ZONA PERANG (zonaperang.com) – AURI (Angkatan Udara Republik Indonesia) menerima 20-an unit pembom North American B-25 Mitchell dari ML-KNIL (ML-KNIL (Militaire Luchtvaart van het Koninklijk Nederlands-Indisch Leger) dalam beragam versi untuk membentuk Skadron Pembom 1 yang bermarkas di Cililitan, Jakarta (Halim Perdanakusuma sekarang).
AURI menggunakan pesawat bermesin piston Wright Twin Cyclone ini cukup lama, mulai dari tahun 1950 sampai pertengahan 1970-an Bahkan kehadiran Ilyushin Il-28 “Beagle” untuk operasi Trikora dan Dwikora, Mitchell tidak serta merta langsung dipensiunkan. Masih diikutkan dalam kedua kampanye militer itu karena teknisi AURI lebih siap dalam mengoperasikannya daripada pembom bermesin jet yang lebih rumit.
Baca Juga : B-26B Invader: Pembom Terakhir Indonesia
B-25 versi J artinya lebih condong sebagai pesawat serang darat daripada versi H atau pembom. AURI menerima kedua versi ini, ditambah versi angkut dan pemotretan udara. Ciri khas yang membedakan antara J dan H adalah di bagian hidung. Kalau versi pembom, hidungnya berlapis kaca sebagai tempat juru bom (bombardier), sedangkan versi serang darat, hidungnya didominasi delapan senapan mesin kaliber 12,7 mm.
Pesawat yang tergolong sebagai pembom medium (medium bomber) ini memang kaya akan senapan mesin, dari hidung ada delapan senapan mesin, masih ditambah sepasang lagi di sisi kanan-kiri kokpit, ditambah masing-masing satu lagi di bagian kanan-kiri pinggang pesawat.
Baca Juga : P-51D Mustang, “Cocor Merah” Andalan AURI(TNI-AU)
Terakhir di ekor, ada penembak ekor bersenjata sepasang senapan mesin. Semestinya masih ada kubah senapan mesin lagi di atas kokpit tapi biasanya dicopot agar tidak menimbulkan gaya hambat (drag) berlebihan. Baik versi pembom atau serang darat dapat dilengkapi bom di perutnya hampir satu ton dan masih ditambah lagi empat roket di masing-masing sayap.
Banyak makan asam garam pertempuran
B-25 Mitchell mungkin adalah pesawat milik TNI AU yang paling banyak makan asam garam pertempuran. Pesawat ini digunakan TNI dalam semua operasi militer. Mulai dari menumpas pemberontakan RMS di Maluku, PRRI/Permesta di Sumatera dan Manado, pemberontakan DI/TII di Jawa Barat hingga penumpasan PKI.
Pesawat ini pula yang dipilih Komandan Skadron I Pembom Taktis Kolonel Udara Pedet Soedarman untuk mengebom Pangkalan Udara Militer Tengah Air Force Base di Singapura. Saat itu Indonesia terlibat konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura dalam kampanye Dwikora.
Baca Juga : Inggris Secara Rahasia menempatkan 48 Bom Nuklir 25kt “Red Bread”di Pangkalan Udara Tengah Singapura