Kisah “Semut Ibrahim” ini mengajarkan kita tentang pentingnya usaha dan keimanan, serta nilai dari perbuatan baik, meski sekecil apapun.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Semut merupakan salah satu hewan terkecil yang ada di dunia. Namun, kisahnya dengan Nabi Ibrahim AS tidak akan pernah dilupakan oleh manusia sampai kapanpun.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud (Nimrod) seekor semut berusaha untuk menyelamatkan sang Nabi dengan setetes air. Aksinya itu bahkan ditertawakan oleh hewan-hewan lain.
Perjuangan Semut Ibrahim: Inspirasi untuk Melawan Penindasan
Seperti kisah yang sudah sangat masyhur bahwa Nabi Ibrahim pernah dibakar oleh Raja Namrud karena menyebarkan ajaran tauhid untuk menyembah Allah. Semua orang menyaksikan peristiwa tersebut termasuk semut.
Hewan kecil itu merasa sedih karena utusan Allah dibakar oleh seorang raja yang zalim. Ia pun berusaha menyelamatkan Nabinya dengan cara mengambil air sesuai kemampuannya untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim.
Ia pergi ke sebuah sungai terdekat dan kemudian mengambil air dari sana. Tubuh semut yang kecil itu membuatnya hanya mampu membawa satu tetes air untuk memadamkan api.
Ditertawakan Gagak
Dalam perjalanan, semut bertemu dengan seekor burung gagak. Gagak yang melihat itu bertanya kepada semut perihal aksinya. Semua menjelaskan bahwa ia ingin menyelamatkan Nabi Ibrahim dari api besar yang berkobar.
Sang gagak yang mendengar jawaban dari semut itu pun merasa heran dan mengatakan bahwa apa yang dilakukan semut adalah sia-sia.
“Hahaha, apakah kamu yakin bisa memadamkan api besar yang dibuat Raja Namrud dengan air yang kau bawa itu?” tanya Gagak sambil tertawa.
Hendak Buktikan Keberpihakan pada Nabi Ibrahim
Semut yang masih gigih dengan usahanya itu pun tidak peduli dengan ucapan gagak. Ia kemudian menjelaskan bahwa apa yang dilakukannya memiliki alasan yang kuat.
Semut mengatakan bahwa apa yang ia lakukan itu membuktikan bahwa ia sedang berpihak kepada Nabi Ibrahim meskipun ia tahu, air yang dibawanya tidak akan bisa memadamkan api yang sudah berkobar.
“Aku ingin memastikan di mana posisi aku berada saat ini. Aku bukan makhluk yang tidak punya kepedulian hingga membiarkan keburukan terjadi. Aku harus melakukan sesuatu untuk menegakkan kebenaran,” jawab semut.
Baca juga : 19 September 1945, Perobekan Bendera Belanda di Hotel Yamato Surabaya: Simbol Perjuangan Rakyat Indonesia