Perjanjian yang Mengubah Tatanan Dunia Lama
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Perjanjian Westphalia atau Perdamaian Westfalen mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun yang berdarah. Konflik tersebut membuat negara-negara besar Eropa Tengah bangkrut dan menyebabkan 8 juta orang tewas.
Perjanjian juga dikenal dengan nama Perjanjian Munster dan Osnabruck merupakan perjanjian yang mengakhiri perang pada 1618-1648 dan secara resmi mengakui Republik Belanda dan Konfederasi Swiss.
Perjanjian ini ditandatangani antara Kaisar Romawi Suci Ferdinand III, para pangeran Jerman, dan perwakilan dari Belanda, Prancis, dan Swedia. Perjanjian Pyrenees yang ditandatangani pada 1659 dan menandai berakhirnya perang antara Prancis dan Spanyol juga sering dianggap sebagai bagian dari perdamaian ini, bahkan sejarawan sering menganggap perdamaian ini sebagai penanda dimulainya era modern.
Baca juga : 1 November 1814, Kongres Wina : Kekuatan besar Eropa Memetakan Tatanan Dunia Pasca Napoleon
Meskipun perang 30 tahun ini terlihat sebagai konflik keagamaan antara Protestan dan Katolik, persaingan antara dinasti Habsburg dan kekuatan lain juga merupakan salah satu pendorong utama terjadinya perang. Akibat dari perang ini, musibah kelaparan dan wabah penyakit terjadi dengan sangat mengerikan.
Konflik Sektarian Terburuk dalam Sejarah
Perang 30 tahun ini merupakan dampak lanjutan dari reformasi gereja yang dilakukan oleh marthin luther di jerman pada abad sebelumnya, dimana dia menolak ajaran katolik roma pada saat itu karena penguasaannya yang sering kali terjadi praktik-praktik yang tidak sesuai dengan ajaran Kristen sebelumnya, sebut saja misalnya penjualan indulgensi atau surat pengampunan kepada orang-orang saat itu.
Lebih lanjut, perang ini dimulai pada 1618 ketika kaisar katolik, Ferdinand II, mencoba memaksakan keseragaman agama di kekaisaran roma suci. Intervensi swedia dan perancis segera mengubahnya menjadi konflik eropa mengenai struktur konstitusional kekaisaran romawi suci, agama dan kekuasaan untuk memerintah di eropa.
Perjanjian ini juga mengakhiri perang 80 tahun antara spanyol dan belanda yang sudah dimulai sejak pemerintahan raja Philip II dimana raja Philip menginginkan agar seluruh daerah dibawah kuasanya untuk menganut agama Katolik roma, namun Belanda yang terlalu dekat dengan Jerman yang pada saat itu menerapkan ajaran lutheranis menolak seruan dari raja Philip ini. Lebih lanjut, ia juga ingin menjadikan belanda yang saat itu berada dibawah kekuasaanya untuk menerapkan permintahan absolut namun mereka menolak dan pecahlah perang antara spanyol dan belanda.
Sebagai akibat dari perang 30 tahun, banyak kota yang hancur di eropa utamanya jerman, disertai dengan musibah kelaparan dan wabah penyakit.
Para sejarawan menganggap perdamaian ini sebagai penanda dimulainya era modern. Bagaimana tidak, perjanjian ini mengubah peta politik dunia di eropa dan melahirkan sistem negara berdaulat yang lebih baik, dimana semua negara di eropa diberikan kebebasan untuk mengatur pemerintahannya sendiri berdasarkan atas kepentingan nasional negara masing-masing dan melepaskan diri dari penguasaan otoritas gereja dimana bentuk negara bukan lagi sebuah kerajaan-kerajaan.
Perjanjian ini juga memberikan kemerdekaan kepada beberapa negara di eropa seperti belanda, swiss, dan beberapa negara-negara kecil. Terakhir, perjanjian westphalia ini menempatkan Katolik Roma, Lutheran, dan calvinist di Jerman pada posisi yang sama. Meskipun perjanjian telah ditandatangani, namun bukan berarti kedamaian telah terwujud di seluruh penjuru eropa. Spanyol dan perancis masih saja terus berperang sampai ditandatanganinya perdamaian Pyrenees pada tahun 1659.