar-besaran militer Indonesia ke wilayah Timor Timur memaksa pejuang kemerdekaan Timor Timur melarikan diri ke wilayah hutan dan pegunungan untuk melanjutkan perang secara bersembunyi.
Setelah operasi militer besar-besaran dan semakin terdesaknya pasukan kemerdekaan Timor Timur, akhirnya Indonesia secara resmi melakukan aneksasi wilayah Timor Timur dan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 pada 17 Juli 1976 yang menjadi dasar integrasi wilayah Timor Timur ke dalam wilayah Indonesia dan menjadi dasar hukum pembentukan Provinsi Timor Timur.(provinsi yang selalu minus dan mendapat subsidi hingga terlepas memerdekakan diri)
Baca juga : Tank ringan amfibi PT-76 (1952) Uni Soviet : Karier panjang pengabdian tank andalan ALRI
Baca juga : OV-10F Bronco, ‘Si Kampret’ yang Pernah Jadi Andalan TNI AU