Ketika khalifah mengetahui kekejaman yang dilakukan Bizantium di wilayah Muslim, ia segera memutuskan untuk membalas dan dengan demikian mengerahkan pasukan Muslim untuk tujuan ini. Ia bertanya kota Bizantium mana yang paling berbenteng dan dijawab “Itu adalah Amorium,” pusat agama Kristen di Bizantium. Umat Muslim belum pernah mencoba menaklukkannya sebelumnya.
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Terbukanya Kota Amorium, benteng terkenal Romawi Timur yang terkenal dengan pertahanannya yang kuat. Sebenarnya Kaum Muslimin kala itu tak sepenuhnya berfokus untuk membebaskan kota ini, namun semua itu berubah sejak seseorang datang pada Khalifah Al Mu’tashim —pemimpin Negara Abbasiyah— di Baghdad. Apa kabar yang dibawa oleh orang ini?
Ia datang membawa kabar pada Khalifah, “Wahai Khalifah, aku baru saja pulang dari kota Amorium. Di sana aku melihat seorang wanita Arab muslimah yang diarak keliling pasar kemudian dijebloskan ke penjara dalam keadaan terzalimi. Aku mendengarnya berteriak, “Waa Mu’tashima! Waa Mu’tashima!” (Tolonglah aku wahai Mu’tashim!)
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa ada seorang wanita muslimah di Amorium suatu hari. Ia berjalan melewati pasar dan ada seorang lelaki Romawi yang menggoda dan mempermainkannya. Wanita itu terzalimi kemudian berteriak, “Waa Mu’tashima!”
Surat dan Khalifah al-Mu’tasim
Mendengar hal itu, Khalifah Al Mu’tashim menuliskan surat kepada penguasa Amorium, “dari Amirul Mukminin kepada anjing Romawi; keluarkan wanita itu dari penjara dan janganlah menzaliminya, atau aku akan datang dengan pasukan yang baris depannya ada di hadapanmu dan baris paling belakangnya ada di hadapanku! (Diriwayatkan dalam KitabTarikh Ibnu Asakir)
Pasukan Abbasiyah dipimpin secara pribadi oleh Khalifah al-Mu’tasim (memerintah 833–842), sebagai pembalasan terhadap perlakuan zalim Romawi pada seorang wanita muslimah di masa kaisar Byzantium Theophilos (memerintah 829–842). Al Mu’tasim menuju Amorium, sebuah kota Bizantium di Asia Minor bagian barat —sekarang bagian dari Turki— , yang ternyata adalah tempat kelahiran dinasti Bizantium yang berkuasa dan, pada saat itu, salah satu kota terbesar dan terpenting di Bizantium.
.
Khalifah membagi pasukannya menjadi dua: satu detasemen 10.000 muslim Turki di bawah Afshin dikirim ke timur laut untuk bergabung dengan amir Malatya Umar al-Aqta dan pasukan Armenia. Sementara pasukan utama di bawah khalifah sendiri akan menyerang Cappadocia melalui Gerbang Cilician.
Benteng kota itu ternyata sangat kuat, dengan parit lebar dan dinding tebal dilindungi oleh 44 menara, sebagaimana dicatat ahli geografi kontemporer Ibnu Khordadbeh. Khalifah menugaskan masing-masing jenderalnya pada satu bentangan tembok. Baik pengepung dan yang dikepung memiliki banyak mesin pengepungan, dan selama tiga hari kedua belah pihak bertukar tembakan pelontar.
.
Peristiwa pengepungan itu terjadi sejak 6 Ramadhan sampai 17 Ramadhan 223 Hijriah, setelah 11 hari pengepungan akhirnya Kota Amorium menyerah. Dalam usaha pembukaannya, dikatakan dalam riwayat sejarah bahwa Al Mu’tashim memerintahkan tentaranya untuk menggunakan kulit kambing yang ditumpuk untuk menimbun parit yang menghalangi Kaum Muslimin.
.
Generasi Shalahhudin
Baca Juga : 11 Januari 630 M, Pembebasan Kota Mekkah Dimulai (Fathu Makkah)
Baca Juga : 3 September 1260, Pertempuran Ain Jalut: Runtuhnya Mitos Kedigdayan dan Awal Hancurnya Kekaisaran Mongol