Artikel

2 September 1192, Perjanjian Jaffa : Perdamaian Dua Raja dan Berakhirnya Perang Salib Ketiga

ZONA PERANG(zonaperang.com) Siapa yang baru tahu bahwa perang salib itu berjilid-jilid? Jika kita buka ensiklopedi sejarah, kita akan mendapatkan fakta bahwa gelombang perang salib yang menyerang Dunia Islam di masa lalu terjadi dalam 7 gelombang. Dari 7 gelombang serangan itu, Umat Islam berhasil mematahkannya 6 kali.

“2 September 1192 – Sultan Saladin & Raja Richard si Hati Singa dari Inggris menandatangani Perjanjian Jaffa atas Yerusalem, mengakhiri Perang Salib Ketiga. Umat Kristen diberikan kebebasan untuk berziarah ke tempat-tempat suci.”

Termasuk pada Perang Salib ketiga, yang berakhir pada 2 September 1192 ketika Raja Richard The Lionheart gagal merebut kembali Baitul Maqdis dari tangan Kaum Muslimin. Awalnya ia amat yakin akan bisa mengalahkan Shalahuddin Al Ayyubi, namun kenyataan berbicara lain.

Perjanjian Jaffa, lebih jarang disebut sebagai Perjanjian Ramla atau perjanjian 1192, adalah gencatan senjata yang disepakati selama Perang Salib. Ditandatangani pada 1 atau 2 September 1192 M (20 Sya'ban 588 H) antara penguasa Muslim Saladin dan Richard si Hati Singa, Raja Inggris, tak lama setelah Pertempuran Jaffa Juli–Agustus 1192. Perjanjian itu, yang dinegosiasikan dengan bantuan Balian dari Ibelin, menjamin gencatan senjata tiga tahun antara kedua pasukan. Perjanjian ini mengakhiri Perang Salib Ketiga.more

Baca juga : 4 Juli 1187, Kemenangan Shalahuddin Al Ayyubi di Pertempuran Hittin. Apa yang bisa dipelajari dari beliau?

Baca juga : 13 Agustus 1164, Pertempuran Harim: Ketika 5 Panglima Lawan Jadi Tawanan Nuruddin Zanki (Guru Shalahuddin Al Ayyubi)

Shalahuddin yang sulit dirobohkan

Sesampainya Richard The Lionheart —Raja Inggris dari tahun 1189 sampai 1199— di Palestina, ternyata ia menghadapi seorang Shalahuddin yang sulit dirobohkan. Dia adalah tokoh penting selama Perang Salib Ketiga yang memimpin tentara salib setelah kepergian Philip II dari Prancis dan sempat mencapai kemenangan menghadapi Sang Shalahuddin.

Setelah usaha panjang untuk kembali merebut Baitul Maqdis itu, akhirnya Richard memutuskan untuk mengakhirinya. Bersama Shalahuddin Al Ayyubi, keduanya membuat sebuah perjanjian yang dikenal dengan nama Traety of Jaffa. Baitul Maqdis tetap dipegang oleh Kaum Muslimin, dan mengizinkan peziarah Kristen untuk beribadah di kota suci.

Treaty of Jaffa

Pada saat itu, Richard dan tentara salib sedang membangun dua pertempuran yang sukses dari tahun sebelumnya, Pengepungan Acre yang memungkinkan tentara salib untuk mengambil kembali kota pelabuhan yang kaya dan penting secara strategis, dan Pertempuran Arsuf(antara Herzliya, Kibbutz Shefayim dan desa Rishpon, Kfar Shmaryahu, Arsuf modern, dan Arsuf-Kedem), yang mengancam kendali Saladin atas Yerusalem. dan dipandang sebagai kemenangan besar bagi tentara salib.

Setelah ini, Richard mulai merebut kastil dan mencoba mendorong ke Yerusalem. Namun, ia berjuang untuk sampai di sana, dengan beberapa upaya dihentikan karena berbagai alasan seperti pertikaian di antara pimpinan. Negosiasi telah gagal, dan akhirnya, Richard segera mulai membuat persiapan untuk berangkat ke Inggris, karena tindakan saudaranya John dan Raja Prancis Philip Augustus mengancam kepentingannya di tanah air.

Tapi saat dia hendak pergi, Saladin menyerbu Jaffa, merebut kota itu dalam tiga hari. Namun, Tentara Salib bertahan di benteng kota.

Melihat ini, Richard diduga menyerang, memimpin pasukan yang hanya terdiri dari 54 ksatria, beberapa ratus infanteri, dan sekitar 2.000 pemanah dari Genoa dan Pisa, seperti yang tercatat dalam narasi prosa Latin abad pertengahan Itinerarium Regis Ricardi. Dibandingkan dengan pasukan Saladin yang berjumlah sekitar 10.000 kavaleri, orang-orang Kristen berada pada posisi yang sangat tidak menguntungkan. Namun, tentara Muslim pecah, dengan banyak cendekiawan menyatakan bahwa mereka khawatir serangan ini hanyalah garda depan dari kekuatan yang lebih besar.

Saladin kemudian mencoba melancarkan serangan balik, tetapi para prajurit pimpinan raja Inggris itu bertahan dan akhirnya mengalahkan tentara Ayyubiyah. Kerugian pastinya tidak jelas, tetapi beberapa memperkirakan kerugian Saladin di 700 orang tewas dan Richard hanya memiliki dua tentara tewas.

Pada akhirnya, kedua belah pihak menjadi lelah berkelahi, dan gencatan senjata akhirnya disepakati.

Hattin dan jatuhnya Yerusalem memicu Perang Salib Ketiga (1189-1192. Raja Richard I memimpin pengepungan Guy di Acre, menaklukkan kota dan mengeksekusi hampir 3.000 tawanan perang Muslim. Tentara Saladin terlibat dalam pertempuran dengan tentara Raja Richard pada Pertempuran Arsuf pada tanggal 7 September 1191, di mana pasukan Saladin menderita kerugian besar dan terpaksa mundur. Setelah pertempuran Arsuf, Richard menduduki Jaffa, memulihkan benteng kota. Sementara itu, Saladin bergerak ke selatan, di mana ia membongkar benteng Ascalon untuk mencegah kota penting yang strategis ini, yang terletak di persimpangan antara Mesir dan Palestina, jatuh ke tangan Tentara Salib.more

Baca juga : 19 Juli 711 M, Battle of Guadalete : Pasukan Tariq ibn Ziyad mengalahkan Visigoth pimpinan Raja Roderic – pertempuran yang mengubah sejarah Eropa

Baca juga : Saat Raja Inggris Memerintahkan Yahudi Untuk Diusir dari Negaranya

Saladin memperluas toleransi kepada orang-orang Yahudi

Dalam buku ‘Saladin and The Fall of Kingdom Jerusalem’, Staney Lanepoole menulis, “Perjanjian Jaffa dibuat karena keterdesakan Raja Richard Lionheart untuk kembali ke negaranya, yang pasti berantakan dengan ketidakhadirannya.”

Perang Salib ketiga berakhir setelah itu, dan Richard memutuskan untuk pulang ke negerinya. Naasnya, dalam perjalanannya ke wilayah saudara iparnya Henry the Lion, Richard ditangkap tahun 1192 di dekat Wina oleh Leopold dari Austria, yang menuduh Richard mengatur pembunuhan sepupunya Conrad dari Montferrat. Selain itu, Richard secara pribadi telah menyinggung Leopold dengan menjatuhkan panjinya dari dinding Acre.

Disepakati bahwa orang Kristen dan Muslim sama-sama akan diizinkan untuk bepergian dengan aman di Tanah Suci. Yerusalem akan tetap berada di bawah kendali Muslim, meskipun peziarah Kristen akan diizinkan masuk, dan garis pantai dari kota Tirus ke Jaffa akan tetap berada di tangan Kristen.

Meninggalkan Yerusalem di bawah kendali Islam juga memungkinkan orang-orang Yahudi di kota itu untuk terus tinggal di sana – karena, tidak seperti tentara salib, Saladin memperluas toleransi kepada orang-orang Yahudi.

Sementara itu, Shalahuddin dipanggil oleh Allah 7 bulan setelah perjanjian itu disepakati. Beliau wafat pada 4 Maret 1193, bertepatan dengan 27 Shafar 589 Hijriah. Wafatnya Shalahuddin dideskripsikan oleh banyak sekali Ulama dan sejarawan sebagai hari yang sangat sendu dan setiap jiwa merasakan mendung yang gelap. Kepergian sang pahlawan begitu mengangetkan banyak rakyat yang sangat mencintainya.

Seorang Ulama dan juga sejarawan, Ibnu Syaddad menuturkan, “wafatnya Shalahuddin adalah bencana terbesar yang menimpa Kaum Muslimin sejak hancurnya Khulafaur Rasyidin.”

Beliau melanjutkan dalam buku Biografi Shalahuddin yang ia tulis, “Seringkali aku mendengar pepatah yang mengatakan ‘ku harap aku dapat mati menggantikan dirinya’ aku kira itu hanya perumpamaan, namun aku mengerti arti kalimat itu ketika Shalahuddin wafat. Ku harap aku dapat menggantikan Shalahuddin!”

Generasi Shalahuddin : Ketika dunia lupa, kita memilih untuk ingat

References :
1. بهاء الدين بن شداد (2002). النوادر السلطانية
2. ابن الأثير (2008). الكامل في التاريخ. دار التوفيقية للطباعة
3. ابن كثير. البداية والنهاية
4. Saladin and the Fall of the Kingdom of Jerusalem, Lane-Poole, Stanley

5. https://www.jpost.com/middle-east/on-this-day-treaty-of-jaffa-signed-ending-the-third-crusade-678438

Yusuf ibn Ayyub ibn Shadi lebih dikenal dengan julukannya Saladin adalah seorang Muslim dari Kurdi yang menjadi sultan pertama Mesir dan Suriah, dan merupakan pendiri dinasti Ayyubiyah. Saladin memimpin kampanye militer Muslim melawan negara-negara Tentara Salib di Levant. Dia awalnya dikirim ke Fatimiyah Mesir pada tahun 1164 bersama pamannya Shirkuh, seorang jenderal tentara Zengid, atas perintah tuan mereka Nur ad-Din untuk membantu memulihkan Shawar sebagai wazir remaja khalifah Fatimiyah al-Adid more

Baca juga : Muhammad Al Fatih/Mehmed II : Mengapa Beliau disebut sebaik-baiknya pemimpin?

Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa

ZP

Recent Posts

Radar Smerch MiG-25: “Mata” yang Dibangun untuk Menembus Jamming berat

MiG-25 Foxbat, pencegat Soviet yang terkenal dengan kecepatan dan ketinggiannya, memiliki radar yang sama uniknya…

1 hari ago

Mengapa India Tidak Mampu Membuat Salinan Sukhoi Su-30MKI Rusia Seperti yang Dilakukan Cina dengan Su-30nya?

India dan Cina, dua negara besar di Asia, memiliki sejarah panjang dalam memperoleh peralatan militer…

2 hari ago

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

2 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

2 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

2 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago