Dukungan Washington yang tak tergoyahkan untuk Israel berakar pada pasca Perang Dunia II, Perang Dingin, pengaruh politik pro-Israel, dan kekuatan PR – public relation.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Serangan brutal Israel ke Gaza atau Tepi Barat, pembiaran terhadap perluasan pemukiman ilegal Yahudi, eksploitasi mesjid Al-Aqsa dan bahkan pembelaan diri penduduk Palestina terhadap kolonialisme zionis, presiden Amerika Serikat Joe Biden dan pemerintahannya berpegang teguh pada naskah yang sudah lama ada di Washington, yang menyatakan dukungan tegas terhadap Israel dan “haknya yang sah untuk mempertahankan diri” dari serangan perlawanan rakyat Palestina.
Narasi tersebut gagal untuk mengakui keuntungan-keuntungan besar yang dinikmati oleh negara Israel atas Palestina dalam hal kekuatan militer, kekayaan dan sumber daya. Narasi itu juga menutup telinga terhadap seruan yang terus meningkat dari para anggota-anggota partai progresif di Kongres untuk mengambil sikap yang lebih keras terhadap Israel.
Baca juga : Mengapa Yahudi Dilarang Masuki Kompleks Masjid Al Aqsa, Status Quo dan perseteruan abadi
Baca juga : Mengenal Syekh Ahmad Yassin : Tokoh Karismatik Hamas yang Gugur Dihantam Rudal Israel usai Salat Subuh
Jadi mengapa AS begitu teguh dalam mendukung Israel?
Kapan AS mulai mendukung Israel?
Sejak awal. Mantan Presiden AS Harry S. Truman adalah pemimpin dunia pertama yang mengakui Israel ketika negara ini didirikan pada tahun 1948.
Mengapa Truman begitu cepat melakukan hal itu?
Sebagian karena ikatan pribadi. Mantan mitra bisnis Truman, Edward “Eddie” Jacobson – anak dari orang tua Yahudi Lituania, memainkan peran penting dalam meletakkan dasar bagi AS untuk mengakui Israel sebagai sebuah negara. Namun, ada juga pertimbangan strategis yang mendorong keputusan tersebut.
Apa saja kepentingan strategis pada saat itu?
Ini terjadi tepat setelah Perang Dunia II, ketika Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet sedang berlangsung.
Timur Tengah, dengan cadangan minyak dan jalur perairan strategisnya (Terusan Suez) merupakan medan pertempuran utama untuk pengaruh hegemoni negara adidaya. Amerika mengambil alih dari kekuatan Eropa yang sangat lemah sebagai perantara kekuatan barat utama di Timur Tengah.
Namun, bahkan saat itu pun, dukungan untuk Israel tidak tegas.
Jadi, kapan dukungan itu menjadi tegas?
Hal itu sebagian berakar pada perang Juni 1967 yang terjadi setelahnya di mana Israel mengalahkan tentara Mesir, Suriah, dan Yordania yang dipimpin dengan buruk dan menduduki sisa wilayah Palestina yang bersejarah (Yarusalem)- serta beberapa wilayah dari Suriah (dataran tinggi Golan) dan Mesir (Sinai).
Sejak saat itu, AS telah bertindak dengan tegas untuk mendukung superioritas militer Israel di wilayah tersebut dan untuk mencegah tindakan permusuhan oleh negara-negara Arab.
Apakah ada perkembangan lain yang berperan?
Ada juga perang Yom Kippur tahun 1973 yang berakhir dengan Israel mengalahkan pasukan Mesir dan Suriah.
Sebagian untuk mendorong perpecahan antara Mesir dan Suriah dan menggagalkan pengaruh Uni Soviet, AS menggunakan hasil perang 1973 untuk meletakkan dasar bagi kesepakatan damai antara Israel dan Mesir yang akhirnya dikukuhkan pada tahun 1979.
Apakah hal itu mempengaruhi bantuan AS kepada Israel?
Tentu saja. Israel adalah penerima kumulatif terbesar bantuan luar negeri AS di era pasca-Perang Dunia II.
Pada tahun 2016, Presiden Barack Obama menandatangani perjanjian pertahanan dengan Israel yang memberikan bantuan militer AS senilai $38 miliar selama 10 tahun, termasuk pendanaan untuk sistem pertahanan rudal Iron Dome.
Perlu diingat, Israel tidak benar-benar membutuhkan bantuan. Israel adalah negara berpenghasilan tinggi dengan sektor teknologi tinggi yang berkembang pesat.
Apakah ini semua hanya soal geostrategis praktis?
Seperti semua hal yang berhubungan dengan kebijakan luar negeri, opini publik, uang – dan pengaruh yang dibeli oleh uang dalam politik – juga berperan dalam kebijakan AS terhadap Israel dan Palestina.
Apa peran yang dimainkan oleh opini publik?
Opini publik Amerika telah lama condong ke arah Israel dan menentang Palestina, sebagian karena Israel memiliki mesin humas yang lebih unggul. Namun, aksi-aksi kekerasan yang menarik perhatian dan menjadi berita utama oleh kelompok-kelompok pro-Palestina seperti Pembantaian Munich pada tahun 1972, yang menewaskan 11 atlet Olimpiade Israel, juga menimbulkan simpati bagi Israel.
Apakah simpati itu goyah sama sekali?
Semakin banyak orang Amerika yang mendukung perjuangan Palestina, menurut survei tahunan yang dilakukan oleh Gallup inc 2021.
Jajak pendapat pada bulan Februari menemukan bahwa 25 persen orang Amerika lebih bersimpati kepada warga Palestina – meningkat 2 poin persentase dari tahun sebelumnya dan enam poin persentase lebih tinggi dari tahun 2018.
Peringkat yang menguntungkan bagi Otoritas Palestina juga mencapai titik tertinggi baru sebesar 30 persen – peningkatan 7 poin persentase dari tahun 2020.
Namun, Israel masih memegang kendali yang jauh lebih besar dalam opini publik AS.
Jajak pendapat Gallup -Management consulting company yang sama menemukan bahwa 58 persen orang Amerika lebih bersimpati pada Israel, sementara 75 persen orang Amerika menilai Israel dengan baik.
Bagaimana dengan pengaruh politik pro-Israel?
Ada sejumlah organisasi di AS yang mengadvokasi dukungan AS terhadap Israel. Yang terbesar dan paling kuat secara politis adalah Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC – American Israel Public Affairs Committee).
Para anggota organisasi ini menggunakan pengaruhnya melalui pengorganisasian akar rumput, advokasi dan penggalangan dana di kalangan warga Yahudi di AS serta gereja-gereja evangelis Kristen.
Seberapa kuatkah AIPAC?
AIPAC mengadakan konferensi tahunan di Washington, DC, dengan sekitar 20.000 peserta yang dihadiri oleh para politisi terkemuka AS. Presiden Joseph Robinette Biden Jr dan mantan Presiden Donald John Trump pernah hadir. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga merupakan peserta tetap.
Apakah ada saingan bagi AIPAC?
Sebuah kelompok pro-Israel yang lebih kecil bernama J Street yang diorganisir oleh Partai Demokrat telah berusaha membangun konstituen dalam politik AS yang mendukung hak-hak Israel dan Palestina.
Bagaimana dengan pengaruh dalam bentuk dolar?
Kelompok-kelompok kepentingan pro-Israel menyumbangkan jutaan dolar kepada para kandidat politik federal AS. Selama kampanye 2020, kelompok-kelompok pro-Israel menyumbangkan $30,95 juta, dengan 63 persen diberikan kepada Partai Demokrat, 36 persen kepada Partai Republik. Jumlah tersebut sekitar dua kali lipat lebih banyak dari yang mereka sumbangkan selama kampanye 2016, menurut OpenSecrets.org.
Siapa saja tokoh-tokoh politik AS yang mendukung Israel?
Mantan Presiden Trump, yang didorong oleh dukungan terhadap Israel dari kalangan Kristen evangelis dan pemimpin yang berpikiran sama dalam diri Benjamin “Bibi” Netanyahu, merupakan pembela Israel yang gigih selama empat tahun masa jabatannya.
Mayoritas besar Kongres AS dari Partai Demokrat dan Partai Republik secara terang-terangan pro-Israel.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nancy Patricia D’Alesandro Pelosi, Pemimpin Mayoritas DPR Steny Hamilton Hoyer dan Pemimpin Mayoritas Senat Charles Ellis Schumer – semuanya dari Partai Demokrat – memiliki rekam jejak yang panjang dalam mendukung Israel dan dapat diandalkan untuk menyuarakan dukungan yang kuat bagi hak Israel untuk mempertahankan diri pada saat-saat konflik.
Ketika ditanya apakah masih ada yang perlu dilakukan untuk menghentikan serangan Israel ke Gaza, Pelosi menjawab: “Faktanya adalah bahwa kami memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Israel, dan keamanan Israel adalah masalah keamanan nasional bagi kami, sebagai teman kami, negara demokratis di kawasan ini.”
“Hamas mengancam keamanan orang-orang di Israel. Israel memiliki hak untuk membela diri,” kata Pelosi.
Siapa yang berada di pihak Palestina?
Sudut pandang Palestina telah lama diwakili oleh Komite Anti-Diskriminasi Amerika-Arab (ADC – American-Arab Anti-Discrimination Committee), yang didirikan pada tahun 1980 dan Kampanye AS untuk Hak-Hak Palestina, sebuah jaringan aktivis yang didirikan pada tahun 2001. Namun, kelompok-kelompok pro-Palestina tidak begitu aktif dalam pengeluaran kampanye federal AS.
Apakah ada orang-orang kelas berat di Washington yang mendukung Palestina?
Di dalam Partai Demokrat AS, sebuah faksi progresif yang mendukung Palestina semakin menonjol di panggung nasional.
Di antara mereka adalah Senator Bernie Sanders atau Bernard Sanders dan Elizabeth Ann Warren, keduanya mantan pesaing untuk nominasi Partai Demokrat sebagai calon presiden pada tahun 2020. Sanders dan Warren telah menyerukan agar bantuan militer AS kepada Israel dikondisikan dengan hak asasi manusia Palestina.
Di Dewan Perwakilan Rakyat, tokoh-tokoh progresif baru seperti Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Abdullahi Omar, Ayanna Soyini Pressley, dan Rashida Harbi Tlaib – warga Amerika keturunan Palestina pertama yang terpilih menjadi anggota Kongres – telah muncul sebagai suara terdepan bagi warga Palestina.
Para pendatang baru yang lebih muda ini tidak terlalu bergantung pada struktur penggalangan dana tradisional dalam politik AS dan lebih termotivasi oleh keprihatinan atas perlakuan Israel terhadap warga Palestina di Gaza, Tepi Barat, dan Israel.
Mantan Presiden James Earl “Jimmy” Carter Jr, seorang Demokrat, telah membuka jalan bagi kaum progresif saat ini dengan sebuah buku terlaris tahun 2006 yang berjudul Palestina: Perdamaian Bukan Apartheid.
sumber: https://www.aljazeera.com/news/2021/5/18/short-answer-why-is-the-united-states-so-pro-israel
Baca juga : Yahya Ayash, mengubah batu menjadi peledak
Baca juga : (Foto Dunia nyata) Ukraina VS Palestina