ZONA PERANG (zonaperang.com) 23 Februari 1942, Kapten Kozo Nishino, komandan kapal selam AL Jepang I-17, mendapat momen emas. Kilang minyak Ellwood Oil Field dekat Santa Barbara, California, Amerika Serikat sudah di depan mata, hanya satu mil(1,6km) dari kapal selamnya.
“Tepat setelah matahari terbenam pada 23 Februari 1942, Komandan Kozo Nishino, komandan I-17, memunculkan kapalnya di Santa Barbara Channel,” tulis Joseph Jeremiah Hagwood Jr. dalam Engineers at the Golden Gate.
Sementara Nishino mempersiapkan serangannya, penduduk kota sedang serius di depan radio mereka. Mereka bersiap mendengarkan pidato radio Presiden AS Franklin D. Roosevelt petang itu.
Pidato Presiden
“Presiden belum berbicara kepada negara sejak (serangan Jepang terhadap, red.) Pearl Harbor. Selama beberapa minggu dia ingin menyampaikan Fireside Chat lagi, tetapi tekanan pekerjaan membuatnya tidak mungkin –persiapan untuk siaran sepenting itu membutuhkan penelitian selama berhari-hari dan pengulangan retoris,” Nigel Hamilton dalam The Mantle of Command: FDR at War, 1941-1942.
Dalam pidatonya, Roosevelt menyinggung tentang Perang Pasifik yang baru dimulai kurang dari dua bulan sebelumnya sebagai Battleground for Civilization. Dia menyeru kepada semua bangsa yang tak ingin civilization mati agar bahu-membahu melawan negeri-negeri Poros.
Memegang teguh komitmen
Dia menganalogikan posisi sulit Sekutu saat itu dengan posisi bertahan yang dilakukan Jenderal Washington di Lembah Forge sekira dua abad sebelumnya. Kendati sulit, itu dapat dilalui jika masing-masing memegang teguh komitmen.
“Kita dari Bangsa-bangsa Bersatu setuju pada prinsip-prinsip luas tertentu dalam jenis perdamaian yang kita cari. Piagam Atlantik berlaku tidak hanya untuk bagian dunia yang berbatasan dengan Atlantik tapi juga untuk seluruh dunia; perlucutan senjata para agresor, penentuan nasib sendiri negara-negara dan rakyat mereka, dan empat kebebasan –kebebasan berbicara, kebebasan beragama, kebebasan akan keinginan, dan kebebasan dari rasa takut.
Tirani, seperti neraka, sulit ditaklukkan; namun kita memiliki penghiburan bersama ini, bahwa semakin keras pengorbanannya, semakin mulia kemenangannya. Kita tahu bahwa jika kita kalah dalam perang ini, perlu beberapa generasi atau bahkan berabad-abad sebelum konsepsi kita tentang demokrasi dapat hidup kembali.
Dan kita bisa kalah dalam perang ini hanya jika kita memperlambat usaha kita, atau jika kita membuang amunisi untuk saling menembak,” kata Roosevelt, dikutip Hamilton.
Pidato yang menarik pendengar
Pidato Roosevelt itu berhasil menarik pendengar di dalam negeri sebanyak 61 juta orang. New York Times menjuluki pidato itu sebagai “salah satu yang terhebat dalam karier Roosevelt.”
Namun, Roosevelt tidak tahu pada saat bersamaan di bagian barat negerinya sebuah kekuatan lawan sedang mempersiapkan serangan terhadap negerinya. Nishino memerintahkan awak kapal selamnya untuk mempersiapkan serangan ke kilang Ellwood.
Bagian dari serangan ke Pearl Harbor
Serangan Nishino itu merupakan bagian dari serangan Armada Keenam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang terhadap armada laut Amerika di Pasifik. Pada 10 Desember 1941, sembilan kapal selam Jepang diperintahkan mengejar kapal USS Enterprise. Sementara, beberapa kapal lain diperintahkan untuk mencapai pesisir barat Amerika Serikat.
“Di sana, mereka akan mendirikan pos-pos patroli untuk menyerang kapal sipil dan militer. Secara khusus, mereka harus memutus atau menenggelamkan setiap dan semua persediaan dan bala bantuan yang ditujukan untuk bantuan bagi Pearl Harbor,” tulis Hagwood Jr.
Di bawah komando Kozo Nishino, ia terlibat dalam banyak aksi, termasuk serangan terhadap Pearl Harbor dan mengganggu kapal dagang di lepas pantai California. Pada bulan Desember 1941, Kozo menenggelamkan sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Cape Mendocino(California).
Baca juga : Peristiwa Penyerangan Jepang Ke Pearl Harbor, Hawaii tanggal 7 Desember 1941
Baca juga : 19 Februari 1942, Battle of Darwin : daratan Australia diserang untuk pertama kalinya oleh Jepang
Bersiap di posisi
Maka begitu kilang Ellwood sudah tampak di depan mata, pada pukul 18.40 waktu setempat Nishino memerintahkan juru mudi untuk segera menaikkan kapal ke permukaan. Para awak meriam diperintahkannya di posisi mereka.
Peluru artileri asing pertama
“Sembilan orang awak meriam dek bergegas ke senjata mereka dan mulai menembak pada waktu yang hampir bersamaan ketika Presiden Roosevelt memulai pidato radionya. Ini adalah pertama kalinya peluru artileri asing mendarat di Daratan AS sejak Perang 1812,” tulis Steve Horn dalam The Second Attack on Pearl Harbor: Operation K and Other Japanese Attempts to Bomb America in World War II.
Tembakan meriam 5,5 inci pertama dari dek I-17 yang dimuntahkan pada pukul 19.07 itu membuat satu dari beberapa petugas penjaga kilang kaget. Mereka mengira suara meriam itu merupakan ledakan kilang sehingga bergegas mendatanginya untuk mengecek dan memperbaikinya.
Sadar
Namun belum sampai tempat yang dituju, mereka kembali dikagetkan suara ledakan lain. Mereka akhirnya sadar bahwa itu merupakan tembakan kanon. Kepastian bahwa kilang mereka diserang datang dari kesaksian salah seorang yang tak sengaja melihat kapal selam besar di lepas pantai. Mereka pun segera berlindung, sementara seorang petugas menghubungi kepolisian setempat.
Tidak akurat
Tembakan I-17 terus berdatangan hingga sekira pukul 19.40. Namun, dari sekira 17 peluru meriam yang ditembakkan itu, mayoritas meleset ke kaki bukit di belakang kilang dan perkebunan di sekitar kilang. Ketidakakuratan tembakan I-17 disebabkan antara lain oleh kesulitan menjaga agar meriam dek kapal selam tetap mengarah ke sasaran sementara kapal terus bergerak.
Tak satu pun korban jiwa jatuh akibat serangan itu. Hanya seorang petugas kilang terluka akibat berusaha menjinakkan peluru yang tidak meledak. Kerusakan pada kilang terjadi di satu rig yang perbaikannya memakan biaya 500 dolar.
Cerita yang berkembang di masyarakat
“Serangan Jepang pertama di daratan AS, pada tahun 1942, dipicu oleh duri kaktus di bagian belakang seorang kapten angkatan laut Jepang. Pada akhir 1930-an, Kozo Nishino adalah komandan kapal tanker Jepang yang mengambil minyak mentah di ladang minyak Ellwood.
Dalam perjalanan dari pantai menuju upacara resmi penyambutan dia dan krunya, Nishino terpeleset dan jatuh ke dalam kaktus pir berduri. Para pekerja di anjungan minyak di dekatnya tertawa terbahak-bahak saat melihat komandan yang bangga memiliki duri kaktus yang dicabut dari bagian belakangnya.
Di sana-sini, Nishino yang dipermalukan bersumpah untuk membalas dendam. Dia harus menunggu perang antara AS dan Jepang, tetapi pada 23 Februari 1942, dia membalas dendam. Dari pukul 19:07 hingga 19:45, dia mengarahkan penembakan ladang minyak Ellwood dari kapal selamnya, I-17.”
Jatuh dalam kaktus
Jadi, Kozo Nishino adalah Komandan kapal selam yang membom Ellwood, tetapi dia tidak pernah menjadi pilot kapal tanker minyak tahun 1939, dia tidak pernah menginjakkan kaki di tanah Ellwood, dan dia tidak pernah jatuh ke dalam kaktus. Seperti yang selama ini menjadi cerita.
Tidak benar
Ini adalah catatan pelayanan Kozo Nishino, kapten kapal selam yang membom Ellwood. Kita bisa melihat dia lulus Kelas 48 pada tahun 1920, dan di bawah judul Notes, Anda akan melihat dia adalah anggota kru di kapal selam bernama RO-16 sampai tahun 1925, kemudian dia bekerja di sub RO-4 sampai tahun 1927, dan kemudian sub RO-57.
Pada tahun 1930 ia dipromosikan menjadi teknisi torpedo hingga tahun 1931, ketika ia menjadi komandan di RO-29. Terus ikuti jalur karirnya ke bawah dan Anda akan melihat dia adalah seorang komandan kapal selam selama tahun 1930-an, (ketika dia dilaporkan mengemudikan sebuah kapal tanker minyak).
Pada tahun 1941 dia ditempatkan di kapal I-17, ketika dia menyerang Ellwood, dan dia dipindahkan ke kapal selam lain sampai tahun 1943. Setelah itu dia diberi tugas pantai dan dia selamat dari perang. Jadi dia bekerja di kapal selam dari awal 1920-an hingga 1943. Jelas tidak memberinya waktu untuk mengambil pekerjaan sampingan sebagai pilot kapal tanker minyak…..
Cerita kaktus berkaitan dengan Presiden Perusahaan Minyak Richfield, Charles Jones. Pada pertemuan Channel Club pada tahun 1956, Mr. Jones menyatakan bahwa “Pertempuran Ellwood” sebenarnya dimulai pada tahun 1930-an ketika Kozo Nishino jatuh ke dalam kaktus, dan dia melanjutkan untuk menceritakan keseluruhan cerita terperinci sebagai orang pertama, seolah-olah dia sebenarnya di sana.
Dia mungkin ada di sana, dan seorang pilot tanker Jepang mungkin benar-benar jatuh ke kaktus Kate. Tapi itu bukan Kozo Nishino, atau komandan kapal selam lainnya. Ini adalah salah satu kisah hebat yang dicintai, dipelajari, dan diteruskan oleh generasi, tetapi itu salah.
Baca juga : 19 Februari 1945, Battle of Iwo Jima : Kematian di Depan Pintu Jepang
Baca juga : February 15, 1942 – Fall of Singapore : The largest British surrender in history (THIS DAY IN HISTORY)
https://www.youtube.com/watch?v=SEew8seCX0Q
Sumber : https://historia.id/militer/articles/saat-pantai-barat-amerika-dibombardir-jepang-vQz4n/page/3
Sumber : https://www.edhat.com/news/the-sub-commander-and-the-cactus-myth-debunked