ZONA PERANG (zonaperang.com) Sultan Muhammad al-Fatih, merupakan salah satu dari banyak pahlawan umat Islam. Di usia yang masih muda, yakni 21 tahun Muhammad al-Fatih mampu menaklukkan Konstantinopel di Romawi Timur/Bizantium.
Putra dari pasangan Sultan Murad II dengan Turki Hatun binti Abdullah itu seperti jawaban atas Sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dalam hadits Ahmad berikut ini:
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.”
1. Biografi Muhammad Al-Fatih
Muhammad Al-Fatih terlahir dengan nama Muhammad II (dalam Bahasa Turki: Mehmet-I Sani) di ibu kota Utsmaniah, 29 Maret 1432 dari pasangan Sultan Murad II dan Huma Hatun. Dia merupakan keturunan Dinasti Turki Utsmani.
Dikutip dari Buku, The Great of Shalahuddin al-Ayyubi & Muhammad al-Fatih, nama Al-Fatih yang berarti Sang Penakluk merupakan julukan padanya lantaran bisa menaklukkan Konstantinopel.
2. Karakter Pemimpin
Sejak kecil Muhammad Al-Fatih mendapatkan pendidikan yang cukup baik dari orang tuanya. Sang ayah Sultan Murad II penyayang dan sangat memperhatikan pendidikan anaknya, agar kelak menjadi seorang pemimpin yang baik dan tangguh.
Murad II menunjuk Syekh Ahmad ibn Ismail al Kurani, seorang ulama yang faham sekali dengan Al Qur’an. Tak heran sejak kecil Muhammad al-Fatih sudah menghafalkan Al-Quran 30 Juz sejak berusia delapan tahun, mempelajari hadits-hadits, mempelajari ilmu fiqih, matematika, ilmu falaq dan strategi perang.
Semasa hidupnya, dia tidak pernah meninggalkan shalat fardu, shalat sunah, shalat Tahajud, dan berpuasa, menguasai tujuh bahasa berbeda, yaitu Arab, Latin, Yunani, Serbia, Turki, Parsi, dan Ibrani.
Al-Fatih disiapkan sejak kecil untuk menjadi pemimpin, namun tetap dalam bimbingan para ulama. Sehingga pemikirannya tetap berada di jalan yang benar.
3. Mengguncang Konstantinopel
Di usia yang belia Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, sekaligus menjadi penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Al-Fatih menyiapkan 80.000-200.000 tentara untuk mengepung wilayah barat dan laut. Pengepungan ini terjadi selama sekitar 57 hari hingga jatuhnya ibukota Bizantium itu tanggal 29 Mei 1453.
Pasukan Al-Fatih berhasil mengangkat 70 kapal laut melewati daratan melewati hambatan menuju titik paling lemah lawan. Karena Strategi inilah Pasukan Muhammad II berhasil menaklukkan Konstantinopel. Dan sejak itu dia mendapat gelar Sultan Muhammad Al-Fatih alias sang penakluk.
4. Peradaban yang Dibangun
Selama berkuasa yakni tahun 1451 Masehi hingga 1484, Sultan Muhammad Al-Fatih telah membangun lebih dari 300 Masjid, 57 Sekolah dan Universitas di berbagai wilayah di Utsmani. Salah satu peninggalannya yang terkenal adalah Masjid Sultan Muhammad II dan Jami’ Abu Ayyub Al-Anshari.
Dia mengumpulkan seniman Italia, humanis dan sarjana Yunani, mengizinkan Gereja Bizantium untuk terus berfungsi, membuat perpustakaan yang mencakup juga karya-karya dalam bahasa Yunani, Persia dan Latin. Juga mengundang ilmuwan dan astronom Muslim untuk berkontribusi bagi negerinya
5. Wafat dan Wasiat Sang Penakluk
Pada Rabiul Awal 1481 M, Sultan Muhammad al-Fatih menderita sakit. Namun dia nekat meninggalkan Istanbul untuk berjihad. Dalam perjalanan kondisinya semakin memburuk. Tenaga kesehatan dan obat sudah tidak lagi bisa menyembuhkannya. Sang Penakluk itu pun wafat pada usia 50 tahun di tengah pasukannya pada 3 Mei 1481 M atau 4 Rabiul Awal tahun 86 Hijriah.
Sebelum wafat, Muhammad al-Fatih mewasiatkan kepada keluarganya, khususnya Sultan Bayazid II agar dekat dengan para ulama, berbuat adil, tidak tertipu dengan harta, dan menjaga agama untuk pribadi, masyarakat, serta kerajaan.
Baca juga : 11 Agustus 1480, Kota Otranto di Italia selatan jatuh ke tangan pasukan Muhammad Al-Fatih
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa