- Yahya Sinwar: Pemimpin di Medan Terdepan
- Yahya Sinwar: Simbol Ketangguhan dan Keberanian
- Perjuangan Palestina: Fitnah dan Realitas Yahya Sinwar
- Dia sering bertemu dengan para komandan lapangan, memberikan strategi dan dukungan moral kepada para pejuang.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Yahya Ibrahim Hassan Sinwar, lahir pada tahun 1962 di kamp pengungsi Khan Younis, Gaza, adalah sosok penting dalam perjuangan Palestina dan pemimpin Hamas yang terkemuka. Sejak muda, Sinwar terlibat dalam aktivitas perlawanan terhadap pendudukan Israel, bergabung dengan Ikhwanul Muslimin dan mendirikan organisasi keamanan Al-Majd pada tahun 1985. Ia ditangkap oleh penjajah Israel beberapa kali, menghabiskan total 23 tahun di penjara sebelum dibebaskan dalam pertukaran tahanan pada tahun 2011.
Meskipun kematiannya merupakan kehilangan besar, perjuangan Palestina tidak akan berakhir. Justru, kematian Yahya dan para pejuang lainnya akan melahirkan pejuang-pejuang baru yang siap meneruskan perjuangan.
Perjuangan Yahya bukan hanya tentang melawan musuh di medan perang, tetapi juga tentang mempertahankan martabat dan hak-hak bangsanya. Warisannya akan terus hidup dalam hati setiap pejuang yang lahir dari semangatnya.
Baca juga : Kematian Syahid dalam Islam: Kehormatan Tertinggi di Jalan Allah
Perjuangan dan Kepemimpinan
Sinwar dikenal sebagai pemimpin yang berani dan berkomitmen. Ia terpilih sebagai pemimpin Hamas di jalur Gaza pada tahun 2017 dan kemudian terpilih menggantikan Biro Politik Hamas Ismail Haniyeh pada Agustus 2024 yang gugur di Teheran. Di bawah kepemimpinannya, gerakan pembebas Hamas melanjutkan perjuangan bersenjata melawan penjajah Israel, meskipun seringkali menghadapi kritik dan fitnah.
Salah satu tuduhan yang sering dilontarkan adalah bahwa ia bersembunyi di terowongan dan berlindung di antara sandera, padahal kenyataannya ia berjuang di garis depan dan berinteraksi langsung dengan para komandan lapangan.
“Sejak kecil Yahya Sinwar yang memiliki keluarga berasal dari Asqalan (Ashkelon)telah menyaksikan kesengsaraan dan penderitaan rakyat Palestina. Ini membuatnya berkomitmen untuk berjuang demi kebebasan dan hak-hak mereka. Sinwar menjadi aktivis politik dan kemudian bergabung dengan Hamas, sebuah organisasi yang bertujuan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.”
Sinwar gugur dalam baku tembak dengan Pasukan kolonial Israel di Rafah pada 16 Oktober 2024. Meskipun kematiannya merupakan kehilangan besar bagi gerakan perjuangan Hamas, pimpinan lainnya menegaskan bahwa semangat perlawanan tidak akan padam. “Kemartiran Sinwar akan menjadi pendorong bagi pejuang-pejuang baru untuk melanjutkan perjuangan,” ungkap Khalil Hayya, salah satu pemimpin Hamas.
Reaksi Terhadap Kematian Sinwar
Kematian Sinwar memicu reaksi keras dari Hamas dan dunia. Mereka mengancam tidak akan melepaskan tawanan negara teror Israel sampai serangan terhadap Gaza dihentikan. Pimpinan Hamas menegaskan bahwa perjuangan untuk pembebasan Palestina akan terus berlanjut dengan semangat yang lebih besar.
Masyarakat Palestina dan dunia Internasional melihat Sinwar sebagai simbol ketahanan dan keberanian. Ia dikenang sebagai sosok yang tidak hanya memimpin dari belakang tetapi juga berada di garis depan pertempuran melawan penjajahan.
Tahukah Kita?
Orang tua Sinwar diusir dari kampung halaman mereka, Majdal, yang terletak di luar wilayah Gaza saat ini di wilayah Asqalan.
Asqalan dijajah oleh para pemukim Eropa Kaukasia Ashkena
zi, dan namanya diubah menjadi Ashkelon setelah Nakba pada tahun 1948.
Pembantaian yang dilakukan terhadap penduduk asli memaksa keluarganya, bersama dengan para penyintas lainnya, untuk melarikan diri ke selatan menuju Gaza.
Dengan kata lain, pada tanggal 7 Oktober 2023, ia menyerang kampung halamannya sendiri!
Apakah Anda juga akan menyerang penjajah kampung halaman Anda sendiri setelah mereka mengusir keluarga dan orang tua Anda karena mereka berasal dari Eropa Timur dan mengklaim bahwa Tuhan mereka telah menjanjikan kota Anda 3000 tahun yang lalu?!!!
Baca juga : Hassan Nasrallah: Kisah Perjuangan dan Kepemimpinan Hezbollah
Baca juga : 1 Oktober 2024, Operation True Promise II: Serangan Balistik Iran yang Mengguncang Israel