- Gedung Putih di Bawah Trump: Sebagai pebisnis, Dia akan lebih pragmatis dan meminta Israel mengumumkan kemenangan melawan Hamas dan bernegosiasi dibalik meja serta menarik sebanyak mungkin negara muslim tunduk dibawah tekanannya.
- Donald Trump telah memenangkan pemilihan presiden Amerika Serikat 2024, mengalahkan lawannya Kamala Harris dengan perolehan 295 suara elektoral. Kembalinya Trump ke Gedung Putih sebagai Presiden AS ke-47 diprediksi akan membawa perubahan signifikan dalam kebijakan Ekonomi, luar negeri AS dan situasi di Timur Tengah.
- Berdasarkan rekam jejaknya, Trump tidak akan membuat kondisi di bumi Palestina lebih baik.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Donald John Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, telah menjadi tokoh kontroversial dalam dunia politik. Setelah menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 dari tahun 2017 hingga 2021, ia kembali menjadi pusat perhatian setelah menenangkan pemilu dan kembali menjadi Presiden Amerika Serikat ke-47.
Dia dan bisnisnya telah menjadi penggugat atau tergugat dalam lebih dari 4.000 tindakan hukum, termasuk enam kebangkrutan bisnis. Pemilihan dan kebijakannya memicu banyak protes. Dia adalah satu-satunya presiden AS yang tidak memiliki pengalaman militer atau pemerintahan sebelumnya.
Banyak komentar dan tindakannya yang dicirikan sebagai bermuatan rasial, rasis, dan misoginis. Pada masa jabatan pertamanya, Trump memerintahkan larangan bepergian bagi warga negara dari beberapa negara berpenduduk mayoritas Muslim, mengalihkan dana militer untuk membangun tembok di perbatasan AS-Meksiko, dan menerapkan kebijakan pemisahan keluarga(Pemerintahan Trump memisahkan lebih dari 5.400 anak-anak keluarga migran dari orang tua mereka di perbatasan AS-Meksiko).
Baca juga : Amerika : Negara Diktator Berbalut Demokrasi
Baca juga : Apakah Palestina Akan Berakhir? Dari Afrika Selatan ke Gaza: Pelajaran Perjuangan Melawan Penjajahan
Sang Presiden
Donald Trump lahir pada 14 Juni 1946 di New York City. Ia adalah seorang pengusaha sukses(membangun dan merenovasi gedung pencakar langit, hotel, kasino, dan lapangan golf) sebelum memasuki dunia politik. Trump memenangkan pemilu presiden pada tahun 2016 dan menjabat sebagai Presiden Amerika Serikat ke-45 dari tahun 2017 hingga 2021. Setelah kekalahannya dalam pemilu presiden 2020, Trump terus aktif dalam politik dan berhasil menenangkan pemilu kembali, menjadikannya Presiden Amerika Serikat ke-47.
Trump kalah dalam pemilihan presiden 2020 dari Joe Biden tetapi menolak untuk mengakui kekalahannya, secara keliru mengklaim adanya kecurangan pemilu yang meluas, dan berusaha untuk membatalkan hasil pemilu.
Pada masa pemerintahan pertama, Trump terus mendapat keuntungan dari bisnisnya dan mengetahui bagaimana kebijakan pemerintahannya memengaruhi bisnisnya. Meskipun ia mengatakan akan menghindari “kesepakatan asing baru”, Trump Organization mengejar perluasan operasinya di Dubai, Skotlandia, dan Republik Dominika.
Pada tanggal 6 Januari 2021, ia mendesak para pendukungnya untuk berbaris ke Gedung Capitol AS, yang kemudian diserang oleh banyak dari mereka. Ia adalah satu-satunya presiden AS yang dimakzulkan dua kali, pada tahun 2019 karena penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres setelah ia menekan Ukraina untuk menyelidiki Biden, dan pada tahun 2021 karena hasutan pemberontakan; Senat membebaskannya dalam kedua kasus tersebut.
Pada tahun 2024, juri New York memutuskannya bersalah atas 34 tuduhan kejahatan memalsukan catatan bisnis terkait dengan pembayaran uang tutup mulut kepada Stormy Daniels, menjadikannya satu-satunya presiden AS yang dihukum karena kejahatan. Trump juga menerima dakwaan pidana terkait dugaan kesalahan penanganan dokumen rahasia dan campur tangan pemilu 2020, dan dinyatakan bertanggung jawab dalam gugatan perdata atas pelecehan seksual dan pencemaran nama baik pada tahun 2023 dan 2024, dan atas penipuan keuangan pada tahun 2024.
Apa Dampak Terpilihnya Trump bagi Palestina-penjajah Zionis dan Timur Tengah?
Terpilihnya Trump sebagai Presiden Amerika Serikat ke-47 memiliki dampak besar bagi konflik Palestina-entitas zionis dan situasi di Timur Tengah. Berikut adalah beberapa dampaknya:
- Dukungan untuk kolonialis zionis:
- Trump dikenal karena dukungannya yang kuat terhadap penjajahan di Palestina. Selama masa jabatannya sebagai Presiden ke-45, ia mengambil beberapa keputusan kontroversial yang mendukung zionis, seperti pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota entitas ilegal Israel dan pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem(Abraham Accords).
- Di bawah Trump, AS mengakui kedaulatan penjajah atas Dataran Tinggi Golan yang dirampas dari Syria dalam perang 1967. Pada tahun 2020, Gedung Putih menjadi tuan rumah penandatanganan perjanjian perdamaian, bernama Abraham Accords, antara Israel dan negara-negara muslim(Sebelum Trump, hanya ada 2 negara Arab yang mengakui entitas kolonialis Israel: Mesir dan Yordania. Saat Trump berkuasa, jumlahnya menjadi 6: Maroko, Sudan, Uni Emirat Arab, dan Bahrain bergabung dalam mengakui penjajah Israel).
- Kemenangannya kali ini disambut antusias oleh pemerintah apartheid zionis. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut kemenangan Trump sebagai “awal baru bagi Amerika dan komitmen ulang yang kuat terhadap aliansi besar antara penjajah Israel dan Amerika.”
- Terpilihnya Trump kembali sebagai Presiden akan memperkuat dukungan Amerika Serikat terhadap kolonialis termasuk dukungan terhadap pemukiman ilegal Israel di wilayah pendudukan yang dapat memicu ketegangan lebih lanjut dengan Palestina.
- Selama pemerintahan Trump sebelumnya, bantuan AS untuk Palestina dipangkas drastis dan kantor perwakilan Palestina di Washington ditutup.
- Trump juga mungkin masih menyimpan marah saat Netanyahu mengucapkan selamat atas kemenangan Joe Biden padahal dia belum diumumkan menang secara resmi. Katanya: “He greeted him very early. Earlier than most world leaders. I’ve not spoken to him since. F**k him.”
- Pengaruh Terhadap Indonesia:
- Normalisasi Hubungan: Dorongan untuk normalisasi hubungan antara penjajah zionis dan negara-negara Arab serta Indonesia kemungkinan akan semakin intensif.
- Dolar AS diprediksi akan menguat sehingga makin memberatkan serta meminimalkan ruang gerak belanja termasuk alutsista. Hal ini karena ekspektasi kebijakan Trump yang pro-pertumbuhan ekonomi dan kemungkinan Fed mempertahankan suku bunga tinggi serta konsolidasi perusahaan-perusahaan besar yang berada di balik partai Republik.
- Perang dagang yang semakin hebat dengan Cina akan membuat Xi Jinping mengalihkan semakin banyak produknya ke Indonesia
Baca juga : Presiden-presiden Amerika yang pernah menjadi target percobaan pembunuhan
- Dampak terhadap Perang Ukraina & NATO:
- Meskipun tidak disebutkan secara spesifik, kebijakan luar negeri Trump sebelumnya cenderung kurang mendukung perang Ukraina dibandingkan pemerintahan Biden. Hal ini bisa berdampak pada dukungan AS terhadap Kyiv dalam konflik dengan Rusia.
- Keinginan pemimpin Amerika saat ini agar negara NATO lain lebih banyak berperan, lebih banyak menghabiskan anggaran untuk pertahanan kawasan mereka sendiri dengan keinginan mengurangi ketergantungan terhadap Washington.
- Pada bulan Januari 2017, badan intelijen Amerika—CIA, FBI, dan NSA, yang diwakili oleh Direktur Intelijen Nasional—bersama-sama menyatakan dengan “keyakinan tinggi” bahwa pemerintah Rusia ikut campur dalam pemilihan presiden 2016 untuk menguntungkan pemilihan Trump.
Hal-hal Unik & Menarik yang Mungkin Tidak Kita Ketahui Selama Ini
- Kebijakan Ekonomi:
- Trump dikenal karena kebijakan ekonominya yang proteksionis, termasuk perang dagang dengan Tiongkok/Cina dengan memberikan tarif import yang tinggi sehingga produk Beijing jauh lebih mahal. Negara-negara berkembang juga mungkin menghadapi tekanan ekonomi akibat penguatan dolar dan kebijakan “Make America Great Again” Trump
- Di bawah Trump, defisit anggaran federal meningkat hampir 50 persen, menjadi hampir $1 triliun pada tahun 2019. Pada akhir masa jabatannya, utang nasional AS meningkat sebesar 39 persen, mencapai $27,75 triliun, dan rasio utang terhadap PDB AS mencapai titik tertinggi pasca-Perang Dunia II.
- Terpilihnya Trump kembali dapat memperkuat kebijakan proteksionis ini, yang dapat mempengaruhi hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dan negara-negara di Timur Tengah, dalam hubungan dolar dan minyak. Menentang keanggotaan negara di kawasan ini masuk ke dalam BRICS
- Kebijakan Imigrasi:
- Trump dikenal karena kebijakan imigrasinya yang ketat, termasuk pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko. Kebijakan ini telah menimbulkan kontroversi dan ketegangan di kalangan imigran dan negara-negara tetangga.
- Terpilihnya Trump kembali dapat memperkuat kebijakan imigrasi yang ketat ini, yang dapat mempengaruhi hubungan antara Amerika Serikat dan negara-negara lain.
- Kebijakan Lingkungan:
- Trump dikenal karena kebijakan lingkungannya yang kontroversial, termasuk penarikan Amerika Serikat dari Perjanjian Paris tentang perubahan iklim. Kebijakan ini telah menimbulkan kritik dari banyak negara dan organisasi internasional.
- Terpilihnya Trump kembali dapat memperkuat kebijakan lingkungan yang kontroversial ini, yang dapat mempengaruhi upaya global dalam menangani perubahan iklim.
- Afganistan:
- Pada Februari 2020, pemerintahan Trump menandatangani perjanjian damai dengan Taliban, yang menyerukan penarikan pasukan asing dalam 14 bulan “bergantung pada jaminan dari Taliban bahwa tanah Afghanistan tidak akan digunakan oleh pejuang pembebasan dengan tujuan menyerang Amerika Serikat atau sekutunya” dan bagi AS untuk mengupayakan pembebasan 5.000 Taliban yang dipenjara oleh pemerintah Afghanistan.
- Iran:
- Pada tanggal 1 Januari 2020, Trump memerintahkan serangan udara AS yang menewaskan jenderal Iran Qasem Soleimani, yang telah merencanakan hampir setiap operasi penting Iran dan yang didukung Iran selama dua dekade sebelumnya. Trump kemungkinan akan kembali menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Teheran, yang dapat meningkatkan ketegangan di kawasan.
“Iran perlu menunjukkan kekuatannya untuk memberi sinyal posisinya saat ini dalam tatanan regional tetapi juga perlu membangun pencegahan dalam lingkungan keamanan dan dinamika regional yang berubah dengan cepat. Iran dapat melakukan pembalasan terhadap Israel pada tingkat yang jauh lebih besar.“
- Pada bulan Mei 2018, Trump menarik AS dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama, perjanjian tahun 2015 yang mencabut sebagian besar sanksi ekonomi terhadap Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklir Iran. Para analis menyimpulkan bahwa, setelah penarikan AS, Iran bergerak lebih dekat untuk mengembangkan senjata nuklir.
Baca juga : 25 Agustus 1814, Pasukan Inggris membakar US Capitol dan Gedung Putih di Washington DC Amerika