Hari ini dalam Sejarah

27 September 2020, Perang Nagorno-Karabakh Kedua : Azerbaijan melancarkan serangan pembebasan terhadap Republik Artsakh yang sebagian besar dihuni oleh etnis Armenia

ZONA PERANG(zonaperang.com) Perang Nagorno-Karabakh 2020 adalah konflik bersenjata di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya. Ini adalah eskalasi besar dari konflik yang belum terselesaikan di wilayah tersebut, yang melibatkan Azerbaijan, didukung sepenuhnya oleh Turki yang NATO, dan Armenia disokong bekas Soviet: Rusia, bersama dengan Republik Artsakh yang memisahkan diri dengan mayoritas etnis Armenia tetapi diakui secara legal oleh dunia internasional sebagai bagian dari Azerbaijan.

“Pertempuran dimulai dari gesekan perbatasan yang disinyalir dilakukan oleh Armenia dan negara bonekannya karena keyakinan mereka akan kemampuan militer yang dimiliki serta sejarah kekalahan militer Azerbaijan pada perang sebelumnya.”

Sejarah

Konflik Nagorno-Karabakh adalah konflik terlama di Eurasia pasca-Soviet. Pada tahun 1988, etnis Armenia yang tinggal di Nagorno-Karabakh menuntut pemindahan Oblast Otonom Nagorno-Karabakh (NKAO) dari Soviet Azerbaijan ke Armenia. Ketika Uni Soviet runtuh, ketegangan tumbuh menjadi perang langsung.

Ketika pertempuran berhenti pada tahun 1994, Nagorno-Karabakh dan tujuh distrik yang berdekatan sepenuhnya atau sebagian dikendalikan oleh pasukan Armenia. Lebih dari satu juta orang telah dipaksa meninggalkan rumah mereka: orang Azerbaijan meninggalkan Armenia, Nagorno-Karabakh dan wilayah sekitarnya, sementara orang Armenia meninggalkan rumah di Azerbaijan.

Turki yang secara sejarah mendukung penuh Azerbaijan jauh sebelum konflik pertama pasca bubarnya Uni Soviet saat perang inipun memberikan dukungan penuh berupa dukungan politik, intelejen, penasehat, perangkat keras militer bahkan menempatkan langsung setidaknya 2 F-16 Fighting Falcon mereka di pangkalan udara Ganja International Airport sebagai faktor penggetar(pesawat inilah yang diduga menembak jatuh SU-25 Armenia dalam konflik walaupun dibantah resmi pihak Turki)

Pertempuran dimulai pada pagi hari tanggal 27 September 2020 dengan serangan besar Azerbaijani di sepanjang garis kontak yang ditetapkan setelah Perang Nagorno-Karabakh pertama (1988–1994), dengan tujuan utama merebut kembali daerah di selatan Nagorno-Karabakh yang lebih mudah. Sebagai tanggapan, Armenia dan Artsakh memperlakukan darurat militer dan mobilisasi total, sementara Azerbaijan memperkenalkan darurat militer, jam malam dan mobilisasi parsial. Keterlibatan Turki dianggap telah menjadi upaya untuk memperluas lingkup pengaruhnya, baik dengan memberi Azerbaijan keunggulan dalam konflik dan dengan meminggirkan pengaruh Rusia atas wilayah tersebut.more
Turki telah menyimpan sejumlah pesawat tempur F-16 di Azerbaijan setelah latihan bersama pada bulan Juli sebagai pencegah terhadap serangan Armenia, sumber-sumber yang akrab dengan masalah ini mengatakan kepada Middle East Eye. "F-16 telah ada sebagai pencegah terhadap serangan Armenia terhadap populasi sipil dan instalasi militer di Azerbaijan," kata salah satu sumber.more

Baca juga : 25 April 775M, Pertempuran Bagrevand : Pemberontakan gagal yang mengubah politik Armenia dan Kaukasia selamanya

Baca juga : 7 Fakta Penting Kemenangan Muslimin di Manzikert

Kekalahan telak pihak Armenia

Perang berlangsung selama lebih dari sebulan dan menghasilkan kemenangan gemilang dan meyakinkan secara taktis dan strategis bagi Azerbaijan. Perjanjian gencatan senjata ditandatangani melalui intervesi langsung Rusia yang khawatir akan pengaruh Turki dan kekalahan telak pihak Armenia yang terus terdesak dilapangan. Armenia menyerahkan tanah di dekat Nagorno-Karabakh. Kekalahan dalam perang memicu protes di Armenia yang menyerukan pengunduran diri pemerintah. Pertempuran pasca-perang berlanjut di wilayah tersebut, termasuk bentrokan substansial pada tahun 2022

Diperang inilah secara langsung penggunaan doktrin modern total pesawat tanpa awak(TB-2 Bayraktar Turki dan drone bunuh diri Harop buatan Israel) dan penyebaran informasi waktu hampir bersamaan tentang kejadian di medan perang oleh media sosial.

Konflik ini juga telah menurunkan kredibilitas dan efektifitas sistem pertahanan udara buatan Uni Soviet dan Rusia karena tidak mampu memberikan perlindungan menentukan terhadap wilayah-wilayah yang diperebutkan.

Gencatan senjata

Enam minggu konflik bersenjata berdarah akhirnya berakhir pada dini hari tanggal 10 November 2020 dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Federasi Rusia. Meskipun kesepakatan itu gagal mencapai perdamaian yang jelas dan stabil, itu mengakhiri pertempuran paling mematikan yang pernah disaksikan di kawasan itu dalam hampir tiga dekade dengan lebih dari 7.000 militer dan sekitar 170 warga sipil tewas dan banyak lagi yang terluka.

Berdasarkan perjanjian itu, Azerbaijan sekarang kembali menguasai secara penuh tujuh distrik yang berdekatan dengan Nagorno-Karabakh yang telah dikuasai pasukan Armenia sejak perang sebelumnya. Ini juga memegang bagian penting dari Nagorno-Karabakh itu sendiri. Sisanya dipatroli oleh pasukan penjaga perdamaian Rusia tetapi masih diatur oleh otoritas lokal yang memproklamirkan diri.

Menyusul perebutan Shusha, kota terbesar kedua di Nagorno-Karabakh, perjanjian gencatan senjata ditandatangani antara Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, dan Presiden Rusia Vladimir Putin, mengakhiri semua permusuhan di mulai 10 November 2020 Presiden Artsakh, Arayik Harutyunyan, juga setuju untuk mengakhiri permusuhan. Berdasarkan perjanjian tersebut, pihak-pihak yang bertikai tetap menguasai daerah-daerah yang mereka kuasai di dalam Nagorno-Karabakh pada saat gencatan senjata, sementara Armenia mengembalikan wilayah-wilayah sekitarnya yang telah didudukinya sejak 1994 ke Azerbaijan. Azerbaijan juga akan mendapatkan komunikasi transportasi ke eksklave Nakhchivan yang berbatasan dengan Turki dan Iran. Sekitar 2.000 tentara Rusia telah dikerahkan sebagai pasukan penjaga perdamaian di sepanjang koridor Lachin yang menghubungkan Armenia dan Nagorno-Karabakh, dengan mandat setidaknya lima tahun.[more
Perang itu ditandai oleh penyebaran drone, sensor, artileri berat jarak jauh dan serangan rudal, serta oleh propaganda negara dan penggunaan akun media sosial resmi dalam perang informasi online. Secara khusus, penggunaan drone Azerbaijan secara luas dipandang penting dalam menentukan hasil konflik. Banyak negara dan PBB sangat mengutuk pertempuran dan meminta kedua belah pihak untuk mende-eskalasi dan melanjutkan negosiasi yang bermakna. Tiga gencatan senjata yang ditengahi oleh Rusia, Prancis, dan Amerika Serikat gagal menghentikan konflik.more

Baca juga : 25 Maret 1946, Krisis Iran / Krisis Azerbaijan : Uni Soviet mengumumkan penarikan dari negara kaya minyak Iran

Baca juga : 16 Mei 1916, Sykes–Picot Agreement : Perjanjian yang membagi Utsmaniyah dan menjadi awal konflik Timur Tengah hingga saat ini

 

ZP

Recent Posts

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

1 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

1 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

2 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago

Garis waktu perang Kolonial Zionis Israel vs Palestina 8 – 15 Mei 2024 (bagian 27): “Ada indikasi jelas bahwa Israel akan segera berakhir”

Faktor2 pendorong kehancuran rezim Zionis: kurangnya kohesi sosial di tengah masyarakat Israel, ledakan problem ekonomi,…

2 bulan ago

10 Pesawat Terburuk di Perang Dunia ke-2

Dengan meningkatnya ketegangan di Eropa pada akhir tahun 1930-an, beberapa negara seperti Amerika, Inggris, Prancis,…

2 bulan ago