ZONA PERANG(zonaperang.com) Krisis Suez dimulai ketika Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser Hussein menasionalisasi Terusan Suez yang dimiliki oleh Inggris dan Prancis.
“Presiden mengumumkan nasionalisasi Suez Canal Company, perusahaan gabungan Inggris-Perancis yang telah memiliki dan mengoperasikan Terusan Suez sejak dibangun pada tahun 1869.”
Terusan Suez, yang menghubungkan Laut Tengah dan Laut Merah di Mesir, diselesaikan oleh para insinyur Prancis pada tahun 1869. Selama 87 tahun berikutnya, terusan ini sebagian besar masih berada di bawah kendali Inggris dan Prancis, dan Eropa bergantung pada terusan ini sebagai rute pengiriman minyak yang murah dari Timur Tengah.
Setelah Perang Dunia II, Mesir mendesak evakuasi pasukan Inggris dari Zona Terusan Suez, dan pada bulan Juli 1956 Presiden Nasser menasionalisasi terusan tersebut, dengan harapan dapat memungut biaya untuk membiayai pembangunan bendungan besar di Sungai Nil.
Baca juga : 2 November 1917, Balfour Declaration : Awal Pendudukan Zionis di Palestina
Ketegangan
Pengumuman Nasser ini muncul setelah berbulan-bulan ketegangan politik yang meningkat antara pemerintah Mesir, Inggris, dan Prancis.
Konsesi perusahaan selama 99 tahun akan berakhir dalam waktu tiga belas tahun, setelah itu terusan tersebut akan dikembalikan kepada Mesir. Presiden Nasser mengatakan bahwa para pemegang saham akan dibayar sesuai dengan harga penutupan terakhir di bursa Paris.
Pada gilirannya, Sang Presiden membenci apa yang dilihatnya sebagai upaya Eropa untuk melanggengkan dominasi kolonial mereka.
Israel menginvasi
Sebagai tanggapan, Israel menginvasi pada akhir Oktober, dan pasukan Inggris dan Prancis mendarat pada awal November, menduduki zona terusan. Di bawah tekanan Uni Soviet, Amerika, dan PBB, Inggris dan Prancis menarik diri pada bulan Desember, dan pasukan Israel pergi pada bulan Maret 1957. Pada bulan itu, Mesir mengambil alih kendali terusan dan membukanya kembali untuk pelayaran komersial.
“Pemerintahan Eisenhower, yang khawatir dengan prospek pecahnya permusuhan antara sekutu NATO dan kekuatan Timur Tengah yang baru muncul dan berpengaruh (dan kemungkinan intervensi Uni Soviet dalam konflik semacam itu karena campyr tangan negara beruang merah itu di Hongaria pada minggu yang sama), berusaha menengahi penyelesaian diplomatik atas perselisihan Inggris-Prancis-Mesir”
Sepuluh tahun kemudian, Mesir kembali menutup terusan tersebut setelah Perang Enam Hari 1967 atau perang Juni (Perang Arab-Israel 1967 atau Perang Arab-Israel Ketiga) dan pendudukan Israel di semenanjung Sinai. Selama delapan tahun berikutnya, Terusan Suez, yang memisahkan Sinai dari wilayah Mesir lainnya, menjadi garis depan antara tentara Mesir dan Israel.
Pada tahun 1975, Presiden Mesir Anwar el-Sadat membuka kembali Terusan Suez sebagai tanda perdamaian setelah melakukan perundingan dengan Israel.
Baca juga : 7 September 1977, Amerika setuju untuk mentransfer Terusan Panama ke Panama
Baca juga : 26 Maret 1873, Perang Atjeh : Hindia Belanda menyatakan perang terhadap negara berdaulat Aceh