Sejarah Panjang Penjajahan Belanda, Tapi Mengapa Bahasanya Tidak Tersebar?
ZONA PERANG(zonaperang.com) Kenapa orang-orang Indonesia tidak bisa berbicara fasih dengan Bahasa Belanda padahal sudah dijajah lama? Sementara orang-orang Malaysia dan negara lain jajahan Inggris atau Amerika seperti Filipina bisa dengan fasih berbicara Bahasa Inggris?
Tidak hanya Malaysia, ada banyak negara yang warganya fasih berbicara bahasa yang digunakan pemerintah kolonialnya dulu. Malaysia dan Singapura fasih berbahasa Inggris, ada juga Timor Leste yang fasih berbahasa Portugis.
Kondisi itu berbeda dengan Indonesia yang tidak diwarisi kefasihan berbahasa asing, terutama oleh bangsa Belanda yang telah menjajah begitu lama. Padahal, pengaruh Bahasa Belanda terkait kata serapan pada bahasa Indonesia tidak sedikit.
Baca juga : Gaji prajurit KNIL dan PNS Kompeni zaman penjajahan Hindia Belanda
Alasan Orang-orang Indonesia Tak Bisa Bahasa Belanda
Tidak fasihnya orang-orang Indonesia dalam berbahasa Belanda berkaitan dengan corak kolinalisme yang dilakukan bangsa Belanda dahulu.
Peneliti sejarah dari Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Christopher Reinhart mengatakan Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia memiliki perbedaan corak kolonialisme.
Untuk Inggris dan Spanyol, mereka secara sengaja melakukan ‘invasi’ kultural Barat ke masyarakat Melayu atau Filipina. Hal ini membuat kebudayaan lokal perlahan membaur dengan kebudayaan Barat atau bahkan hingga menghilang.
Faktor ini yang kemudian membuat orang-orang Melayu di Malaysia dan Singapura cukup pandai berbahasa Inggris.
Konoliasme Inggris ini berbeda dengan Belanda yang enggan melakukan invasi budayanya ke Indonesia. Hal ini disebabkan oleh:
1. Menganggap Penduduk Lokal Memiliki Kasta Bawah
Pada era kolonialisme, tidak semua orang Indonesia tidak bisa berbahasa Belanda. Hanya saja, kebanyakan yang bisa berbahasa Belanda adalah orang-orang pribumi terpelajar dan pejabat.
Kala itu, bangsa Belanda menganggap masyarakat lokal Indonesia memiliki struktur yang berbeda dengan orang Belanda. Orang Belanda disebut berada di kelas paling atas sedangkan penduduk lokal memiliki kasta terbawah.
Bisa dikatakan, dalam perspektif orang Belanda, dengan menyebarkan kebudayaan maka sama saja menganggap penduduk lokal setara secara kultural. Oleh karena itu, Belanda memilih menjaga struktur mereka dan tidak membagikan kebudayaan Belanda ke masyarakat Indonesia.
2. Tujuan Utamanya Adalah Eskploitasi
Menurut Reinhart, bangsa Belanda memandang Indonesia sebagai negara kolonial sehingga mereka hanya melihat perspektif eksploitasi ekonomi dan tidak terlalu perlu menyebarkan kebudayaannya.
Bagi bangsa Belanda, mengeruk keuntungan ekonomi sebanyak mungkin adalah hal yang paling penting.
“Snouck Hurgronje, salah satu pejabat pemerintah kolonial, pernah mengatakan bahwa, ‘Masalah kebudayaan tidak usah dipaksa. Biarlah bertumbuh dengan sendirinya, tanpa menghilangkan budaya lokal’,” ungkap Reinhart.
Terlihat bagaimana bangsa Belanda mengamil keuntungan secara ekonomi dengan berbagai cara lewat tanam paksa tahun 1839 dan politik etis di tahun 1900-an.
Namun, tidak fokusnya Belanda soal memperkenalkan kebudayaan mereka bukan berarti pribumi tidak boleh mengadopsi budaya barat.
Perlu diketahui, Belanda saat itu sudah memiliki pandangan untuk tidak mau merusak kebudayaan lokal. Terlebih saat masa politik etis diterapkan, pada masa itu menginvasi budaya lain dinilai tidak baik.
Belanda juga tidak tertutup dan memperbolehkan warga Indonesia mempelajari kebudayaan atau bahasa milik mereka. Bahkan pada saat itu, cukup banyak penduduk Indonesia yang mengadopsi kebudayaan Belanda.
3. Tingkat Penguasaan Bahasa
Bahasa Belanda adalah bahasa yang rumit, terutama dalam hal tata bahasa dan struktur kalimatnya. Oleh karena itu, walaupun sebagian penduduk Indonesia mungkin masih bisa mengingat beberapa kata atau frasa dalam bahasa Belanda, kemampuan berbicara dengan lancar biasanya sangat terbatas.
4. Proses Dekolonisasi
Setelah Indonesia meraih kemerdekaannya pada tahun 1945, bahasa Belanda kemudian dihapuskan sebagai bahasa resmi dan pengantar di sekolah-sekolah. Pemerintah Indonesia pada saat itu memutuskan untuk mengganti bahasa Belanda dengan bahasa Indonesia (bahasa Melayu) sebagai bahasa nasional yang mendukung persatuan bangsa.
Setelah dekolonisasi, penggunaan bahasa Belanda dalam kehidupan sehari-hari secara signifikan menurun. Bahasa ini hanya digunakan dalam konteks tertentu, seperti oleh kalangan tertentu dalam pemerintahan, akademisi, dan beberapa profesi tertentu. Hal ini menyebabkan penggunaannya semakin langka.
Dengan berjalannya waktu, generasi muda yang tidak memiliki pengalaman dengan bahasa Belanda semakin mendominasi populasi. Generasi ini lebih terpapar pada bahasa Inggris sebagai bahasa asing yang lebih umum diajarkan di sekolah, daripada bahasa Belanda.
Baca juga : 23 Maret 1946, Bandung Lautan Api : Perlawanan Rakyat terhadap usaha penjajahan kembali Belanda
Baca juga : 28 Maret 1830, Pangeran Diponegoro ditangkap saat berunding dengan Penjajah Belanda