- Strategi Amr bin Ash: Penaklukan Mesir dalam Sejarah Islam
- Penaklukan Muslim di Mesir pada tahun 640 M adalah contoh nyata dari strategi militer yang efektif dan diplomasi cerdas dalam menghadapi tantangan besar.
- Penaklukan Mesir oleh pasukan Muslim pada tahun 640 Masehi merupakan salah satu babak penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan kehebatan strategi militer dan kemampuan diplomasi. Dipimpin oleh Amr ibn al-Aas, pasukan Muslim berhasil mengalahkan tentara Bizantium dalam dua pertempuran kunci: Pertempuran Babilonia dan Pertempuran Heliopolis. Keberhasilan ini tidak hanya menandai jatuhnya Mesir ke tangan Kekhalifahan Rasyidun, tetapi juga membuka jalan bagi penyebaran Islam di wilayah tersebut.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Penaklukan Mesir oleh pasukan Muslim pada tahun 639-640 Masehi adalah salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam. Pada masa itu, Mesir adalah bagian dari Kekaisaran Romawi Timur dan menjadi target utama dalam ekspansi kekhalifahan Islam.
Pimpinan pasukan Muslim di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab dan jenderal Amr bin Ash, berhasil mengalahkan kekuatan Romawi Timur dan menaklukkan Mesir. Pertempuran di Babilonia dan Heliopolis adalah dua dari serangkaian pertempuran penting yang mempersatukan strategi militer dan diplomasi yang cerdik.
Setelah era penaklukan yang sangat berhasil, pasukan Muslim merebut kontrol atas Mesir dari Kekaisaran Bizantium, yang telah berkuasa atas wilayah tersebut selama berabad-abad.
Baca juga : Ekspedisi Laut Pertama Pasukan Muslim: Penaklukan Pulau Siprus
Penyebaran
Pada awal abad ke-7, pasukan Arab Muslim telah memperluas pengaruh mereka melintasi Jazirah Arab dan ke wilayah Kekaisaran Bizantium dan menghancurkan sekutu Arab Romawi Timur, Ghassaniyah. Setelah kemenangan penting di Syam(Syria, Palestina, Lebanon, Yordania), perhatian mereka beralih ke Mesir, sebuah provinsi Bizantium yang kaya dan strategis. Penaklukan ini tidak hanya berfokus pada penguasaan wilayah, tetapi juga pada menghentikan kekuasaan Bizantium yang terus menekan ekspansi Islam.
Rakyat Mesir, termasuk komunitas Arab dan Koptik, menderita di bawah pemerintahan Bizantium yang keras, termasuk pengenaan pajak yang berat dan penganiayaan agama. Dalam konteks ini, kedatangan pasukan Muslim disambut dengan harapan akan perubahan.
Kekaisaran Romawi Timur yang terus-menerus terlibat dalam konflik dengan Kekaisaran Sasaniyah dan kekurangan sumber daya membuat mereka rentan terhadap serangan dari luar.
Pertempuran Heliopolis
Pertempuran Heliopolis terjadi pada tanggal 7 Juli 640 M. Amr ibn al-Aas memimpin sekitar 4.000 pejuang Muslim melawan lebih dari 20.000 tentara Bizantium yang dipimpin oleh Jenderal Theodore, gubernur Mesir. Strategi Amr yang cerdas menjadi kunci kemenangan. Ia membagi pasukannya menjadi tiga unit untuk menyerang dari berbagai arah, menciptakan kebingungan di pihak Bizantium.
Meskipun jumlah pasukan Muslim jauh lebih sedikit, keahlian taktis mereka berhasil memanfaatkan kelemahan musuh. Serangan mendadak dari unit-unit yang tersembunyi menyebabkan kekacauan di barisan Bizantium, yang akhirnya melarikan diri ke benteng Babilonia setelah mengalami kerugian besar.
Pertempuran Babilonia
Setelah kemenangan di Heliopolis, Amr ibn al-Aas mengalihkan fokusnya ke benteng Babilonia(Di Kairo Koptik modern), yang merupakan pertahanan utama Bizantium di Mesir. Pengepungan dimulai dengan kesulitan karena benteng tersebut dilindungi oleh tembok yang kuat dan garnisun yang berpengalaman.
Benteng Babilonia berada di tepi timur Sungai Nil, di perbatasan antara Mesir Hilir dan Tengah, tempat perahu sungai harus membayar saat naik atau turun di Sungai Nil. Benteng itu adalah bangunan besar setinggi 18 m dengan dinding setebal lebih dari 2 m dan dipenuhi dengan banyak menara dan bastion.
Namun, setelah beberapa bulan pengepungan dan dengan bantuan wabah penyakit yang melanda tentara Bizantium, moral mereka menurun. Kematian Kaisar Heraclius mengakhiri harapan untuk mendapatkan bantuan.
“Pasukan Muslim memiliki sistem logistik yang sangat baik, sehingga mampu bertahan dalam jangka waktu yang lama.”
Pada tanggal 9 April 641 M, setelah tujuh bulan pengepungan, Babilonia akhirnya jatuh ke tangan pasukan Muslim. Theodorus, komandan militer Yunani di Mesir, dan anak buahnya berhasil menyelinap ke pulau Rauda pada malam hari. Kemenangan ini membuka jalan bagi penaklukan kota-kota lain di wilayah Delta Nil dan akhirnya menuju Aleksandria.
Setelah Penaklukan
Penaklukan Mesir tidak hanya membawa perubahan politik, tetapi juga memengaruhi budaya dan masyarakat. Amr ibn al-As menerapkan kebijakan yang toleran terhadap agama, membiarkan masyarakat yang beragam—termasuk Kristen dan Yahudi—untuk menjalani keyakinan mereka masing-masing dengan aman.
Perjanjian yang ditandatangani antara Amr dan pemimpin Kristen setempat menjamin perlindungan bagi komunitas Kristen dan kebebasan beragama, asalkan mereka membayar pajak tertentu (jizyah) yang besarnya lebih kecil dari pada zakat untuk orang muslim.
Kebijakan ini membantu meningkatkan iklim sosial dan hubungan antara umat Islam dan komunitas lain. Pemerintahan Muslim juga membawa inovasi dalam sistem administrasi, pembangunan infrastruktur, dan perdagangan yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi Mesir. Dalam beberapa dekade, Mesir berubah menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan dan budaya.
Baca juga : 17 Oktober 1448, Pertempuran Kosovo Kedua : Duel Epik Antara Hunyadi dan Sultan Murad II