Egyptian raid on Larnaca International Airport atau The Battle of Larnaca
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada tanggal 19 Februari 1978, pasukan khusus Mesir menyerbu Bandara Internasional Larnaca di dekat Larnaca, Pulau Siprus, dalam sebuah usaha untuk mengintervensi penyelesaian sebuah pembajakan. Sebelumnya, dua gerilyawan telah membunuh editor surat kabar Mesir terkemuka yang mantan pengajar dan tentara – Yusuf Sibai dan kemudian mengumpulkan beberapa orang Arab yang sedang menghadiri konvensi di Nicosia sebagai sandera.
“Unit 777 juga dikenal sebagai Satuan Tugas 777, adalah sebuah unit kontra-terorisme dan operasi khusus militer Mesir. Unit ini dibentuk pada tahun 1978 oleh pemerintah Anwar Sadat sebagai tanggapan atas kekhawatiran akan meningkatnya aktivitas perlawanan setelah pengusiran penasihat militer Soviet dari negara tersebut oleh Sadat dan upayanya untuk mencapai perdamaian dengan Israel.”
Ketika pasukan Siprus mencoba bernegosiasi dengan para penyandera di bandara, pasukan Mesir melancarkan serangan mereka sendiri tanpa izin dari pemerintah Siprus. Penyerbuan tanpa izin tersebut menyebabkan pasukan Mesir dan Garda Nasional Siprus saling bertukar tembakan, menewaskan atau melukai lebih dari 20 orang pasukan komando Mesir. Akibatnya, Mesir dan Siprus memutuskan hubungan politik selama beberapa tahun setelah kejadian tersebut.
Baca juga : 21 Juli 1977, Perang Mesir – Libya dimulai : Normalisasi dengan Israel dan penolakan persatuan sebagai sebab
Siprus
Terlepas dari pahitnya perang saudara Lebanon tahun 1975-1976, hampir semua faksi beroperasi dengan bebas di Siprus tanpa saling membunuh. Umat Kristen, misalnya, memasok kebutuhan mereka dari pelabuhan Larnaca, sementara PLO dan kawan-kawannya menggunakan pelabuhan Limassol – sementara Siprus mendapatkan keuntungan dari keduanya.
Siprus telah lama mengidentifikasikan diri dengan perjuangan Palestina. Siprus melihat beberapa kesamaan antara masalah Palestina dan masalah mereka sendiri dengan Turki – “masalah pengungsi, penindasan dan intervensi asing.”
Namun keseimbangan yang rumit dan terbaik dari kedua dunia ini bergantung pada otoritas pribadi Makarios III, Presiden Siprus yang juga seorang Uskup Agung gereja Ortodox untuk menjaga faksi-faksi di Timur Tengah agar tidak saling menyerang, dan kedua, hal ini membutuhkan persatuan Arab. Kematian sang presiden Mihalis Christodoulou Mouskos itu pada musim panas 1977 mengakhiri faktor pertama dalam keseimbangan ini dan perpecahan yang terjadi di dunia Arab saat itu, lalu karena inisiatif perdamaian Mesir dengan Israel, menghancurkan faktor kedua.
Baca juga : 04 Juni 1878, Cyprus Convention : Kesultanan Utsmaniyah menyerahkan administrasi Siprus ke Inggris Raya
Baca juga : Penjajahan Israel atas warga Palestina adalah akar masalah konflik
Pembajakan
Pada malam hari tanggal 18 Februari 1978, Yusuf Sibai, editor sebuah surat kabar Mesir terkemuka dan teman presiden Mesir, Anwar Sadat/Muhammad Anwar el-Sadat, dibunuh di lobi oleh dua orang bersenjata(diyakini berasal dari cabang Palestina yang menentang Arafat) di sebuah konvensi yang diadakan di hotel Hilton Nicosia(ibukota Siprus). Kedua pembunuh mengumpulkan 16 delegasi konvensi Arab sebagai sandera (di antaranya, dua perwakilan PLO dan satu warga negara Mesir) dan menuntut transportasi ke Bandara Internasional Larnaca.
Tidak diizinkan untuk mendarat
Mereka juga menuntut dan diberikan sebuah pesawat Douglas DC-8 milik Cyprus Airways. Setelah negosiasi dengan pihak berwenang Siprus, para pembajak diizinkan untuk menerbangkan pesawat tersebut keluar dari Siprus dengan membawa 11 sandera dan empat awak pesawat. Namun, pesawat tersebut tidak diizinkan untuk mendarat di Djibouti, Suriah, dan Arab Saudi, dan dipaksa kembali dan mendarat di Siprus beberapa jam kemudian.
Di antara para sandera terdapat seorang ajudan pemimpin PLO (Palestine Liberation Organization) Yasser Arafat yang menelepon Presiden Siprus Spyros Kyprianou dan menawarkan bantuan dua belas orang anggota pasukan bersenjata Force 17 (ebuah unit komando dan operasi khusus dari gerakan Fatah Palestina dan kemudian Kantor Ketua Otoritas Palestina, Dibentuk pada awal 1970-an oleh Ali Hassan Salameh /Abu Hassan). Kyprianou menerima tawaran tersebut dan mengirimkan sebuah pesawat ke Beirut untuk menjemput mereka. Pasukan tersebut tidak boleh terlihat di dalam terminal untuk berjaga-jaga jika situasi dengan para pembajak memburuk.
Tidak mengungkapkan
Menurut sebuah laporan di majalah Time, Sadat merasa dirugikan oleh pembunuhan teman pribadinya dan tak lama setelah telepon dari Arafat, ia memohon kepada Presiden Kyprianou untuk menyelamatkan para sandera dan mengekstradisi para teroris ke Kairo. Presiden Siprus tersebut menanggapi dengan berjanji untuk mengawasi operasi penyelamatan dan negosiasi secara pribadi, serta melakukan perjalanan sendiri ke bandara.
Menurut laporan yang sama, Sadat mengirim Satuan Tugas 777 dari unit komando elit ke Siprus dengan menggunakan pesawat angkut Lockheed C-130 Hercules. Kairo hanya menginformasikan kepada Kyprianou bahwa “orang-orang sedang dalam perjalanan untuk membantu menyelamatkan para sandera” dan tidak mengungkapkan siapa saja yang ada di dalam pesawat dan apa tujuan mereka.
Setelah mendarat di Siprus, pasukan Mesir segera melancarkan serangan habis-habisan, mengirimkan satu kendaraan Jeep segala medan dengan tiga orang untuk mendahului sekitar 58 tentara (laporan lain menyebutkan angka 74 tentara) yang berjalan kaki menuju pesawat yang dibajak.
Penyerbuan
Ketika pasukan Mesir bergerak cepat menuju pesawat long-range narrow-body Douglas DC-8 yang dibajak dan pasukan khusus Siprus yang mengepungnya, pasukan khusus Siprus (LOK) dilaporkan mengeluarkan satu peringatan lisan untuk berhenti dan tunduk, meskipun dalam laporan lain, Siprus mengeluarkan dua peringatan lisan, yang kedua meminta pasukan Mesir untuk kembali ke pesawat mereka.
Ketika hal ini terjadi, penumpang Jeep dan operator Siprus saling “mengirimkan” isi senapan mereka, dan Jeep Mesir dihantam granat berpeluncur roket (RPG), serta tembakan, yang menewaskan ketiga penumpangnya. Saat kendaraan berhenti, pasukan Siprus dan pasukan utama Mesir saling berhadapan dalam jarak kurang dari 300 meter (330 yard), dan dilaporkan bahwa pasukan Mesir, yang tidak memiliki perlindungan dalam bentuk apa pun, turun ke landasan dalam posisi menembak yang membahayakan nyawa mereka.
Tembakan berat
Pada saat ini, kedua pasukan saling terlibat dengan tembakan senjata berat, dan Siprus menembaki pesawat C-130H Mesir dengan roket anti-tank 106 mm, menghantam hidung pesawat dan menewaskan tiga kru di dalamnya.
Dengan pesawat mereka yang hancur, pasukan Mesir dan pasukan khusus Siprus bertempur selama hampir satu jam dalam “pertemuan” sporadis di landasan terbuka. Beberapa pasukan Mesir berlindung di pesawat Air France yang kosong di dekatnya.
Kyprianou, yang menyaksikan peristiwa yang terjadi dari menara pengawas bandara, terpaksa mundur dari jendela dan harus berlindung ketika pasukan komando Mesir menembaki menara dengan tembakan senjata otomatis.
Baca juga : Krisis sandera kerata api Belanda 1977 : Pembajakan 19 hari oleh simpatisan Republik Maluku Selatan(RMS)
Baca juga : 21 Desember 1988, Pengeboman Lockerbie : Pan Am Penerbangan 103 meledak di atas Skotlandia
Akibat
Dari pasukan komando Mesir, 15 orang tewas, di samping tiga kru pesawat angkut C-130H Hercules yang tewas saat pesawat tersebut ditembak roket. Diperkirakan 15 orang pasukan komando Mesir lainnya dilaporkan terluka dan dibawa ke Rumah Sakit Umum Larnaca dengan luka tembak.
“Radio Siprus mengatakan 12 orang Mesir terbunuh, dan 19 orang Mesir dan tujuh penjaga nasional Siprus terluka. Lalu dikatakan bahwa 38 warga Mesir ditangkap dan akan diperlakukan sebagai tahanan militer. Kairo melaporkan bahwa ada 60 pasukan dalam penyerbuan tersebut, 10 lebih banyak dari yang dilaporkan oleh Siprus.”
Setelah “perang” tersebut, diketahui bahwa penyerahan diri kedua penyandera telah dilakukan pada saat serangan Mesir yang gagal, dan kedua orang tersebut ditahan oleh Siprus dan kemudian diekstradisi ke Mesir, di mana mereka menerima diganjar hukuman mati, yang kemudian diringankan menjadi hukuman seumur hidup.
Putus hubungan diplomatik
Pada tanggal 20 Februari, Mesir menarik kembali misi diplomatiknya dan meminta pemerintah Siprus untuk melakukan hal yang sama di Kairo. Siprus meminta penarikan atase militer Mesir. Mesir dan Siprus memutuskan hubungan politik selama beberapa tahun setelah kejadian tersebut, hingga Presiden Anwar Sadat dibunuh pada tahun 1981 dalam parade militer (3 tahun).
“Pihak Mesir telah mengakui bahwa mereka membuat keputusan untuk menyerang hanya ketika mereka mengira bahwa Siprus akan membebaskan para pembajak dengan imbalan para sandera”
Presiden Kyprianou menawarkan rekonsiliasi dan permintaan maaf, namun menyatakan bahwa Siprus tidak mungkin membiarkan Mesir melakukan tindakan tersebut. Negara-negara Arab lainnya seperti Suriah dan Libya mengecam tindakan Mesir tersebut.
Tidak menggunakan Siprus sebagai medan pertempuran
Kebijakan masa lalu yang mengizinkan setiap faksi dalam politik Timur Tengah yang terpecah-pecah untuk menggunakan Siprus sebagai pangkalan, ikut bertanggung jawab atas terjadinya pembajakan serta pertempuran yang terjadi. Presiden Kyprianou meminta agar pihak Arab tidak menggunakan lagi Siprus sebagai medan pertempuran.
Sebagai konsekuensi dari bencana tersebut, pemerintah Mesir membentuk unit khusus kontra-teroris dalam Pasukan El-Sa’ka(‘Pasukan Petir’) yang diberi nama sesuai dengan nama gugus tugas Mesir. Tujuh tahun kemudian, mereka akan dikirim dalam misi serupa ke Malta untuk menyerbu pesawat Mesir yang dibajak, sebuah operasi gagal lainnya yang mengakibatkan kematian puluhan penumpang(EgyptAir Penerbangan 648)
“Nama Pasukan Petir berasal dari Ramses II/Ramses yang Agung/Firaun, yang membentuk kelompok Pengawal Khusus. Misi mereka adalah mengintai dan menyerang, dan dikenal sebagai Thunderbolt.”
Baca juga : 10 Juni 1947, Mesir menjadi negara pertama yang mengakui secara resmi negara Indonesia