Kebijakan dari pemerintah menyebabkan Uni Soviet runtuh
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Uni Soviet merupakan salah satu negara komunis terbesar pada masanya dan pernah menjadi musuh besar bagi negara adidaya yaitu Amerika Serikat. Uni Soviet berdiri pada tanggal 25 Oktober 1917 lewat revolusi kaum Bolshevik pimpinan seorang Yahudi dari garis Ibu, Vladimir Ilyich Ulyanov(Lenin).
Setelah berdirinya Uni Soviet, Lenin yang merupakan tokoh revolusioner komunis asal Uni Soviet berusaha untuk menyebarkan paham komunisnya ke negara-negara bagian Eropa Timur.
Uni Soviet saat itu juga memiliki puluhan ribu persediaan senjata nuklir dan lebih dari 5 juta tentara yang ditempatkan di dalam dan luar negeri. Pakta Warsawa (1955-1991), perjanjian pertahanan militer bersama antara Uni Soviet, Albania, Bulgaria, Cekoslovakia, Jerman Timur, Hungaria, Polandia, dan Rumania turut mengukuhkan pengaruh Uni Soviet di kawasan timur Eropa.
Kekuatan Uni Soviet, dari teknologi, ilmu pengetahuan, hingga sumber daya manusia, membuatnya mampu bersaing sengit dengan Amerika Serikat.
Namun, pada hari Natal 25 Desember 1991, Presiden Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengejutkan dunia dengan pengumuman pengunduran dirinya dan pembubaran Uni Soviet otomatis keesokan harinya.
Apa yang menyebabkan negara sebesar Uni Soviet bisa runtuh? Ada beberapa faktor yang mendorong runtuhnya Uni Soviet. Berikut penjelasannya.
Baca Juga : Putin : Keruntuhan Uni Soviet adalah Bencana Geopolitik Terbesar Abad Dua Puluh
Baca juga : 16 Juli 1918, Keluarga Romanov dieksekusi : Mengakhiri 300 tahun dinasti kekaisaran Rusia
1. Rakyat yang tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi
Uni Soviet memiliki wilayah yang sangat luas serta membawahi 15 negara berbentuk republik. Ini menjadikan Uni Soviet pernah menjadi salah satu negara terbesar di dunia, satu per enam permukaan bumi. Daerah seluas 22,4 juta km persegi itu didiami oleh 290 juta penduduk dari 100 kebangsaan.
Namun keragaman budaya inilah justru yang menyebabkan negara Uni Soviet tidak memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. Beberapa negara bagian yang tidak suka dengan kinerja pemerintahan pusat Uni Soviet melakukan gerakan sporadis yang menyerang pemerintah pusat. Hal inilah yang menyebabkan internal negara Uni Soviet mulai goyah.
2. Pemerintahan yang totaliter
Sejatinya, Uni Soviet merupakan negara komunis terbesar pada masanya. Namun Uni Soviet menjalankan pemerintahannya dengan cara yang totaliter. Tujuan dari Uni Soviet adalah untuk menciptakan keteraturan dalam sebuah negara sehingga rakyat harus tunduk kepada kebijakan pemerintah.
Rakyat Uni Soviet harus hidup dengan bergantung kepada negara. Dengan pemerintahan yang totaliter membuat rakyat tidak dapat menyampaikan pendapatnya secara bebas. Segala bentuk kebebasan berpendapat akan dikekang oleh pemerintah. Karena pemerintahan yang totaliter inilah kemudian timbul konflik yang terjadi di Uni Soviet.
3. Kemiskinan melanda Uni Soviet
Pemerintahan Uni Soviet yang totaliter menyebabkan rakyatnya hidup dalam kemiskinan. Perekonomian Uni Soviet menganut paham sosialisme yang menyebabkan segala hal yang berurusan dengan perekonomian harus dilakukan dengan melibatkan pemerintah. Sehingga menyebabkan ekonomi Uni Soviet tidak maju karena tidak adanya kreativitas.
Kemudian pengelolaan kas negara Uni Soviet lebih difokuskan untuk negara lain sebagai pendukung di Internasional daripada untuk kesejahteraan rakyat. Kondisi ekonomi ini berbanding dengan Amerika Serikat yang merupakan musuh beratnya.
Pendahulu Mikhail Gorbachev, Lenoid Brezhnev, menyia-nyiakan kesempatan dari tren penjualan minyak selama 20 tahun demi menyeriusi perlombaan senjata dengan Amerika Serikat. Persaingan di industri senjata ini mendorong kemajuan pertahanan dan teknologi senjata Uni Soviet, namun tidak mendukung pertumbuhan standar hidup rakyat,
Uni Soviet juga mengalami kekurangan barang konsumsi berkepanjangan meskipun tercatat sebagai negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia pada 1990. Kekurangan barang konsumsi ini membuat ekonomi pasar gelap Uni Soviet berkembang pesat sampai setara lebih dari 10 persen PDB resmi negara, merugikan perekonomiannya.
Di sisi lain, negara produsen minyak dan gas alam ini juga mengalami penurunan pemasukan karena terjunnya harga minyak. Agar rakyat tetap merasakan kenaikan upah, negara menambah pencetakan uang. Alhasil, Uni Soviet menderita inflasi.
Kondisi di Amerika Serikat memiliki taraf hidup yang lebih baik dibandingkan dengan Uni Soviet. Kemiskinan di Uni Soviet inilah yang menjadi salah satu penyebab runtuhnya Uni Soviet.
Baca Juga : AN-225 “MRIYA”(Mimpi)1988, Pesawat Terbesar dan Terberat di Dunia buatan Soviet
Baca Juga : 19 November 1942, Operasi Uranus : Serangan balik Soviet di Stalingrad
4. Kebijakan Gorbachev
Disaat kondisi Uni Soviet yang sudah mulai kacau balau, kemudian muncul pemimpin baru bagi Uni Soviet yang bernama Mikhail Gorbachev.
Dia terkenal dengan kebijakan glasnost (keterbukaan) dan perestroika (keterbukaan). Semula, glasnost diharapkan dapat memicu dialog dan keterbukaan, sementara perestroika diharapkan memicu kebijakan pasar bebas semu bagi industri milik negara komunis ini.
Namun, sejarawan menilai kebijakan glasnost dan perestroika justru mempercepat pembubaran Uni Soviet. Kebijakan perestroika justru memicu sistem kapitalisme dan komunisme yang buruk. Sebab, penerapan perestroika saat itu menaikkan harga tanpa memperbaiki layanan yang disediakan sehingga dianggap hanya menguntungkan pemerintah.
5. Respons Pemerintah saat Insiden Nuklir Chernobyl
Setahun Gorbachev menjabat, terjadi ledakan di reaktor Unit 4 pembangkit listrik Chernobyl, Pryp’yat (kini Ukraina). Ledakan dan kebakaran pada 26 April 1986 ini juga menimbulkan bencana radioaktif setara 400 kali bom Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 pada masyarakat Chernobyl.
Kendati berbahaya dan melanggar doktrin keterbukaan (glasnost), Mikhail Gorbachev memerintahkan staf pemerintahan untuk tidak menyebarkan informasi bencana nuklir tersebut ke masyarakat dan ke mancanegara. Pemerintah Uni Soviet juga menampik laporan berita dari blok Amerika Serikat sebagai gosip.
Peserta parade May Day tanggal 1 Mei di area terdampak juga tidak diinformasikan. Alhasil, warga Uni Soviet itu tetap melaksakan pawai dan selebrasi tanpa tahu akan terkena paparan radioaktif pasca ledakan Chernobyl.
Baru tanggal 14 Mei, 18 hari setelah bencana, petugas negara dapat menangani kebocoran radioaktif di Chernobyl, yang disusul pengakuan pemerintah. Dampak radiasi radioaktif pasca ledakan uap dan api di Chernobyl saat itu mulai dari kerusakan jaringan kulit, sel, dan organ tubuh hingga kematian.
Karena respons pada insiden tersebut, Uni Soviet kehilangan kepercayaan dari masyarakat dan mancanegara.
Beberapa dekade kemudian, Gorbachev mengatakan dalam peringatan bencana Chernobyl, “mungkin ketimbang kebijakan perestroika, Chernobyl mungkin adalah penyebab runtuhnya Uni Soviet sebenarnya 5 tahun kemudian.”
6. Para Ahli Memperkuat Pertahanan Militer
Uni Soviet dinilai meningkatkan anggaran riset dan pengembangan militer serta pertahanan saat Ronald Reagan menjadi presiden Amerika Serikat. Anggaran militer dan pertahanan ini tidak seimbang dengan peningkatan kekuatan ekonomi.
Saat itu, Uni Soviet memiliki ahli teknologi dan calon wirausahawan yang dapat membantu Gorbachev meningkatkan perekonomian negaranya. Namun, para ahli lintas disiplin ini justru didorong pemerintah untuk memperkuat industri pertahanan saja.
7. Konflik Berkepanjangan di Afganistan
Sekitar 15,000 tentara Uni Soviet tewas dan ribuan terluka selama 10 tahun pendudukan di Afghanistan (1979-1989). Perang Moskow ini juga membuat lebih dari satu juta warga Afghanistan tewas dan lebih dari 4 juta orang mengungsi karena konflik.
Para tentara Uni Soviet mengeluhkan konflik berkepanjangan ini meskipun dibungkam pemerintah. Sebagian di antaranya merupakan tentara dari Asia Tengah, yang secara etnis dan agama justru lebih dekat dengan orang Afghanistan ketimbang Uni Soviet.
Konflik di Afghanistan ini lalu memicu demonstrasi di Ukraina dan separatisme negara-negara Baltik di bawah Uni Soviet. Alhasil, Estonia, Latvia, dan Lithuania merdeka pada tahun1990-91.
8. Masyarakat Mengenali Paham Barat
Glasnost (keterbukaan) memicu masyarakat Uni Soviet untuk menjelajahi paham Barat, mulai dari konsep, gagasan, ide, hingga produknya. Pada 1990, warga Uni Soviet kerap mengantri untuk membeli koran-koran liberal dan mengonsumsi bacaan tentang demokratisasi.
Menguatnya masyakarat dan dan runtuhnya kredibilitas pemerintah Uni Soviet tersebut lantas turut menjadi bagian sejarah runtuhnya Uni Soviet.
Negara komunis terbesar di dunia ini lalu pecah menjadi 15 negara republik independen. Uni Soviet yang runtuh membuat Amerika Serikat jadi satu-satunya negara adikuasa di dunia.
Baca Juga : 30 Oktober 1961, Uni Soviet Meledakan Tsar Bomba: Bom Atom terkuat dan terbesar di Dunia