Liga Balkan terbentuk di bawah perlindungan Rusia pada musim semi 1912 untuk merebut Masedonia dari Turki, yang pada saat itu sudah berperang melawan Italia.
Hasil akhir perang ini, Liga Balkan merebut hampir semua wilayah Ottoman di Balkan sekaligus melahirkan negara baru yaitu Albania. Meski sukses, Bulgaria tidak puas dengan hasil pembagian wilayah yang amat menguntungkan Macedonia. Hal inilah yang kemudian memicu Perang Balkan II. Dalam perang ini militer Ottoman diperkuat 12.024 perwira, 324.718 prajurit, 47.960 ekor hewan, 2.318 artileri, dan 388 senapan mesin.
Baca juga : Pentingnya mengajarkan sejarah kepada anak-anak
Baca juga : 10 November 1444, Battle of Varna : Kegagalan tentara salib menyelamatkan Konstantinopel dan wilayah Balkan
Kesalahan informasi intelijen
Sementara di sisi Liga Balkan, Bulgaria yang saat itu menjadi negara terkuat di semenanjung itu memobilissai 599.878 orang dari 4,3 juta penduduknya. Militer Bulgaria kemudian dibagi menjadi sembilan divisi infantri, satu divisi kavaleri, dan 1.116 unit artileri. Tentara Bulgaria difokuskan di Thrace, sebuah daerah yang kini juga menjadi wilayah Yunani dan Turki, serta Macedonia.
Bulgaria mendapatkan bantuan dari Serbia yang mengerahkan 255.000 personel, kemudian Yunani yang dianggap negeri paling lemah mengirimkan 125.000 tentara. Sedangkan, Macedonia yang wilayahnya paling kecil tetapi kemampuan militernya terus meningkat mengirimkan 44.500 tentaranya.
Secara total Liga Balkan memiliki 749.500 personel menghadapi militer Ottoman yang di awal perang mencapai 336.742 personel tetapi terus bertambah. Montenegro memulai konflik dengan mendeklarasikan perang terhadap Ottoman pada 8 Oktober 1912. Macedonia yang berada di sisi barat Balkan bersama denvan Albania, dan Kosovo dianggap daerah yang kurang penting.
Ottoman menganggap wilayah Thracia merupakan teater utama di mana pasukan Ottoman akan menghadapi pasukan Bulgaria. Sikap itu ditambah dengan kesalahan intelijen yang keliru memperkirakan kekuatan musuh dan tidak mengetahui kesepakatan rahasia antara Macedonia, Bulgaria, dan Serbia sebelum perang pecah.
Kesalahan informasi intelijen itu terbukti amat fatal karena membuat para perwira keliru menerapkan strategi di masa awal perang di medan tempur Thracia. Selain itu, saat Ottoman merespon deklarasi perang pada 15 Oktober 1912, mobilisasi militer baru separuh selesai.
Tentara yang kurang memadai & infrastruktur yang buruk
Sehingga saat deklarasi perang dikumandangkan, hanya ada 580.000 tentara Ottoman di Balkan menghadai 912 tentara Liga Balkan. Kondisi infrastruktur yang buruk ikut memengaruhi lambatnya mobilisasi pasukan, sebagian besar komandan juga baru bertugas karena ditunjuk pada 1 Oktober 1912.
Sejarawan Turki Handan Nezir Akmese berpendapat, seharusnya untuk merespon ultimatum Liga Balkan, pemerintah Ottoman seharusnya mengulur waktu dengan cara-cara diplomasi sambil menunggu mobilisasi pasukan selesai.
Pada Oktober 1912, Menteri Perang Nazim Pasha dan Menteri AL Mahmund Muhtar Pasha terlalu optimis dengan kemampuan militernya sehingga menyarankan pasukan Ottoman harus menyerang lebih dulu. Namun, di sisi lain para perwira senior menyarankan lebih mengutamakan pertahanan karena mobilisasi pasukan dan masalah logistik membuat ofensif sulit dilakukan.
Kekalahan di berbagai front
Sayangnya, peringatan para komandan senior ini diabaikan. Alhasil, Ottoman mengalami kekalahan di berbagai front yang kemudian berujung pada Perjanjian London 30 Mei 1913 yang sekaligus mengakhiri Perang Balkan I.
Hasil perjanjian itu adalah semua wilayah Ottoman di sebelah barat kota Enez dan Kiyikoy diserahkan kepada Liga Balkan. Kesepakatan itu juga menyatakan Albania sebagai sebuah negara independen.
Namun, semua wilayah yang akan menjadi teritori Albania masih diduduki Serbia atau Yunani yang enggan meninggalkan daerah itu. Masalah lain adalah Bulgaria yang masih memiliki sengketa dengan Serbia terkait wilayah utara Macedonia dan dengan Yunani soal wilayah selatan Macedonia.
Menghadapi dua masalah ini, Bulgaria memindahkan pasukannya ke Thracia Timur untuk bersiap jika diperlukan kekerasan untuk menyelesaikan masalah.
Enggan menyerah terhadap berbagai tekanan, Yunani dan Serbia menyelesaikan masalah mereka dan meneken aliansi militer untuk menghadapi Bulgaria pada 1 Mei 1913. Aliansi baru ini terbentuk bahkan sebelum Perjanjian London benar-benar disepakati. Situasi ini kemudian memicu pecahnya Perang Balkan II.
Baca juga : Kisah Pembantaian Brutal 20 Ribu Muslim Era Ottoman oleh Pemberontak Yunani