Daerah Blitar Selatan ini sangat strategis sebagai tempat persembunyian dan berkumpulnya gembong-gembong PKI, karena daerah tersebut berupa tebing-tebing yang curam dan perbukitan yang sulit untuk dijangkau oleh pasukan darat.
ZONA PERANG(zonaperang.com) – Gerakan G30S 1965 yang dimotori Letkol Untung dan Aidit gagal total di Jakarta. TNI AD memukul balik dan menghancurkan PKI dalam waktu singkat. Para pemimpin gerakan itu ditangkap atau dihukum mati.
Sisa-sisa kaum komunis yang lari akhirnya berkumpul di Blitar Selatan sekitar tahun 1966 untuk konsolidasi. Mereka memusatkan basis perlawanan di Blitar Selatan karena pada masa itu, daerah tersebut sangat tertinggal.
Kemiskinan
Tanahnya tandus, sulit dijangkau dan hampir semua masyarakatnya hidup di bawah garis kemiskinan. Di kawasan ini terdapat banyak gua-gua tersembunyi yang ideal untuk perang gerilya.
Beberapa pentolan PKI yang ikut bergabung di Blitar Selatan di antaranya Rewang dan Oloan Hutapea. Ada juga Sukatno, mantan Ketua Pemuda Rakyat.
Di Blitar Selatan, PKI menggelar Sekolah Perlawanan Rakyat (SPR) dan Kursus Kilat Perang Rakyat (KKPR). Pelatihnya adalah para desertir tentara yang membelot ke pihak komunis. Saat itu PKI berhasil mempengaruhi cukup banyak anggota militer untuk mendukung mereka.
Aksi-aksi perampokan di sekitar lokasi meningkat. Panglima Kodam Brawijaya Mayjen M Jasin yang curiga mengirimkan intelijen militer ke Blitar Selatan. Dia mendapati laporan ada gerakan bersenjata di sana.
Jasin kemudian memutuskan menggelar operasi militer. Awalnya sempat sulit, karena tak ada bantuan dana dari pusat. M Jasin mendatangi Gubernur Jawa Timur Muhammad Noer, dari sana dia mendapat pinjaman uang Rp 20 juta untuk modal operasi militer.
Juni 1968, Operasi Trisula mulai digelar. Kolonel Wintarmin diangkat sebagai komandan. Tentara menyisir kawasan hutan Blitar Selatan untuk mencari pemberontak. Banyak anggota PKI yang tertangkap.
Satgas Operasi Elang
Dalam buku Perjuangan TNI AU, disebutkan Angkatan Udara mengerahkan Satgas Operasi Elang untuk membantu Operasi Trisula. Tulang punggung kekuatan Udara yaitu pesawat Pengebom B-26 Invader dan tiga pesawat pemburu Cocor Merah P-51 Mustang.
“Pelaksanaan operasi penghancuran dilakukan dengan penembakan-penembakan roket dan senapan mesin 12,7 mm dari udara terhadap sasaran di areal yang luas di lereng-lereng gunung dengan hutan yang sangat lebat di sepanjang pantai selatan Blitar,” demikian ditulis TNI AU.
Pihak lawan yang semula bersembunyi di hutan-hutan terpaksa meninggalkan persembunyiannya dan bergeser ke arah utara. Di sana sudah siap tim penyapu dari darat menghentikan mereka.
Operasi Trisula mencatat 33 tokoh PKI ditembak mati. Sementara 850 tokoh PKI bisa ditangkap selama tiga bulan operasi.
Baca juga : Mengapa Soeharto Tidak Diculik PKI, padahal dia termasuk perwira berpangkat tinggi saat itu?
Baca juga : Tiga Pesan Soeharto kepada Presiden Soekarno Pasca Pemberontakan G30S/PKI