- Penjajah Palestina dan Amerika: Menghentikan Perang Hanya Saat Kekalahan Mengancam?
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan kolonialis Palestina dan Amerika untuk Menghentikan Perang
- Dalam sejarah konflik global, entitas zionis dan rejim Amerika Serikat sering kali menjadi pusat perhatian. Mereka memiliki hubungan yang sangat erat, baik secara militer maupun politik. Ada pandangan yang menyatakan bahwa perampok tanah Palestina dan Amerika ini hanya akan menghentikan perang jika kekalahan ada di pihak mereka. Apakah pandangan ini benar?
ZONA PERANG(zonaperang.com) Konflik antara penjajah Palestina dan negara-negara Arab di Timur Tengah telah berlangsung selama beberapa dekade. Entitas ilegal, yang didirikan pada pada tanah Palestina tahun 1948, telah terlibat dalam berbagai perang dengan tetangganya, termasuk Mesir, Irak, Aljazair, Suriah, Lebanon, dan Yordania. Rejim Amerika Serikat, sebagai sekutu kuat kolonialis, sering kali terlibat dalam konflik ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh nyata adalah penarikan pasukan Amerika dari Afghanistan pada 2021, yang menunjukkan bahwa bahkan kekuatan besar pun akhirnya bisa mundur jika biaya perang melebihi manfaatnya. Juga dengan Perang Yom Kippur (1973)dimana penjajah zionis hanya setuju untuk gencatan senjata setelah menghadapi kerugian besar dan tekanan internasional karena embargo minyak.
Baca juga : Apakah Palestina Akan Berakhir? Dari Afrika Selatan ke Gaza: Pelajaran Perjuangan Melawan Penjajahan
Akankah Hizbullah menerima gencatan senjata, dan mengapa AS dan Israel hanya menginginkan gencatan senjata di Lebanon?
Peneliti Dr. Sami Al-Arian(profesor teknik komputer di University of South Florida) menyatakan bahwa setelah perang Lebanon 2006, Perdana Menteri Qatar Hamad Al-Jassim berkata kepada sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah:
“Kami berada di Washington setelah KTT Arab yang bertujuan untuk menghentikan perang. Kami bertemu dengan John Bolton, Duta Besar AS untuk PBB, yang mengatakan kepada kami: ‘Hizbullah harus melucuti senjata, mundur ke seberang Sungai Litani, dan menjadi satu-satunya partai politik.’
Hanya dalam waktu dua hari, Bolton mengubah pendiriannya, dengan mengatakan: ‘Hizbullah tidak harus melucuti senjata tetapi harus mundur ke seberang Sungai Litani.’
Kemudian, dua hari kemudian, saat kami bersiap meninggalkan AS, Bolton menelepon kami pada pukul 2 pagi, dengan mengatakan: ‘Kami ingin mengadakan pertemuan Dewan Keamanan sekarang untuk menuntut resolusi gencatan senjata.’
Saya bertanya kepadanya, ‘Apa saja syaratnya?’ Dia menjawab: ‘Tidak ada syarat!’”
Kesaksian ini adalah bukti bahwa tentara penjajah zionis tidak mengumumkan kerugiannya yang sebenarnya.
Rejim AS dan kolonialis akan mengakhiri perang hanya jika tentara IDF menderita kerugian besar.
Dan PBB serta Dewan Keamanan PBB akan mengeluarkan berikut menerapkan resolusi untuk menghentikan perang yang melibatkan entitas ilegal hanya jika itu menguntungkan Israel dan menyelamatkannya.
Akankah Hizbullah setuju untuk gencatan senjata?
Bukankah Netanyahu mengatakan tujuan perang adalah untuk mengembalikan para pemukim ilegal ke pemukiman utara, yang masih belum dilakukan?
Baca juga : Mengapa Korban Perang di Pihak Israel Terlihat Lebih Sedikit?
Kekhawatiran akan Kekalahan
Pandangan bahwa zionis penjajah dan rejim Amerika hanya akan menghentikan perang jika akan terjadi kekalahan secara terbuka ada di pihak mereka didasarkan pada beberapa faktor:
- Citra Kekuatan Global
Baik teroris penjajah maupun Amerika tidak dapat menerima citra sebagai kekuatan yang lemah. Kekalahan dalam perang bukan hanya pukulan strategis tetapi juga psikologis bagi penduduk dan sekutu mereka.
- Tekanan Publik Domestik
Di Amerika, perang sering hanya dihentikan jika tekanan dari dalam negeri menjadi tidak tertahankan. Contoh paling jelas adalah Perang Vietnam, di mana protes besar-besaran memaksa pemerintah menarik pasukan meskipun secara strategis mereka belum benar-benar dikalahkan.
- Dinamika Aliansi dan Geopolitik
Zionis penguasa tanah Palestina sering didukung secara langsung oleh Amerika, dan kekalahan mereka dapat merusak kredibilitas Amerika di kawasan Timur Tengah. Sebaliknya, jika Amerika kalah dalam perang besar, sekutu global mereka akan mulai meragukan keandalan perlindungan Amerika.
- Doktrin Hegemoni Amerika
Amerika sering memandang dirinya sebagai “penjaga dunia.” Ini membuat mereka sulit untuk menerima kekalahan karena bertentangan dengan narasi sebagai kekuatan hegemonik global.
Gazamedia.net | Update Terdepan Berita Palestina
MER-C | Medical Emergency Rescue Committee – rekening kemanusian Palestina
Baca juga : Kematian Yahya Sinwar: Awal Baru Perjuangan Palestina
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa