Hari ini dalam Sejarah

31 Januari 1795, Kota Trincomalee jatuh ke tangan Inggris : Awal lenyapnya Penjajahan Belanda di Sri Lanka

ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada tanggal 31 Januari 1795, Inggris merebut kota Trincomalee di timur Ceylon (sekarang Sri Lanka) dari Belanda untuk mencegahnya jatuh ke tangan Prancis. Ceylon akan tetap menjadi bagian dari Kerajaan Inggris selama 153 tahun ke depan. Ceylon Belanda telah ada dari tahun 1640 hingga 1796.

Gubernur Belanda, yang tinggal di Colombo adalah kepala eksekutif sedangkan bawahan dipegang oleh orang Sinhala atau Tamil yang setia kepada Belanda. Periode pemerintahan Belanda sangat penting bagi perkembangan ekonomi Sri Lanka. Pada masa inilah langkah-langkah yang menentukan diambil menuju penggabungan pulau ke dalam ekonomi dunia yang sedang berkembang.

VOC menjadikan Sri Lanka tempat pembuangan orang-orang yang dianggap berbahaya dari Nusantara.

Baca juga : 18 Januari 1806, Belanda menyerahkan Koloni Tanjung Harapan di Afrika Selatan kepada Inggris

Baca juga : 19 Februari 1674, Perjanjian Westminster : Belanda menukar koloni Nieuw Amsterdam kepada Inggris dan kelak berganti nama menjadi New York dengan pulau di Nusantara

Ceylon Belanda

Kekuasaan Belanda di Sri Lanka diimplementasikan melalui Perusahaan Hindia Timur Belanda (Vereenigde Oost-Indische Compagnie; biasa disebut VOC), sebuah perusahaan perdagangan yang didirikan pada tahun 1602 terutama untuk melindungi kepentingan perdagangan Belanda di Samudera Hindia.

Meskipun VOC pada awalnya hanya menguasai daerah pesisir, Belanda secara bertahap merangsek masuk ke pedalaman, menduduki wilayah yang cukup luas di selatan, barat daya dan barat Sri Lanka. Pada tahun 1665 mereka melebarkan sayapnya ke pantai timur dan dengan demikian menguasai sebagian besar lahan penghasil kayu manis dan titik-titik keluar dan masuk di pulau ini.

VOC menjadikan Sri Lanka tempat pembuangan orang-orang yang dianggap berbahaya dari Nusantara, yaitu : Raja Mataram Amangkurat III hingga wafatnya pada tahun 1734, Pangeran Ario Mangkunegoro, Karaeng Sangunglo, Syekh Yusuf al-Makassari dan Sultan Hairul Alam Kamaluddin Kicili Asgar

Berawal undangan untuk melawan Portugis

Pada awal abad ke 17, Sri Lanka sebagian diperintah oleh Portugis dan kerajaan Sri Lanka, yang terus menerus berperang satu sama lain. Sementara Portugis terlibat dalam perang kemerdekaan yang panjang dari kekuasaan Spanyol, raja Sinhala (raja Kandy) mengundang Belanda untuk membantu mengalahkan Portugis. Kepentingan Belanda di Ceylon adalah untuk memiliki front pertempuran yang bersatu melawan bangsa Iberia pada waktu itu.

“Ada juga sebagian penduduk Sri Lanka yang memiliki nama keluarga Belanda, sering kali merupakan keturunan campuran Belanda dan Sri Lanka, yang dikenal sebagai Burghers.”

Pada tahun 1688, Belanda menguasai wilayah yang digambarkan dengan warna hijau dan magenta.

Baca juga : 25 Mei 1575, Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Ternate

Baca juga : 18 Desember 1771, Puputan Bayu : Perang habis-habisan rakyat Blambangan Banyuwangi vs Kolonial Belanda

Pengambilalihan Inggris

Periode kekuasaan Belanda atas Ceylon berakhir karena perubahan peristiwa di Eropa. Pada tahun 1792, Perang Revolusi Prancis meletus antara Republik Prancis dan koalisi negara-negara Eropa, termasuk Republik Belanda.

Pada tahun 1794, pasukan invasi Prancis menaklukkan Republik Belanda, dan Pangeran William V atau Willem Batavus prince of Orange, pemegang kekuasaan Belanda melarikan diri ke pengasingan bersama keluarganya ke Britania Raya untuk menghindari Prancis.

Republik Batavia dan nilai strategis Sri Lanka

Rezim sebelumnya digantikan oleh Republik Batavia yang didirikan oleh Prancis, yang secara de facto berfungsi sebagai protektorat Prancis. Hal ini menyebabkan kebingungan di seluruh kerajaan kolonial Belanda antara rezim mana yang harus didukung, rezim yang digulingkan di Britania Raya atau Republik Batavia yang baru dibentuk.

Belanda, setelah melakukan perlawanan setengah hati, menyerahkan pulau ini pada tahun 1796. Inggris menganggap penaklukan ini bersifat sementara dan mengelola pulau ini dari Madras (Chennai) di India selatan.

Namun, perang dengan Prancis menunjukkan nilai strategis Sri Lanka, dan Inggris kemudian memutuskan untuk membuat penguasaan mereka di pulau ini menjadi permanen. Pada tahun 1802 Ceylon dijadikan koloni mahkota, dan dengan Perjanjian Amiens dengan Perancis, kepemilikan Inggris atas maritim Ceylon dikukuhkan.

Selama Perang Napoleon, karena khawatir kendali Prancis atas Belanda akan menyerahkan Sri Lanka kepada Prancis, Britania Raya menduduki wilayah pesisir pulau ini (yang mereka sebut Ceylon) tanpa banyak kesulitan pada tahun 1796.more

Baca juga : 18 September 1811, Perang Napoleon di Jawa : Penyerbuan Inggris ke tanah Jawa

Baca juga : Perang Saudara Sri Lanka

 

 

ZP

Recent Posts

Perang Saudara Myanmar: Darah, Konflik Etnis, dan Bayang-bayang Asing

Tanah Seribu Pagoda: Salah satu Perang Saudara Terpanjang di Dunia dan Masa Depan yang Tak…

5 jam ago

5 Cara Prancis Membantu Amerika Meraih Kemerdekaan

Peran Krusial Prancis dalam Revolusi Amerika: Dari Diplomasi Hingga Pertempuran Aliansi Prancis-Amerika: Kunci Kemenangan Revolusi…

1 hari ago

Sandi-sandi yang Mengukir Sejarah: Ketika Kode Rahasia Menjadi Kunci Kemenangan

Kode-Kode Rahasia: Ketika Inovasi dan Peretasan Bertarung Membahas sandi-sandi yang membentuk sejarah adalah perjalanan menelusuri…

2 hari ago

Sukhoi T-4: Ambisi Pengebom Supersonik Uni Soviet yang Tak Terwujud

Sukhoi T-4, juga dikenal sebagai "Sotka" atau "Project 100," adalah pesawat pembom strategis supersonik yang…

3 hari ago

The Battle of Algiers: Ketika Sinema Menyuarakan Sejarah

Jejak Luka Kolonialisme dalam The Battle of Algiers Di antara banyak film sejarah, The Battle…

4 hari ago

Operation Trident: Serangan Malam yang Mengubah Sejarah Perang Indo-Pakistan 1971

Serangan Rudal Pertama di Asia Selatan: Kisah Operation Trident Operation Trident, yang dilaksanakan oleh Angkatan…

5 hari ago