Taktik pertempuran dan keberaniannya yang tak tertandingi sebagai seorang prajurit
ZONA PERANG (zonaperang.com) Sultan Salahuddin Ayubi merupakan sosok prajurit dan penguasa yang fenomenal. Dia adalah pahlawan dari ratusan pertempuran.
Karakternya membuatnya dihormati bahkan oleh musuh-musuhnya
Dilansir dari laman World Bulletin pada Jumat (23/4/21), Dunia tidak pernah menyaksikan penakluk yang lebih sopan dan manusiawi seperti Salahuddin. Taktik pertempuran dan keberaniannya yang tak tertandingi sebagai seorang prajurit. Kenegarawanan yang heroik dan kekuatan karakternya membuatnya dihormati bahkan oleh musuh-musuhnya. Dia dikenal karena membebaskan kota suci Yerusalem dari Tentara Salib.
“Dunia lebih menyukai Salahuddin dibanding Muhammad Al Fatih, seorang anak muda yang cerdas namun cenderung tempramental”
Alih-alih menjadi sosok yang dibenci di Eropa, ia menjadi contoh terkenal dari prinsip-prinsip kesopanan. Perang Salib mewakili perang paling dahsyat, dan terpanjang dalam sejarah umat manusia.
Pada puncak kekuasaannya, ia memerintah Mesir, Suriah, Mesopotamia, Hijaz, dan Yaman. Sejarah mencatat ada dua pencapaian utamanya yang diakui tidak hanya oleh dunia Muslim tetapi juga musuh-musuhnya. Salah satunya adalah Perang melawan Tentara Salib dan kedua, merebut Yerusalem.
Baca juga : Janji Panglima Salahuddin Ayyubi Merebut Yerusalem dalam Perang Salib
Latar belakang dan keturunan Kurdi
Sultan Salahuddin Ayyubi lahir pada 532 H (1137 M) di Tekrit di Tepi Barat Tigris antara Mosul dan Baghdad. Dia sangat disayangi oleh ayahnya, Ayyub. Keluarganya memiliki latar belakang dan keturunan Kurdi.
Salahuddin Ayyubi menjadi orang yang selama dua puluh tahun menantang Tentara Salib, dan akhirnya memukul mundur pasukan gabungan Eropa yang datang menyerbu Tanah Suci.
Pemeluk kristen menyerang umat Islam dalam ekspedisi demi ekspedisi selama hampir tiga abad
Pemeluk kristen menyerang umat Islam dalam ekspedisi demi ekspedisi selama hampir tiga abad. Jutaan orang tewas dalam pertempuran. Belum lagi kelaparan atau penyakit sebagai dampak akibat perang.
Pada 29 September, Salahuddin menyeberangi Sungai Yordan untuk menghadang bala bantuan Tentara Salib dari Karak dan Shaubak di sepanjang jalan Nablus dan membawa sejumlah tahanan. Sementara itu, pasukan Tentara Salib utama di bawah Guy de Lusignan pindah dari Sepphoris ke al-Fula.
Salahuddin mengirim 500 pasukan untuk mengganggu pasukan mereka dan dia sendiri memimpin barisan pasukan ke Ain Jalut. Ketika pasukan Tentara Salib maju, pasukan Salahuddin tiba-tiba bergerak menyusuri aliran Ain Jalut.
Setelah beberapa serangan Ayyubiyah, termasuk serangan di Zir’in, Forbelet, dan Gunung Tabor, Namun, Raynald dari Chatillon, mengganggu jalur perdagangan dan ziarah Muslim dengan armada di Laut Merah, jalur perairan yang harus dibuka Salahuddin.
Sebagai tanggapan, Salahuddin membangun armada 30 kapal untuk menyerang Beirut pada 1182. Raynald mengancam akan menyerang kota suci Makkah dan Madinah dan menanggapinya dengan menjarah karavan jamaah haji pada 1185.
Pertempuran Hattin
Pada Juli 1187 Salahuddin merebut sebagian besar Kerajaan Yerusalem. Pada 4 Juli 1187, di Pertempuran Hattin, ia menghadapi pasukan gabungan Guy de Lusignan, Permaisuri Raja Yerusalem dan Raymond III dari Tripoli.
Dalam pertempuran ini saja pasukan Tentara Salib sebagian besar dihancurkan oleh tentara Salahuddin. Kekalahan itu adalah bencana besar bagi Tentara Salib dan titik balik dalam sejarah Perang Salib. Salahuddin menangkap Raynald de Chatillon dan secara pribadi bertanggung jawab atas eksekusinya sebagai pembalasan atas penyerangan karavan Muslim.
Baca juga : Nuruddin Mahmud Zanki, Pahlawan Muslim yang Terlupakan
Baca juga : Tragedi Keluarga Shalahuddin Menjual Baitul Maqdis kepada Frederick II (Perang Salib Keenam)
Ia tidak pernah sholat kecuali berjamaah
Salahuddin biasa menunaikan sholat wajib lima waktu tepat waktu. Ia tidak pernah sholat kecuali berjamaah, dan Salahuddin tidak pernah menunda sholat. Dahulu selalu memiliki seorang imam bersamanya, tetapi jika imam tidak hadir, dia akan sholat di belakang ulama saleh yang mungkin duduk bersamanya.
Tidak punya cukup uang untuk menunaikan haji
Salahuddin akan menghabiskan sebagian besar uangnya untuk bersedekah, dan dia tidak pernah memiliki cukup kekayaan yang mengharuskan dia untuk membayar zakat. Meski selalu ingin menunaikan haji, namun Salahuddin sibuk berjihad, sehingga tidak punya cukup uang untuk menunaikan haji, dan ia pun meninggal tanpa menunaikannya.
Untuk menjadi pemimpin, seseorang harus berani, tegas, dan berkemauan keras, namun penyayang, adil, dan baik hati. Pada Senin dan Kamis, Salahuddin biasa duduk dan mendengarkan keluhan rakyatnya dalam sidang yang dihadiri oleh ahli hukum, hakim, dan cendekiawan.
Dia kemudian akan menghabiskan satu jam di siang atau malam hari untuk menulis komentar dan pendapatnya tentang setiap petisi. Dia tidak pernah mengecewakan siapa pun yang meminta bantuannya.
Salahuddin tidak pernah berbicara buruk tentang siapa pun, dan tidak pernah mengizinkan siapa pun untuk melakukannya di hadapannya. Dia tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pernah menggunakan penanya untuk mempermalukan seorang Muslim.
Mengirimkan buah-buahan serta es
Ketika musuh utama Salahuddin, Raja Inggris Richard ‘the Lionheart’, jatuh sakit, dia bertanya tentang kesehatannya dan mengirimkan buah-buahan serta es kepadanya. Tentara Salib, yang lapar dan dilanda kemiskinan, tercengang dengan kesopanan dan belas kasihan yang mulia dari musuh mereka.
Salahuddin meninggal pada usia 57 tahun. Harta miliknya hanya 47 dirham dan satu dinar. Dia tidak meninggalkan harta tetap atau warisan lainnya.
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : Sultan Alp (Allepo) Arslan : Pemimpin yang ahli militer dan dicintai rakyat