- Kisah tentang 160 tentara elit AS yang turun ke Mogadishu pada bulan Oktober 1993 untuk menangkap dua letnan utama seorang panglima perang yang dianggap memberontak, namun mendapati diri mereka dalam pertempuran putus asa dengan pasukan besar Somalia yang bersenjata lengkap
- Operasi Pemulihan Harapan akan dikenang di Amerika Serikat karena bencana spektakuler yang telah membentuk kebijakan luar negeri sejak saat itu
ZONA PERANG (zonaperang.com) – Pada 3 Oktober 1993, 160 tentara AS pimpinan Mayor Jenderal William F. Garrison melakukan Operasi Ular Gothic ke Mogadishu, ibukota Somalia. MIsi ini dilancarkan untuk menangkap Aidid & penasihat utamanya yang dianggap sebagai sumber kekacauan dan kelaparan di negeri itu. Pasukan terdiri dari 75th Rangers, operator anti-teroris Delta Force dan pilot 160th SOAR / Night Stalkers menuju pasar Baakara di Mogadishu.
“Operasi Pemulihan Harapan, sebuah inisiatif AS yang mendukung resolusi PBB yang bertujuan untuk menghentikan meluasnya kelaparan. Upaya yang dimulai pada tahun 1992 ini bertujuan mengamankan jalur perdagangan sehingga makanan bisa sampai ke Somalia. PBB memperkirakan tidak kurang dari 250.000 nyawa terselamatkan.”
Dengan pengiriman pasukan AS, maka masyarakat Somalia menilai AS terlalu ikut campur dalam pemerintahan Somalia. Karena itulah pemberontak menarik/ mencuri stok bantuan pangan yang dikirimkan oleh PBB agar posisi AS berada dalam kondisi kritis dan diharapkan dapat keluar dari wilayah Somalia. Selain itu, pemberontak juga melakukan tindakan kekerasan terhadap pasukan AS, serta melakukan aksi penculikan.
“Konvoi truk dan Humvee darat akan menunggu di luar gerbang untuk membawa pasukan dan tahanan mereka. Secara keseluruhan, operasi tersebut melibatkan 19 helikopter, 12 kendaraan, dan sekitar 160 tentara.”
Baca Juga : Mengapa Marinir Amerika menggunakan UH-1N Huey daripada UH-60 Black Hawk?
Baca juga : “Dracula” Tersungkur di Tangan “Al Fatih”: Kisah Nyata di Balik Legenda
Dijadwalkan berlangsung hanya 30 menit saja
Datang dengan tekad yang dianggap mulia, para prajurit dengan seksama mempersiapkan rencana mereka. Tapi kenyataanya rencana mereka gagal total, operasi yang dijadwalkan berlangsung hanya 30 menit saja berlangsung menjadi 18 jam. Misi yang semula dianggap mudah ini berujung menjadi bentrokan yang tak terhindarkan dengan persiapan yang kurang. Semula semua berjalan lancar sampai pada akhirnya milisi memergoki keberadaan tentara Amerika dan memobilisasi masyarakat awam untuk melawan.
Perlawanan yang dilakukan oleh pemberontak Somalia, membuahkan hasil: Mereka berhasil menjatuhkan 2 buah helikopter angkut UH-60 Black Hawk AS, menembak mati dan menawan beberapa pasukan. Peristiwa ini menyebabkan delapan belas orang pasukan AS tewas dan tujuh puluh tiga orang luka berat serta lebih dari lima ratus pasukan Somalia tewas dalam konflik tersebut.
Bagaimanapun, Sebuah kehilangan kecil bagi negara adidaya semacam Amerika adalah tamparan keras, apalagi terjadi di wilayah konflik negara ketiga semacam Somalia. Peristiwa di Somalia memicu revisi kebijakan militer luar negeri Amerika Serikat di bawah Presiden Clinton setelah insiden Mogadishu.
Kekuatan militer Amerika untuk menangani konflik-konflik militer di negara ketiga (baik tergabung dalam PBB atau NATO) difokuskan kepada penggunaan artileri dan patroli udara, dibanding mengerahkan tenaga infanteri. Pengiriman batalyon udara untuk menengahi krisis Balkan di 1995 (Bosnia) dan 1999 (Kosovo) adalah bukti bahwa insiden Mogadishu memegang peranan penting dalam kebijakan luar negeri Amerika Serikat. 18 korban tentara AS mungkin tidak sebanding bagi 500 rakyat Somalia. Tetapi dampaknya cukup signifikan bagi perubahan peta politik dunia.
Baca Juga : Cambodia’s killing fields : Kisah nyata Kekejaman komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot
Film
Black Hawk Down adalah film perang tahun 2001 yang disutradarai dan diproduksi oleh Ridley Scott (Gladiator, Kingdom of Heaven), dan diproduksi bersama oleh Jerry Bruckheimer(Pearl Harbor, Pirates of the Caribbean), dari skenario oleh Ken Nolan. Hal ini didasarkan pada buku non-fiksi eponymous tahun 1999 oleh jurnalis Mark Bowden, tentang awak helikopter Black Hawk yang ditembak jatuh selama Pertempuran Mogadishu. Film ini menampilkan pemain, termasuk Josh Hartnett (Pearl Harbor), Ewan McGregor (The Ghost Writer), Eric Bana (Munich, Hulk), Tom Sizemore (Born on the Fourth of July), William Fichtner (Armageddon, The Perfect Storm), Jason Isaacs (The Patriot, Peter Pan), Sam Shepard (Stealth, Swordfish), Jeremy Piven (The Kingdom), Ioan Gruffudd (Titanic), Ewen Bremner (Around the World in 80 Days), Hugh Dancy, dan Tom Hardy dalam peran film pertamanya. Orlando Bloom, Ty Burrell, dan Nikolaj Coster-Waldau juga memiliki peran kecil.
Black Hawk Down dirilis terbatas pada 28 Desember 2001, dan dirilis ke publik pada 18 Januari 2002. Film ini mendapat ulasan positif dari kritikus film, meskipun dikritik karena ketidakakuratan. Film ini tampil cukup baik di box office, meraup $172 juta ($298,616,475 nilai 2024) di seluruh dunia dengan anggaran produksi sebesar $92 juta ($159,725,091). Black Hawk Down memenangkan dua Academy Awards untuk Penyuntingan Film Terbaik dan Tata Suara Terbaik di Academy Awards ke-74.
Baca Juga : Israel adalah Investasi terbaik Amerika
Baca juga : Film K-19 : The Widowmaker – Kisah nyata ketergesaan Soviet yang berujung bencana