ZONA PERANG (zonaperang.com) Raja Faisal bin Abdul Aziz bin Abdurrahman as-Saud adalah raja ketiga yang memerintah kerajaan Arab Saudi . Dia wafat karena dibunuh keponakannya sendiri, Pangeran Faisal bin Mussaid(1947 – 18 Juni 1975).
Kejadian ini pada 25 Maret 1975. Raja Faisal sendiri merupakan putra dari pendiri kerajaan Arab Saudi, Abdul Aziz. Sang raja dikenal sebagai sosok yang pandai bicara. Meski dikenal sebagai pribadi yang tidak banyak bicara, ia dianggap memiliki kemampuan memimpin sebuah negara.
Tokoh penting yang mereformasi
Pengaruhnya pun sangat besar. Sebab, dialah tokoh penting yang mereformasi dunia pendidikan di Arab Saudi serta menghapus perbudakan, sehingga membawa negara ini lebih maju dan modern dari sebelumnya. Mengutip history.com, Raja Faisal bertempur dalam kampanye militer pada 1920-an dan 1930-an yang selanjutnya membantu proses modernisasi Arab Saudi.
Sebelum diangkat menjadi raja, ia juga pernah menjabat sebagai duta besar Arab Saudi untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pada 1953, ia dilantik sebagai perdana menter. Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1964, ia menggantikan Raja Saud sebagai penguasa Arab Saudi.
Raja Faisal juga dikenal karena ketegasannya menolak dukungan terhadap Amerika Serikat (AS) atas keputusan negara tersebut membela Israel dalam menjajah wilayah Palestina, selain sangat mendukung pan-Islamisme, anti-komunisme. Beliau pulalah yang melakukan embargo minyak terhadap negara-negara yang mendukung Israel tahun 1973.
Menyerukan melawan agresi Israel
Raja Faisal dikenal sebagai pemimpin yang shalih. Banyak sekali program-program baru yang dicanangkannya selepas penobatannya sebagai kepala negara. Beberapa di antaranya adalah, pada tahun 1967 Raja Faisal menggalakkan program penghapusan perbudakan, juga melakukan penyederhanaan gaya hidup keluarga kerajaan dengan menarik 500 mobil mewah Cadillac milik istana.
Raja Faisal juga menyerukan agresi melawan Israel dalam rangka pembelaannya terhadap Yerusalem. Dalam seruan khutbah jihadnya melawan Israel, Raja Faisal berdoa di hadapan khalayak agar Allah menetapkan kematiannya diterima sebagai orang yang terbunuh di jalan Allah (syuhada). Ia juga berdoa agar Allah segera mencabut nyawanya apabila ia tak mampu membebaskan tanah suci Yerusalem dari cengkeraman Israel
Penembakan di Istana
Pada tanggal 25 Maret 1975, Sang penembak ke istana raja di Riyadh, di mana Raja Faisal sedang memimpin sebuah pertemuan. Ia bergabung dengan delegasi Kuwait dan berbaris untuk bertemu raja.
Raja Faisal yang mengakui keponakannya dan menunduk ke depan, sehingga Faisal muda bisa mencium kepala raja sebagai tanda hormat. Dalam keadaan yang tak disangka-sangka Faisal bin Musaid mengeluarkan pistol dari jubahnya dan menembak Raja dua kali di kepala.
Setelah tembakan ketiga ia melemparkan pistol itu dan Raja Faisal jatuh ke lantai. Ia segera ditangkap oleh pasukan pengawal Raja, Raja yang dalam kondisi kritis segera dilarikan ke rumah sakit namun dokter gagal menyelamatkannya. Sebelum wafat, Raja Faisal memerintahkan agar pembunuhnya tidak akan dieksekusi.
Motif
Hanya beberapa jam setelah putusan pengadilan menjatuhkan vonis hukuman mati sang pembunuh dipenggal didepan umum di kota Riyadh.
Pejabat Saudi menyatakan bahwa tindakan pembunuhan itu sebagai kejahatan yang disengaja dan direncanakan. Secara tersirat media Arab menyatakan bahwa pembunuhan itu atas perintah dan arahan Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat. Namun kepercayaan yang populer di Arab Saudi peristiwa itu adalah sebagai aksi konspirasi Barat untuk membunuh Raja Faisal.
Baca juga : 5 Cara Jahat yang Digunakan Zionis Israel Jajah Palestina
Baca juga : Mengenal Syekh Ahmad Yassin : Tokoh Karismatik Hamas yang Gugur Dihantam Rudal Israel usai Salat Subuh