Dengan perjanjian ini Aljazair menjadi negara ke 16 yang mengakui kemerdekaan Amerika
ZONA PERANG(zonaperang.com) 5 September 1795/21 Safar, A. H. 1210, dalam Treaty of peace and amity yang ditandatangani di Aljazair, Amerika meminta perlindungan dari negara magribi itu agar kapal-kapal mereka bisa leluasa berlayar di samudera Atlantik dan Laut Tengah. Perjanjian ini berisi 22 pasal, antara pemimpin Amerika, George Washington dan Pemimpin Armada Laut Aljazair, Hassan Pasha.
Dalam perjanjian berisi 22 artikel itu, Amerika mengakui bahwa Aljazair sebagai kekuatan laut utama dunia kala itu berhak mengatur arus kapal yang berlayar di samudera. Itulah mengapa, dalam salah satu pembukaannya, Amerika siap membayar pajak kemananan yang membuat pelaut mereka terjamin selama melakukan pelayaran.
Baca juga : Turgut Reis(Dragut), Raja Tanpa Tahta di Mediterania : Legenda Angkatan Laut Kekhalifahan Utsmaniyah
Baca juga : Ahmad Ibnu Fadlan Sang utusan Khalifah ke Rusia dan Film Hollywood The 13th Warrior
keping emas Aljazair
Dalam artikel perjanjian itu tertulis, “This peace treaty has been concluded, together with the contractual promise to give annually to the garrison of Algiers 12,000 Algerian gold pieces,” (Perjanjian damai ini telah disimpulkan, bersama dengan janji kontrak untuk memberikan setiap tahun kepada garnisun Aljazair 12.000 keping emas Aljazair)
Dalam perjanjian itu pula, Amerika Serikat masih menggunakan kalimat “the Governor of the States of the island of America”, sementara pemimpin Kaum Muslimin digambarkan dengan pujian yang penuh kegagahan, “His Excellency the noble Vizier and powerful Marshal who sits on the throne of lordship, the destructor of tyranny and injustice and the protector of the country, Hassan Pasha-may God grant to him what he wishes.”
Ada sejarah hebat tentang kelautan Kaum Muslimin yang sengaja ditutupi oleh Eropa, “Dengan takluknya Aljazair di tangan Prancis, kita telah membentangkan jalan kepada Paus untuk membuka gerbang kristenisasi Afrika.”
—Victor de Ghaisne de Bourmont, Jenderal Militer Prancis
Jarang-jarang kita mendengar tentang Afrika Utara, apalagi tentang sebuah negeri bernama Aljazair. Padahal, dalam sejarah Umat Islam, negeri ini adalah salah satu potongan penting yang hilang dari puzzle sejarah kita.
Tidak banyak yang tahu, bahwa Umat Islam selama abad keemasannya menjadi polisi samudera internasional yang tak hanya menjaga negeri Arab. Umat ini juga menjaga keamanan maritim dunia. Negeri Aljazair adalah saksi bisu dari kehebatan itu.
Dalam sejarah Eropa abad pertengahan, Aljazair digambarkan oleh mereka sebagai markas bajak laut (Pirates) yang menghadang kapal dagang kerajaan-kerajaan Eropa. Padahal sebenarnya, di bawah kepemimpinan Kekhalifahan Utsmaniyah, Aljazair disulap menjadi pusat Armada Laut Utsmani yang legendaris. Bukan markas perompak laut sebagaimana Eropa gambarkan.
Negara-negara besar saat itu; Prancis, Austria, Prussia, Russia dan Britania membayar pajak tahunan pada Kekhalifahan Utsmaniyah sebagai jaminan keamanan, dan Aljazair menjadi sentral kekuatannya. Tercatat, Prancis termasuk negeri yang tidak bisa membayar hutang pada Aljzair.
Generasi Shalahuddin : Ketika dunia lupa, kita memilih untuk ingat
Referensi :
1. Treaty with Algeria (1795).
2. Bangura, Abdul K. (2007-01-01). Stakes in Africa-United States Relations: Proposals for Equitable Partnership
3. https://history.state.gov/countries/algeria
Baca juga : 1 Februari 1553, Prancis Mengakui Utsmani Sebagai Kekuatan Utama Eropa