Sosok yang paling disorot atas keruntuhan Ottoman ini adalah Mustafa Kemal Ataturk
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pagi hari 3 Maret 1924, Majelis Nasional Turki kala itu menyetujui penghapusan Khilafah dan pemisahan agama dari urusan-urusan negara. Kesepakatan itu kontan menghapuskan kekhalifahan Turki Utsmani yang sudah berkuasa selama berabad-abad.
“Kesultanan Ottoman adalah salah satu negara terkuat dan terlama dalam sejarah dunia. Negara adidaya yang dikelola secara Islam ini menguasai wilayah yang luas di Timur Tengah, Eropa Timur dan Afrika Utara selama lebih dari 600 tahun.”
Dikutip dari buku Malapetaka Runtuhnya Khilafah karya Abdul Qodim Zallum, setelah perjanjian Lausanne disetujui dan ditandatangani pada 24 Juli 1924, banyak negara akhirnya mengakui Turki sebagai sebuah negara yang terpisah dari kekuasaan khilafah. Inggris juga menarik mundur pasukannya dari Istanbul dan kawasan Selat Harrington, meskipun keputusan itu sempat ditentang.
Baca juga : Enam Alasan Mengapa Kekaisaran Ottoman Jatuh
Baca juga : Aliansi Perancis – Ottoman : Saat satu kota di Prancis Berubah menjadi “Istanbul Mini”
Kita telah menghancurkan kekuatan spiritual mereka, yaitu Khilafah dan Islam
Perkataan Menlu Inggris saat itu, George Nathaniel Curzon, sangat menarik. Curzon yang sempat diprotes karena mengakui kemerdekaan Turki berucap, “Yang penting Turki telah dihancurkan dan tidak akan pernah bangkit lagi. Karena kita telah menghancurkan kekuatan spiritual mereka, yaitu Khilafah dan Islam,” jelasnya.
Adapun Khalifah atau pemimpin terakhir Utsmaniyah adalah Abdul Majid II yang menjabat pada 19 November 1922. Saat kekhalifahan runtuh, Khalifah dipaksa masuk ke dalam mobil yang kemudian membawanya melintasi perbatasan menuju Swiss dengan dibekali satu koper berisi beberapa potong pakaian dan sejumlah uang.
“Pada awal Perang Dunia I, Kekaisaran Ottoman sudah mengalami kemunduran. Tentara Utsmaniyah memasuki perang pada tahun 1914 di pihak Kekuatan Sentral (termasuk Jerman dan Austria-Hongaria) dan dikalahkan pada bulan Oktober 1918. Setelah Gencatan Senjata Mudros, sebagian besar wilayah Utsmaniyah dibagi antara Inggris, Prancis, Yunani dan Rusia. “
“Kekaisaran Ottoman secara resmi berakhir pada tahun 1922 ketika gelar Sultan Ottoman dihilangkan. Turki dideklarasikan sebagai republik pada tanggal 29 Oktober 1923, ketika Mustafa Kemal Atatürk (1881-1938), seorang perwira tentara, mendirikan Republik Turki yang merdeka. Dia kemudian menjabat sebagai presiden pertama Turki dari tahun 1923 sampai kematiannya pada tahun 1938, menerapkan reformasi yang dengan cepat mensekulerkan dan membaratkan negara tersebut.”
Sosok yang paling disorot atas keruntuhan ini adalah Mustafa Kemal Ataturk, seorang yang saat ini disebut juga Bapak Turki atau pencetus Republik Turki. Dia juga yang dikenal paling vokal mengusulkan kepada Majelis Nasional tentang penghapusan khilafah, pengusiran khalifah, dan pemisahan agama dari urusan-urusan kenegaraan.
“Bagaimanapun kita harus menyelamatkan republik yang berada dalam bahaya dan membangunnya dengan landasan yang kukuh dan ilmiah. Khalifah dan para pewarisnya dari Bani Utsmaniyah harus pergi. Peradilan agama yang bobrok dan hukum-hukumnya harus diganti dengan peradilan dan hukum-hukum modern. Sekolah-sekolah agama harus menyerahkan tempatnya kepada sekolah-sekolah negeri sekular,” ucapnya.
Baca juga : Ada sebuah idiom terkenal dari banyak sejarawan, “Andalusia tidak jatuh dalam semalam.”
Baca juga : “Kenapa tidak ada negeri muslim yang menolong Andalusia waktu itu?”
Terputus juga sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia
Philip Khuri Hitti dalam bukunya History of the Arabs menyebut kekhalifahan Utsmaniyah atau Kesultanan Ottoman berjaya antara 1517-1924 masehi. Periode paling terkenal saat masa Utsmani adalah pada masa Sultan Mehmet II yang dikenal dengan sebutan al-Fatih atau sang penakluk. Pada masanya, pemerintahan Islam berhasil menguasai Konstantinopel yang merupakan kota paling penting di dunia kala itu.
Hilangnya sistem Kekhilafahan Utsmani berarti terputus juga sistem kepemimpinan umum bagi seluruh kaum Muslim di dunia. Sistem ini menunjukkan sejarah panjang sumbangsih Islam pada peradaban dunia.
Pakar studi keislaman Britania Raya Montgomery Watt bahkan menyebut peradaban Islam merupakan awal penggerak peradaban Barat. “Cukup beralasan jika kita menyatakan peradaban Eropa tidak dibangun oleh proses regenerasi mereka sendiri. Tanpa dukungan peradaban Islam yang menjadi ‘dinamo’-nya, Barat bukanlah apa-apa,”katanya.
Baca juga : 28 September 1538, Pertempuran Preveza : Kemenangan Gemilang Armada Laut Utsmani di Preveza Yunani