- Perjuangan Penduduk Asli: The Last of the Mohicans sebagai Simbol Kekerasan Penjajahan
- Pada tahun 1992, film The Last of the Mohicans diproduksi oleh Michael Mann dan berdasarkan novel karya James Fenimore Cooper. Film ini tidak hanya menawarkan sebuah cerita romantis dan petualangan yang menarik, tetapi juga mengungkapkan tema yang lebih dalam tentang penjajahan dan perjuangan penduduk asli Amerika.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Film ini diadaptasi dari novel klasik karya James Fenimore Cooper yang terbit pada tahun 1826. Berlatar di tengah Perang Tujuh Tahun antara Inggris dan Prancis (1756-1763), film ini menempatkan suku-suku asli Amerika di posisi yang sulit. Mereka tidak hanya menjadi korban perang antara kekuatan Eropa, tetapi juga menjadi alat politik di tangan para kolonialis. Suku Mohican, suku tempat karakter utama Uncas dan Chingachgook berasal, menjadi representasi dari banyak suku asli yang perlahan kehilangan tanah, budaya, dan identitas mereka akibat kolonialisme.
Dalam konflik ini, penduduk asli seperti suku Mohikan dan Huron menjadi korban utama penjajahan. Film ini menunjukkan bagaimana penjajahan kolonial Inggris dan Perancis menghancurkan kehidupan penduduk pribumi.
Film ini mendapat ulasan positif dari para kritikus dan sukses secara komersial. Film ini juga memenangkan Academy Award ke 65 untuk Tata Suara Terbaik.
Kolonialisme dan Pengkhianatan
Salah satu tema utama film ini adalah bagaimana suku-suku asli Amerika terpaksa memilih pihak dalam konflik yang sebenarnya bukan milik mereka. Prancis dan Inggris, dua kekuatan besar Eropa yang sedang berebut wilayah di Amerika Utara, memanfaatkan suku-suku ini untuk mencapai tujuan mereka. Aliansi sementara dengan Inggris atau Prancis sering kali berakhir dengan pengkhianatan, dan suku-suku tersebut jarang sekali mendapatkan manfaat dari perjanjian yang mereka buat.
Suku Huron, yang dalam film ini dipimpin oleh Magua (Wes Studi), misalnya, digambarkan sebagai pihak yang bersekutu dengan Prancis. Magua, yang menyimpan dendam pribadi terhadap kolonel Inggris Munro, menjadi sosok kompleks yang melambangkan bagaimana pengkhianatan oleh kolonialis dapat menciptakan luka dalam di antara masyarakat asli. Meskipun tindakannya seringkali brutal, motivasi Magua berakar pada rasa ketidakadilan akibat penjajahan.
Suku Mohican: Simbol Kehilangan
Suku Mohican, seperti banyak suku asli lainnya, mengalami penurunan populasi dan kekuatan akibat kolonialisme. Dalam film ini, Uncas dan ayahnya Chingachgook adalah dua dari sedikit yang tersisa dari suku mereka. Judul film, The Last of the Mohicans, secara harfiah menggambarkan kehancuran sebuah bangsa yang dulunya kuat dan kaya akan budaya. Ini mencerminkan hilangnya identitas banyak suku asli Amerika yang terpaksa menyerah pada gelombang penjajahan Eropa.
“Karakter utama film ini adalah Hawkeye (Daniel Day-Lewis), seorang trapper yang diadopsi oleh suku Mohikan, dan Cora Munro (Madeleine Stowe), putri seorang kolonel Inggris. Mereka berdua terlibat dalam perjuangan melawan suku Huron yang dipimpin oleh Magua (Wes Studi), yang memiliki dendam pribadi terhadap keluarga Munro.”
Dalam konteks ini, karakter Hawkeye yang merupakan orang Eropa tetapi tumbuh bersama suku Mohican, berperan sebagai jembatan antara dua dunia. Meskipun Hawkeye dianggap sebagai pahlawan, kenyataan bahwa dia adalah “orang luar” yang menjadi penyelamat menyoroti peran dominan orang kulit putih dalam cerita yang berfokus pada penduduk asli.
Konteks Sejarah yang Lebih Luas
Film The Last of the Mohicans menawarkan gambaran visual yang memukau dari wilayah perbatasan Amerika selama pertengahan abad ke-18. Di balik keindahan alamnya, terungkap realitas brutal dari masa penjajahan di mana suku-suku asli terjepit di antara dua kekuatan yang mereka tidak dapat kendalikan.
Perang Tujuh Tahun adalah konflik besar pertama yang memengaruhi seluruh benua Amerika Utara, dan meskipun hasil akhir perang mengukuhkan Inggris sebagai kekuatan dominan di wilayah tersebut, itu juga mempercepat penaklukan dan pengusiran banyak suku asli dari tanah mereka. Aliansi yang dibentuk selama perang sering kali hancur setelah perang berakhir, meninggalkan suku-suku asli tanpa perlindungan dari serangan lebih lanjut oleh para penjajah.
Sebuah Kisah Tragedi yang Relevan
Walaupun The Last of the Mohicans memiliki elemen cerita cinta antara Hawkeye dan Cora Munro (Madeleine Stowe), film ini pada intinya adalah tragedi tentang penghilangan budaya dan kehancuran suku-suku asli Amerika. Cinta dan keberanian tokoh-tokoh utamanya adalah sekadar elemen yang memperkuat latar belakang sejarah yang gelap.
“The Last of the Mohicans tidak hanya sebagai film petualangan atau romansa, tetapi juga sebagai simbol perjuangan penduduk asli Amerika melawan penjajahan. Film ini mengingatkan kita tentang sejarah yang kompleks dan berdarah di Amerika Utara, di mana suku-suku asli harus menghadapi ancaman dari kekuatan kolonial.”
Film ini berhasil menggambarkan bagaimana kolonialisme tidak hanya menciptakan konflik antar kekuatan besar, tetapi juga menghancurkan masyarakat yang berada di antaranya. Suku Mohican, dengan semua kehilangan mereka, menjadi simbol dari banyak suku asli Amerika yang tertindas dan dihapuskan oleh sejarah yang dikendalikan oleh kekuatan kolonial Eropa.
Baca juga : Buku Catatan Kaki dari Gaza, Joe Sacco: “Kisah Tragedi Penjajahan Israel dalam Gambar”
Baca juga : Singapura : Negeri melayu yang “hilang”, sebuah pelajaran dan ancaman demografi yang sangat menghantui