Pesawat pengebom B-25 menjadi terkenal dalam Serangan Doolittle yang berani pada bulan April 1942. Letnan Kolonel James Doolittle mempermalukan militer Jepang dengan menembus beberapa pertahanan udara paling tangguh di dunia dan menjatuhkan bom hanya sepelemparan batu dari Istana Kaisar. Pesawat B-25 dalam Serangan Doolittle merupakan satu-satunya pesawat yang mengebom Tokyo hingga tahun 1944, ketika B-29 Superfortress mulai beroperasi dari Kepulauan Mariana
ZONA PERANG (zonaperang.com) – AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) menerima 20-an unit pembom North American B-25 Mitchell dari ML-KNIL (ML-KNIL (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) dalam beragam versi untuk membentuk Skadron Pembom 1 yang bermarkas di Cililitan, Jakarta (Halim Perdanakusuma sekarang).
AURI menggunakan pesawat bermesin piston Wright Twin Cyclone ini cukup lama, mulai dari tahun 1950 sampai pertengahan 1970-an Bahkan kehadiran Ilyushin Il-28 “Beagle” untuk operasi Trikora dan Dwikora, Mitchell tidak serta merta langsung dipensiunkan. Masih diikutkan dalam kedua kampanye militer itu karena teknisi AURI lebih siap dalam mengoperasikannya daripada pembom bermesin jet yang lebih rumit.
Baca Juga : B-26B Invader: Pembom Terakhir Indonesia
Kaya akan senapan mesin
B-25 versi J artinya lebih condong sebagai pesawat serang darat daripada versi H atau pembom. AURI menerima kedua versi ini, ditambah versi angkut dan pemotretan udara. Ciri khas yang membedakan antara J dan H adalah di bagian hidung. Kalau versi pembom, hidungnya berlapis kaca sebagai tempat juru bom (bombardier), sedangkan versi serang darat, hidungnya didominasi delapan senapan mesin kaliber 12,7 mm.
“Namun, didorong oleh kebutuhan di Pasifik, J yang dimodifikasi di lapangan dan akhirnya versi produksi sekali lagi menampilkan moncong kokoh yang menampung delapan senjata tetap kaliber .50 untuk serangan di ketinggian rendah. Dalam konfigurasi ini, model J dapat menghancurkan kendaraan dan kapal dengan hingga 14 senapan mesin berat yang dapat menembak ke depan.”
Pesawat yang tergolong sebagai pembom medium (medium bomber) ini memang kaya akan senapan mesin, dari hidung ada delapan senapan mesin, masih ditambah sepasang lagi di sisi kanan-kiri kokpit, ditambah masing-masing satu lagi di bagian kanan-kiri pinggang pesawat.
Terakhir di ekor, ada penembak ekor bersenjata sepasang senapan mesin. Semestinya masih ada kubah senapan mesin lagi di atas kokpit tapi biasanya dicopot agar tidak menimbulkan gaya hambat (drag) berlebihan. Baik versi pembom atau serang darat dapat dilengkapi bom di perutnya hampir satu ton dan masih ditambah lagi empat roket di masing-masing sayap.
Banyak makan asam garam pertempuran
Selanjutnya, B-25 bertugas di setiap area pertempuran yang diterbangkan oleh Belanda, Inggris, Cina, Rusia, dan Australia selain pasukan AS. Meskipun pesawat itu awalnya ditujukan untuk pengeboman datar dari ketinggian sedang, pesawat itu digunakan secara luas di Teater Pasifik untuk mengebom lapangan udara Jepang dan emplasemen pantai dari ketinggian puncak pohon, dan untuk menembaki dan mengebom kapal musuh.
B-25 Mitchell mungkin adalah pesawat milik TNI AU yang paling banyak makan asam garam pertempuran. Pesawat ini digunakan TNI dalam semua operasi militer. Mulai dari menumpas pemberontakan RMS di Maluku, PRRI/Permesta di Sumatera dan Manado, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat hingga penumpasan PKI.
Pesawat ini pula yang dipilih Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel Udara Pedet Soedarman untuk mengebom Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base di Singapura. Saat itu Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dalam kampanye Dwikora.
Baca juga : 5 September 1942: Jepang Kalah di Teluk Milne, Tanda Perubahan Arah Perang Pasifik
Karakteristik umum
Awak: 5 (satu pilot, navigator/bombardier, penembak/teknisi menara, operator radio/penembak pinggang, penembak ekor)
Panjang: 52 kaki 11 inci (16,13 m)
Lebar sayap: 67 kaki 7 inci (20,60 m)
Tinggi: 16 kaki 4 inci (4,98 m)
Luas sayap: 618 kaki persegi (57,4 m2)
Berat kosong: 19.480 lb (8.836 kg)
Berat lepas landas maksimum: 35.000 lb (15.876 kg)
Pembangkit tenaga: 2 × Wright R-2600-92 Twin Cyclone 14 silinder dua baris mesin piston radial berpendingin udara, masing-masing 1.700 hp (1.300 kW)
Performa
Kecepatan maksimum: 272 mph (438 km/jam, 236 kn) pada 13.000 kaki (4.000 m)
Kecepatan jelajah: 230 mph (370 km/jam, 200 kn)
Jangkauan: 1.350 mi (2.170 km, 1.170 nmi)
Ketinggian layanan: 24.200 kaki (7.400 m)
Persenjataan
Senjata: senapan mesin 12–18 × .50 in (12,7 mm) dan meriam T13E1 75 mm (2,95 in)
Titik keras: belenggu ventral seberat 2.000 lb (900 kg) untuk menahan satu torpedo Mark 13 eksternal
Roket: rak untuk delapan roket pesawat berkecepatan tinggi (HVAR) 5 in (127 mm)
Bom: bom seberat 3.000 lb (1.360 kg)
Baca Juga : The Admiral: Roaring Currents, Film yang Membangkitkan Kebanggaan Bangsa Korea
Baca Juga : Inggris Secara Rahasia menempatkan 48 Bom Nuklir 25kt “Red Bread”di Pangkalan Udara Tengah Singapura