ZONA PERANG (zonaperang.com) – Peristiwa kekejaman PKI di Monumen Kresek Madiun tahun 1948, begitu membekas dalam ingatan Kukuh Suharyugyo (68 tahun). Bagaimana tidak, peristiwa berdarah tersebut telah merenggut nyawa Ayahanda tercinta, Inspektur Polisi Suparbak, Korban keganasan PKI di Madiun yang namanya diabadikan di Monumen Kresek Madiun, di urutan ke 3 setelah Kolonel Marhadi dan Letkol Wiyono.
Cerita kekejaman yang ternyata nyata
Kukuh yang saat itu masih kecil, sering mendengarkan kisah kekejaman PKI dari sang nenek dan Ibundanya tercinta Soetrismi, yang tidak lain istri dari Inspektur Polisi Suparbak.
Dari cerita tersebutlah ia mengetahui, bahwa Inspektur Polisi Subarbak, saat kejadian berlangsung masih bertugas di Pacitan, namun karena mendengar informasi adanya keributan, maka Suparbak pulang ke rumahnya di wilayah kejuron Madiun.
Baca Juga : (Kebiadaban PKI) Kesaksian Anak-anak Pahlawan Revolusi yang Ayahnya Dibantai PKI
Baca Juga : (Kekejaman PKI) Membunuh Gubernur Jawa Timur dan merebut paksa pemerintahan daerah
Digeret PKI
“Bapak saya waktu itu, lagi gencar-gencarnya PKI di Madiun, bapak saya kan di Pacitan, waktu di kantor itu bapak saya terus lari pulang ke rumah di Kejuron Madiun. Dibilangin sama Mbah Kung saya, kamu ayo sembunyi, ini ada banyak orang diculik dan dibawa. Tapi bapak saya bandel, katanya dia tidak salah jadi nggak usah takut di culik. Akhirnya bapak saya dicari, dan digeret oleh PKI,” ujar Kukuh Kamis (1/10/2015).
Merenggut adiknya
Kebiadaban PKI tersebut tidak hanya merenggut nyawa sang Ayah Inspektur Polisi Subarbak. Dalam pelarian dan persembunyiannya, istri Inspektur Suparbak, Soetrismi juga harus rela kehilangan anak bungsunya atau adik kandung Kukuh yang pada saat itu masih bayi dan menyusui.
“Waktu bapak dibawa itu, ibu saya masih nyusui anak yang terakhir, karena waktu itu sembunyinya di tempat kayak banker, jadi air susunya tidak keluar, jadi adik saya yang bungsu akhirnya meninggal juga dalam persembunyian itu,” jelas Kukuh.
Inspektur Polisi yang memiliki nama lengkap Elang Subarbak, wafat diusia 48 tahun dan meninggalkan seorang istri Soetrismi dan 5 orang putra dan putri, yakni Endang Sri Supartini, Elang Soebagyo, Budi Raharjo dan satu lagi tidak diketahui namanya karena meninggal saat bayi dalam peristiwa pengejaran PKI.
Baca Juga : (Nyata) PKI Membumihanguskan Kampung dan meledakan Mesjid
Baca Juga : (Kekejaman PKI) Desa Cigrok, Madiun 1948 : Mengubur hidup-hidup Kiai dan guru Agama
Jangan melupakan kekejaman PKI
Saat ini hanya tinggal Kukuh Suharyugyo, satu-satunya anak dari Inspektur Polisi yang masih hidup. Diakhir perbincangannya dengan RRI, dikediamannya yang sederhana di Jalan Sejahtera no 1 RT 3 RW 2, Cepu Kabupaten Blora Jawa Tengah, Pria yang sekarang bekerja sebagai perangkat kelurahan di tempat tinggalnya ini berharap, generasi muda sekarang mau menghargai jasa-jasa pahlawan yang telah mengorbankan jiwa raganya demi negeri tercinta Nusantara, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai Jasa-jasa para Pahlawannya.
Baca Juga : (Buku) Kudeta 1 Oktober 1965 : Sebuah Studi Tentang Konspirasi-antara Sukarno-Aidit-Mao Tse Tung (Cina)
Baca Juga : Aidit, PKI atau Nasionalis Religius?