ZONA PERANG (zonaperang.com) Suhayb ibn Sinan juga dikenal sebagai Suhayb the Roman yang setelah pembunuhan khalifah Umar bin Khattab, Suhayb memimpin seluruh komunitas Muslim selama tiga hari sebelum Ustman bin Affan RA dan diangkat karena itu kadang disebut ‘khalifah penjaga’.
Shuhaib ar-Rumi adalah mantan budak dari Kerajaan Romawi Byzantium(Romawi Timur)yang menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW dan sebagai salah satu dari pemeluk Islam pertama.
Suhayb RA sebenarnya orang Arab, ayahnya gubernur di Iraq yang saat itu wilayah persia, tetapi saat masih kecil desanya diserang romawi dan dia diambil dijadikan budak sampai dewasa. Setelah 20 tahun menjadi budak Suhayb RA bisa melarikan diri dan bergabung dengan umat islam di mekkah. Suhayb RA meninggal di Madinah pada bulan Syawal 38 H.
Dari Bizantium ke Makkah
Dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, disebutkan ada tiga orang sahabat yang berasal dari kalangan non-Arab. Mereka adalah Suhaib Ar Rumi, Bilal bin Rabah, dan Salman Al Farisi.
Tentang ketiga sahabat ini, Nabi SAW pernah mengatakan, ”Aku adalah sabiq (orang yang paling dahulu masuk Islam dari) bangsa Arab, Shuhaib adalah sabiq bangsa Romawi, Salman adalah sabiq bangsa Persia, dan Bilal adalah sabiq bangsa Habasyah.”
Ayahnya gubernur di Irak
Sekitar 20 tahun sebelum Muhammad bin Abdullah mendapatkan wahyu, sekitar abad pertengahan keenam Masehi, seorang Arab bernama Sinan bin Malik memerintah kota al Buallah atas nama Kaisar Persia Khosrow II. Kota ini sekarang menjadi bagian dari Basrah, terletak di tepi Sungai Efrat.
Sinan tinggal di sebuah istana mewah di tepian sungai. Dia memiliki beberapa anak dan anak yang paling disayanginya berusia lima tahun. Dia adalah Suhaib. Berambut pirang dan berkulit gelap.
Dia dikenal aktif dan selalu menyenangkan ayahnya. Satu hari ibu Suhaib membawanya dan anggota keluarga lainnya piknik di sebuah desa bernama ath -Thani. Namun hari yang semestinya dilalui dengan santai dan menyenangkan menjadi pengalaman mengerikan yang mengubah jalan hidup Suhaib muda selamanya.
Diserang oleh tentara Bizantium
Hari itu, Desa Ath-Thani diserang oleh tentara Bizantium dan merampok desa tersebut. Para penjaga yang menyertai pesta piknik itu tak mampu melawannya dan terbunuh. Barang-barang mereka disita dan mereka yang hidup dipenjara, di antaranya adalah Suhaib bin Sinan.
Suhaib dibawa ke salah satu pasar budak Kekaisaran Bizantium, ibu kota Konstantinopel untuk dijual. Setelah itu ia berpindah dari tangan majikan ke yang lain. Nasibnya tidak berbeda dengan ribuan budak lainnya yang memenuhi rumah, istana dan kastil penguasa Bizantium dan bangsawan.
Sebagai budak
Suhaib menghabiskan masa kecilnya dan masa mudanya sebagai budak. Selama sekitar dua puluh tahun dia tinggal di tanah Romawi Bizantium.
Ini memberinya kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan dan pemahaman langka tentang Bizantium dan masyarakatnya. Dari istana, dia melihat sendiri adanya ketidakadilan dan korupsi di Bizantium. Dia membenci masyarakat itu dan kemudian akan berkata kepada dirinya sendiri:
“Masyarakat seperti ini hanya bisa dimurnikan dengan banjir besar.”
Bahasa Yunani
Suhaib tentu saja tumbuh dengan bahasa Yunani, bahasa Kekaisaran Bizantium. Dia praktis melupakan bahasa Arab. Tapi dia tidak pernah lupa bahwa dia adalah anak gurun. Dia merindukan hari ketika dia bebas bersama dengan masyarakat di daerahnya.
Suhaib mencari kesempatan untuk meloloskan diri dari perbudakan dan langsung menuju Makkah yang merupakan tempat berlindung untuk mencari suaka.
Menjadi pedagang dan kaya
Di sana orang memanggilnya Suhaib “ar-Rumi” atau ” orang Bizantium” karena ucapannya yang sangat berat dan rambutnya yang pirang. Dia menjadi halif (rekanan, kongsi)salah satu aristokrat Makkah, Abdullah bin Judan. Dia terlibat dalam perdagangan. Bahkan, dia menjadi kaya raya.
Suatu hari dia kembali ke Makkah dari salah satu perjalanan perdagangannya. Dia diberitahu bahwa Muhammad bin Abdullah telah berdakwah mengajak untukpercaya hanya kepada Allah SWT.
Nabi juga memerintahkan mereka untuk bersikap adil dan melakukan perbuatan baik dan melarang mereka untuk melakukan perbuatan munafik dan mencela. Dia segera bertanya siapa Muhammad dan di mana dia tinggal.
“Dia tinggal di rumah ‘al-Arqam bin Abi al-Arqam Hati-hati namun jika ada orang Quraish yang melihat anda, mereka akan melakukan (hal-hal yang paling mengerikan bagimu). Anda adalah orang asing di sini dan tidak ada ikatan asabiyyahi untuk melindungi Anda, Anda pun tidak memiliki klan untuk membantu Anda,”ujar rekannya.
Suhaib pergi dengan hati-hati ke rumah al-Arqam. Di pintu ia menemukan Ammar bin Yasir anak muda seorang anak dari Yaman yang dikenalnya. Dia ragu-ragu sejenak lalu mendekati Ammar dan berkata:
“Apa yang kau mau (di sini), Ammar?”
“Apa yang kauinginkan di sini?” balas Ammar.
“Saya ingin pergi ke orang ini dan mendengar langsung dari dia apa yang dia katakan.”
“Saya juga ingin melakukan itu.” “Kalau begitu mari kita masuk bersama,”.
Mendengar
Suhaib dan Ammar masuk dan mendengarkan apa yang Muhammad katakan. Mereka berdua benar-benar yakin akan kebenaran pesannya. Cahaya iman masuk ke dalam hati mereka.
Pada pertemuan ini, mereka berjanji kepada Nabi menyatakan tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Mereka menghabiskan sepanjang hari bersama Nabi yang mulia. Pada malam hari, di bawah kegelapan, mereka meninggalkan rumah al-Arqam, hati mereka tenang dengan cahaya iman dan wajah mereka berseri-seri dengan kebahagiaan.
Orang Quraisy yang masih menyembah berhala menaruh rasa curiga dengan kepergian Suhaib ke rumah Al arqam. Mereka pun mengetahui tentang Suhaib yang memeluk Islam, mereka pun mulai melecehkan dan menganiayanya.
Suhaib dianiaya dengan cara yang sama seperti Bilal, Ammar dan ibunya Sumayyah, Khabbab dan banyak lainnya yang telah mengaku Islam. Hukumannya tidak manusiawi dan berat tapi Suhaib menanggung semuanya dengan hati sabar dan pemberani karena dia tahu bahwa jalan menuju Jannah dipenuhi oleh duri dan kesulitan. Ajaran Nabi telah tertanam di dalam dirinya dan rekan-rekan lainnya sehingga mereka memiliki kekuatan dan keberanian yang langka.
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : Jarang Diketahui, 7 Pertempuran yang Menentukan Sejarah Dunia