- Dwikora: Ketika Indonesia Menantang Pembentukan Malaysia
- Dwikora: Ketika Indonesia Menantang Status Quo Regional
- Operasi Dwikora: Nasionalisme, Kontroversi, dan Pertaruhan Geopolitik di Nusantara
ZONA PERANG(zonaperang.com) Pada pertengahan 1960-an, Indonesia berada di tengah-tengah pergolakan politik yang intens. Di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno, negara ini terlibat dalam konfrontasi dengan Malaysia yang baru terbentuk. Dari sinilah lahir Operasi Dwikora, sebuah kampanye militer dan politik yang menjadi saksi kepentingan geopolitik regional Indonesia berdasarkan persamaan sejarah serta kultural.
Dwikora, singkatan dari “Dwi Komando Rakyat”, diumumkan oleh Soekarno pada 3 Mei 1964. Tujuannya adalah menentang pembentukan Federasi Malaysia, yang dianggap sebagai “boneka neo-kolonialisme” oleh pemerintah Jakarta saat itu.
Baca juga : 17 Oktober 1968, Usman dan Harum Marinir Indonesia digantung di Singapura (Hari ini dalam Sejarah)
Beda negara penjajah
Pada tahun 1963, penjajah Inggris mendukung pembentukan Federasi Malaysia yang meliputi Malaya, Singapura, Sarawak, dan Sabah. Presiden Soekarno, yang sangat menentang kolonialisme dan imperialisme, melihat pembentukan federasi ini sebagai proyek neo-kolonial yang didalangi oleh Inggris untuk memperkuat pengaruh Barat di Asia Tenggara. Operasi Dwikora pun dilancarkan sebagai respons terhadap perkembangan ini, dengan tujuan menggagalkan berdirinya negara Malaysia dan melindungi kepentingan Indonesia di kawasan.
Pelaksanaan Operasi Dwikora & keseimbangan kekuatan
Operasi Dwikora tidak hanya mencakup aksi militer, tetapi juga kampanye politik dan diplomatik untuk menekan pembentukan Malaysia. Indonesia melakukan infiltrasi ke wilayah Malaysia dengan mengirimkan sukarelawan dan pasukan terlatih untuk melakukan serangan gerilya. Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga berusaha memperkuat dukungan dari negara-negara lain yang bersimpati terhadap perjuangan anti-kolonial.
“Operasi ini melibatkan berbagai taktik, mulai dari infiltrasi bersenjata ke wilayah Malaysia hingga kampanye diplomatik di forum internasional. Pasukan Indonesia melakukan serangan gerilya di Kalimantan Utara dan bahkan mencoba pendaratan di Semenanjung Malaya.”
Namun, Dwikora bukanlah sekadar operasi militer. Ia juga mencerminkan dinamika politik dalam negeri Indonesia yang kompleks. Soekarno, yang berusaha menyeimbangkan kekuatan antara militer, komunis, dan kelompok nasionalis, melihat konfrontasi ini sebagai cara untuk mempersatukan bangsa di bawah satu tujuan.
Kritik
Namun, operasi ini tidak berjalan mulus. Meskipun mendapatkan dukungan dari sebagian besar rakyat Indonesia yang saat itu sangat nasionalis, Operasi Dwikora juga memicu kritik baik dari dalam maupun luar negeri. Banyak yang menganggap bahwa konfrontasi ini justru mengisolasi Indonesia secara diplomatik dan melemahkan ekonomi yang saat itu sudah rapuh. Di tengah konflik ini, hubungan antara Indonesia dan negara-negara Barat, terutama Inggris dan Amerika Serikat, memburuk.
Hasil akhir
Meskipun akhirnya tidak mencapai tujuan utamanya, Operasi Dwikora meninggalkan jejak yang signifikan dalam sejarah Indonesia dan Asia Tenggara. Ia menandai puncak dari era Soekarno dan menjadi salah satu faktor yang berkontribusi pada perubahan politik besar di Indonesia pada tahun 1965-1966.
Pada akhirnya, Konfrontasi Indonesia-Malaysia ini berakhir pada tahun 1966, setelah Soekarno jatuh dari kekuasaan dan digantikan oleh Soeharto. Pemerintahan baru Indonesia segera mencari normalisasi hubungan dengan Malaysia melalui perjanjian damai.
Hari ini, Dwikora tetap menjadi subjek diskusi dan analisis di kalangan sejarawan dan analis politik. Ia mengingatkan kita pada kompleksitas hubungan regional dan bagaimana ambisi nasional dapat membentuk lanskap geopolitik.
“Meskipun penuh kontroversi, Operasi Dwikora mencerminkan kompleksitas hubungan internasional di masa-masa awal kemerdekaan Indonesia dan menggambarkan upaya negara ini untuk menegaskan peran dan posisinya di tengah percaturan politik dunia. “
Baca juga : Inggris Secara Rahasia menempatkan 48 Bom Nuklir 25kt “Red Bread”di Pangkalan Udara Tengah Singapura
Baca juga : Operasi Claret: Serangan Tersembunyi Pasukan Inggris dan Australia di Kalimantan Indonesia