Kematian Slamet Riyadi merupakan sebuah kehilangan besar bagi TNI dan Indonesia. Ia merupakan seorang perwira yang sangat berani dan berbakat.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Slamet Riyadi lahir pada tanggal 26 Juli 1927 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia merupakan seorang perwira TNI yang sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Slamet Rijadi lahir dari pasangan Raden Ngabehi Prawiropralebdo, seorang perwira Tentara Kasunanan Surakarta, dan Soetati, seorang pedagang buah.
Slamet Rijadi menempuh pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) di Surakarta, kemudian melanjutkan ke MULO dan Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT). Setelah lulus dari SPT, Slamet Rijadi menjadi seorang navigator kapal kayu.
Pada masa pendudukan Jepang, Slamet Rijadi bergabung dengan Tentara Pembela Tanah Air (PETA). Pada tahun 1945, setelah Indonesia merdeka, Slamet Rijadi diangkat menjadi komandan Resimen 26 di Surakarta. Ia berperang melawan Belanda dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
Baca juga : Umat Islam, PKI dan Militer : Babak Akhir Jelang Pemberontakan Komunis September 1965
Baca juga : Krisis sandera kerata api Belanda 1977 : Pembajakan 19 hari oleh simpatisan Republik Maluku Selatan(RMS)
Memerangi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Pada tahun 1950, Slamet Rijadi ditugaskan ke Maluku untuk memerangi pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS). Pada tanggal 4 November 1950, Slamet Rijadi gugur dalam pertempuran melawan RMS di Ambon.
Kronologi kematiannya :
- Pada tanggal 4 November 1950, Slamet Riyadi sedang memimpin pasukannya untuk menyerang markas RMS di Benteng Victoria, Ambon.
- Ketika Slamet Riyadi sedang keluar dari panser, ia langsung ditembak oleh pasukan RMS.
- Peluru menembus perut Slamet Riyadi dan ia tewas seketika.
- Jasad Slamet Riyadi kemudian dibawa ke rumah sakit di Ambon, tetapi nyawanya tidak tertolong.
Slamet Rijadi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1961. Ia dikenang sebagai salah satu pahlawan yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Jakarta pada tanggal 11 November 1950.
Benteng Victoria & RMS
Benteng Victoria merupakan kubu pertahanan terakhir RMS. Pada tanggal 2 November 1950, pasukan TNI berhasil menguasai Ambon dan sebagian besar wilayah Maluku. Pasukan RMS yang tersisa mundur ke Benteng Victoria dan bertahan selama 4 minggu. Pasukan RMS akhirnya menyerah pada tanggal 8 November 1950.
Republik Maluku Selatan atau RMS adalah sebuah republik di Kepulauan Maluku yang diproklamasikan tanggal 25 April 1950. Konflik masih berlanjut sampai Desember 1963, kemudian mendirikan pemerintahan dalam pengasingan di Belanda pada tahun 1966. Ketika pemimpin pemberontak Dr. Christian Soumokil ditangkap militer Indonesia dan dieksekusi tahun 1966, presiden dalam pengasingan dilantik di Belanda
Baca juga : Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo, Pemimpin DI/TII yang dihukum mati sahabat karibnya
Serangan Umum Surakarta
Peristiwa Serangan Umum Surakarta adalah serangan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) kepada pasukan Belanda di Surakarta pada tanggal 6 Juli 1949. Serangan ini dipimpin oleh Letkol Slamet Riyadi sebagai Komandan Resimen 26, Letnan Kolonel Isdiman yang memangku jabatan Komandan Resimen 25 bertanggung jawab untuk bagian utara kota Surakarta dan Letnan Kolonel Suharto sebagai Komandan Batalyon X/Surakarta berwenang pada bagian tengah kota Surakarta.
Penyerangan ini diperintahkan Panglima Besar TNI Mayor Jenderal Soedirman dan diawasi langsung Kolonel Gatot Subroto selaku Panglima Divisi I/Gubernur Militer Jawa Tengah
Tujuan dari penyerbuan ini adalah untuk menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI masih kuat dan mampu melawan Belanda. Serangan ini berlangsung selama 6 jam dan berhasil menewaskan 21 tentara Belanda dan melukai 45 lainnya.
“Peristiwa Serangan Umum Surakarta juga merupakan salah satu faktor yang mendorong Belanda untuk akhirnya mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949.”
Serangan ini juga berhasil menduduki beberapa pos pertahanan Belanda, stasiun kereta api dan kantor pos di bagian selatan kota Surakarta yang merupakan tanggung jawabnya. Peristiwa Serangan Umum Surakarta merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Berikut adalah peran dan tugas Slamet Rijadi di TNI:
- Komandan Resimen 26 di Surakarta (1945-1950)
- Komandan Brigade 17 di Ambon (1950)
- Kepala Staf Komando Daerah Militer VII/Wirabuana (1950)
Penamaan
Slamet Riyadi dipakai sebagai nama kapal perang Indonesia KRI Slamet Riyadi (352) yang merupakan kapal kedua dari kapal perang Perusak Kawal Berpeluru Kendali kelas Ahmad Yani milik TNI Angkatan Laut. Kapal permukaan ini bekas pakai AL Belanda Hr.Ms. Van Speijk F802 yang kemudian dibeli oleh Jakarta. Kapal ini termasuk dalam Fregat kelas Leander dengan sedikit modifikasi dari disain RN Leander asli.
Pada tahun 1987, dibebastugaskan dari Koninklijke Marine dan mendapat peningkatan kemampuan sebelum berpindah tangan ke TNI-AL pada tahun 1987.
Setelah mengabdi selama lebih dari 30 tahun di TNI AL, KRI Slamet Riyadi dinonaktifkan pada bulan Agustus 2019 dan dalam latihan gabungan SINKEX (Sink Exercise / Latihan Penenggelaman Kapal) yang diselenggarakan di Laut Jawa pada tanggal 31 Juli 2023 kapal ini dihantam oleh empat rudal anti-kapal (2 Exocet MM40 Blok 3, C-802, dan C-705) serta empat bom jatuh bebas (M117 / Mk-12 General Purpose) 360 kg ex Israel A-4 skyhawk dari F-16 Fighting Falcon hingga terbelah menjadi tiga dan tenggelam.
Baca juga : Peran Suharto dan Sultan HB IX dalam Serangan Umum 1 Maret 1949
Baca juga : Battle of Nahavand : Serangan balasan Persia yang berujung Kekalahan Total