Islam adalah penghalang yang nyata. Islam harus dihapus sampai ke akar-akarnya sehingga wilayah Xinjiang yang kaya sumber daya alam dapat ditaklukan sepenuhnya.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Xinjiang tak kunjung tenang. Wilayah otonomi masyarakat Uighur di barat laut Cina ini, selalu saja mengabarkan nestapa Muslim, yang hak asasinya diinjak-injak pemerintah Komunis Cina. Dua kali kawasan ini coba dimerdekakan, dua kali pula republik Islam berdiri di sana, namun negara baru itu selalu berhasil dibubarkan.
Xinjiang tidak termasuk yang dikelilingi oleh Tembok Besar Cina
Jika Kita membayangkan Xinjiang sebuah kawasan kecil di tepi gurun pasir Asia Tengah, Kita keliru. Xinjiang adalah sebuah kawasan besar, luasnya setara dengan tiga pulau Sumatra, atau sama dengan Pakistan dan Afghanistan digabung jadi satu. Sejak dulu, Xinjiang merupakan wilayah penting yang diperebutkan.
Baca juga : Ketika Uighur Mendirikan Republik Islam Turkestan Timur
Baca juga : Umat Islam, PKI dan Militer : Babak Akhir Jelang Pemberontakan Komunis September 1965
Xinjiang merupakan urat nadi perdagangan dunia
Dulu, Xinjiang merupakan urat nadi perdagangan dunia, karena berada di Jalur Sutra. Kini, Xinjiang merupakan wilayah yang kaya sumberdaya alam. Ungkapan ‘di mana ada adzan di situ ada minyak’, juga terbukti di sini.
Cadangan minyak dan gas terbesar Republik Rakyat Cina (RRC) ada di sini, khususnya di Xinjiang bagian selatan (Tarim Basin), tempat Muslim Uighur sejak dulu tinggal menetap di bawah sistem pemerintahan tradisional yang disebut Khanate atau Khaganate (Xinjiang juga menyumbang 38% cadangan batu bara nasional, sedangkan minyak-gas menyumbang lebih dari seperempat total cadangan nasional).
Mineral
Di luar itu, ada temuan sebanyak 122 jenis mineral yang beberapa di antaranya menjadi penyumbang terbesar cadangan nasional, di antaranya beryllium yang merupakan bahan baku katoda untuk alat-alat elektronik, muscovite yang menjadi bahan baku kosmetik, dan mineral tahan api asbetos.
Demikian juga temuan cadangan bijih besi 730 juta ton, cadangan garam 318 juta ton, kristal mirabilite 170 juta ton and potassium nitrat sebanyak 2 juta ton. Potassium nitrat secara tradisional merupakan bahan baku peledak, dan kini digunakan sebagai bahan bakar roket.
Mayoritas mineral tersebut merupakan bahan baku penting untuk membangun industri elektronik dan juga pertahanan di masa mendatang. Tidak heran, pemerintah China sejak tahun 1970 menggenjot eksploitasi sumber daya alam di Xinjiang.
Mengutip The New York Times, sebanyak 53 BUMN China mulai dari energi, konstruksi, hingga teknologi telah menginvestasikan sebanyak US$300 miliar di 685 proyek di Xinjiang pada tahun 2014.
Baca juga : Cambodia’s killing fields : Kisah nyata Kekejaman komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot
Baca juga : Sejarah Tragedi Tanjung Priok(1984) : Kala Penguasa Menghabisi Umat Islam
Terpinggirkan
Ini menjadikan penduduk minoritas yang mayoritas berbahasa Turki merasa terpinggirkan di wilayahnya sendiri karena mereka secara natural tidak mampu bersaing di pasar tenaga kerja berbasis investasi dari China, yang memerlukan kemampuan berbahasa mandarin.
Dengan luas 1,6 juta kilometer persegi, Xinjiang setara dengan 17 persen wilayah Cina, dan merupakan wilayah otonomi terbesar di Cina. Namun, hanya lima persen (80 ribu kilometer persegi) wilayahnya yang bisa ditinggali. Meski demikian, wilayah yang hanya lima persen ini setara dengan 100 kali luas daratan Jakarta.
Bukanlah bagian dari Cina
Xinjiang tidak termasuk yang dikelilingi oleh Tembok Besar yang dibangun dinasti demi dinasti di Cina selama dua ribu tahun. Karena itu, orang-orang Uighur pun menjadikan fakta ini sebagai argumen bahwa tanah mereka bukanlah bagian dari Cina, apalagi mereka pun bukan orang Cina.
Kebijakan China yang cenderung Beijing-sentris dan menguntungkan suku pendatang (Han) menciptakan resistensi.
Beijing menuding gerakan itu ditunggangi oleh kelompok muslim garis keras wahabi dan Barat. Untuk mengatasinya, mereka mengambil kebijakan represif dengan menangkapi para aktivis, menghukum mati beberapa pemimpinnya, dan membangun fasilitas deradikalisasi yang belakangan dikenal sebagai “kamp penyiksaan” atau “kamp cuci otak”.
Baca juga : Twitter Tutup Ribuan Akun Propaganda China tentang Uighur dan Penjajahan di Xinjiang
Baca juga : Dinas Rahasia Inggris M16 : China Menjerat dan Menjebak Negara Miskin dan Berkembang dengan Utang