- Menggali Sejarah Transoxiana: Dari Penaklukan Hingga Pengaruh Modern
- Warisan Transoxiana: Ketika Timur Tengah Bertemu Timur Jauh
- Transoxiana, juga dikenal sebagai Transoxania atau atau “negeri di belakang sungai”, adalah sebuah wilayah yang terletak di Asia Tengah, di antara sungai Amu Darya (Oxus) dan Syr Darya (Jaxartes). Wilayah ini memiliki sejarah yang kaya dan kompleks, dengan pengaruh dari berbagai kebudayaan dan agama. Meskipun terkesan asing bagi banyak orang, Transoxiana telah menjadi pusat perjuangan, kebudayaan dan pengaruh Islam yang signifikan.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Transoxiana, dikenal juga dengan nama Ma Wara’un-Nahr dalam bahasa Arab, adalah wilayah bersejarah yang terletak di Asia Tengah, di antara dua sungai besar, Amu Darya dan Syr Darya. Daerah ini mencakup wilayah yang sekarang dikenal sebagai Uzbekistan, Tajikistan, Kazakhstan, dan sebagian Turkmenistan. Meskipun nama Transoxiana mungkin tidak dikenal luas di luar kalangan sejarahwan, wilayah ini merupakan pusat penting dalam peradaban Islam dan penghasil beberapa karya besar dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan kebudayaan.
Transoxiana telah menjadi tempat pertemuan berbagai kebudayaan dan agama sejak zaman kuno. Wilayah ini telah dikuasai oleh berbagai kekaisaran, termasuk Kekaisaran Persia, Kekaisaran Makedonia, dan kesultanan Arab.
Baca juga : 10 Maret 1220 M(4 Dzulhijjah 616), Kisah Tragis Jatuhnya Bukhara
Baca juga : Ismail Haniyeh: Dari Kamp Pengungsi ke Panggung Politik
Sejarah dan Pengaruh Islam di Transoxiana
Pengaruh Islam di Transoxiana dimulai pada abad ke-7 ketika pasukan Muslim mulai merambah wilayah ini setelah penaklukan Persia. Namun, Islam tidak serta merta menguasai daerah ini secara cepat. Masyarakat lokal, yang sebagian besar beragama Zoroaster, Budha, dan memiliki tradisi nomaden, perlahan-lahan menerima agama Islam melalui proses interaksi perdagangan, perkawinan, dan perpindahan pusat kebudayaan dari Timur Tengah ke Asia Tengah. Baru pada abad ke-8, setelah dinasti Umayyah dan Abbasiyah, Islam mulai menjadi agama dominan, terutama berkat keberhasilan penaklukan oleh komandan perang seperti Qutayba ibn Muslim.
“Pada abad ke-8, Transoxiana menjadi bagian dari Kekhalifahan Abbasiyah, dan Islam mulai berkembang pesat di wilayah ini. Pengaruh Islam tidak hanya terbatas pada agama, tetapi juga membawa perubahan besar dalam bidang politik, ekonomi, dan budaya. Kota-kota seperti Samarkand dan Bukhara menjadi pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Islam.”
Di bawah kekuasaan Dinasti Samanid (abad ke-9 hingga 10), Transoxiana mencapai puncak kejayaannya sebagai pusat kebudayaan Islam. Di sinilah beberapa cendekiawan besar seperti Al-Biruni, Al-Khwarizmi, Ibnu Sina (Avicenna), dan Al-Farabi lahir dan mengembangkan karya-karyanya. Tidak hanya bidang filsafat dan ilmu pengetahuan, tetapi juga sastra Persia berkembang pesat di wilayah ini. Pengaruh besar dari wilayah ini meresap ke seluruh dunia Muslim.
Pengaruh Islam dalam Budaya dan Warisan
Hingga hari ini, meskipun Transoxiana telah melalui berbagai perubahan politik dan demografis, pengaruh Islam tetap melekat dalam budaya lokal. Kota-kota kuno seperti Samarkand dan Bukhara menjadi simbol keagungan arsitektur dan spiritualitas Islam. Madrasah, masjid, dan pasar-pasar kuno tetap menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat modern di wilayah ini.
“Salah satu tokoh terkenal dari Transoxiana adalah Imam al-Bukhari, seorang ulama dan penyusun hadis yang terkenal. Karyanya, Sahih al-Bukhari, adalah salah satu kitab hadis yang paling dihormati dan diakui oleh umat Islam. “
Di era pasca-Soviet, wilayah-wilayah yang dulu terisolasi dari dunia Islam kini kembali membangun hubungan dengan kebudayaan Muslim lainnya, dengan memperkuat kembali identitas Islam dalam politik dan kebudayaan.
Transoxiana mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, tetapi warisan kebudayaan yang ditinggalkannya, terutama dalam kontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan spiritualitas, terus mempengaruhi dunia hingga kini. Wilayah ini tidak hanya sekedar bagian dari sejarah Islam, tetapi juga batu loncatan dalam membentuk masa depan dunia Muslim.
Baca juga : 24 November 1221, Battle of the Indus : kemenangan Mongol atas kerajaan muslim Khwarazmian