ZONA PERANG (zonaperang.com)Letak strategis Kepulauan Sisilia menjadikannya sebagai wilayah terpenting di Laut Tengah. Di mana terdapat sebuah jalur yang menghubungkan antara Utara Afrika dan Selatan Italia. Ditambah lagi dengan tersedianya harta kekayaan alam yang melimpah. Tidak heran jika dulu pulau tersebut dijuluki sebagai ‘’Mutiara Laut Tengah’’.
Sisilia berada di bawah kekuasaan Byzantium
Pada abad 7 M Kepulauan Sisilia berada di bawah kekuasaan Byzantium yang terkenal dengan kekuatan armada lautnya. Di sisi lain, peradaban Islam yang berpusat di Madinah tengah gencar melakukan perluasan wilayah. Setelah menaklukan beberapa daratan di timur dan barat, pasukan Muslim berniat pergi menuju utara untuk mengamankan penguasaan terhadap Laut Tengah.
Perjalanan umat Muslim untuk menguasai Kepulauan Sisilia telah dimulai sejak tahun 36 H/656 M di masa Khalifah Usman bin Affan. Saat itu Muawiyah bin Abi Sufyan, Gubernur Syam mengutus Muawiyah bin Hudaij al Kindi untuk menyerberangi lautan menuju Kepulaun Sisilia.
Tidak mudah untuk menguasai kepulauan tersebut sebab Kekaisaran Byzantium menjaga ketat wilayah tersebut. Tercatat ada banyak pertempuran besar yang terjadi antar kedua kubu. Sampai pada akhirnya Dinasti Aghlabiah di Afrika Utara berhasil menyempurnakan penaklukan.
Lima panglima besar Muslim
Setidaknya ada lima panglima besar Muslim dari Dinasti Aghlabiyah yang berperan penting dalam melakukan pembebasan. Mereka adalah Asad bin Furat, Muhammad bin Abi Jawari, Zuhair bin Auf, Ibrahim bin Aghlab dan Abas bin Fadl bin Jafar.
Uniknya, di antara mereka terdapat satu tokoh ulama fikih yang turut menyebarkan dua mazhab besar (Maliki dan Hanafi) ke Afrika Utara. Ia adalah Asad bin Furat. Menurut Abu Bakar Abdullah dalam kitabnya Riyadunnufus fi Tabaqat Ulama Qairouan wa Ifriqiya, Abu Abdullah Asad bin Furat bin Sanan lahir pada tahun 142 H.
Setelah itu, bertolak menuju Madinah, Irak dan Mesir untuk mematangkan dan memperluas keilmuannya. Di Madinah ia mempelajari Muwattha dari Imam Malik bin Anas. Kemudian pergi ke Irak dan berguru kepada murid – murid dari Imam Hanafi seperti Abu Musa, Muhammad bin Hasan dan Asad bin Amar. Lalu pergi ke Mesir dan bertemu dengan ulama Maliki, Ibnu al-Qasim. Di sana lah ia mulai menyusun kitab al-asadiyah.
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : 5 Perang Besar dan Bersejarah yang Terjadi di Bulan Ramadan
Ahli perbandingan mazhab
Setelah kembali ke Afrika, Asad menetap di kota Kairouan (Tunisia) sebagai seorang pengajar. Masyarakat mengenalnya sebagai ahli perbandingan mazhab karena walaupun seorang Hanafi, ia memahami betul pandangan mazhab Maliki. Karir Asad terus melonjak, tahun 203 H/818 M Ziyadatullah al-Aghlabi mengangkatnya menjadi seorang hakim Afrika. Pengangkatannya ini berpengaruh besar terhadap penyebaran Mazhab Hanafi di Afrika.
Usianya telah melebihi 70 tahun
Tahun 212 H / 827 M, Asad ditunjuk menjadi panglima besar memimpin pasukan Muslim menuju Kepulauan Sisilia. Ziyadatullah sempat tidak mengizinkannya untuk bergabung, mengingat usianya telah melebihi 70 tahun. Namun, Asad berhasil meyakinkannya berkat kesemangatan dan jiwa kepemimpinan yang ia miliki.
Hasan Husni Abdul Wahhab dalam kitabnya Khulasat Tarikh Tunis menuturkan suasana emosional terjadi saat pasukan Muslim berkumpul di pelabuhan Sousse sebelum berlayar ke Kepulauan Sisilia.
Asad bin Furat menyampaikan orasi di depan 10.000 pasukannya
Masyarakat sekitar ikut bergabung untuk mengantar kepergian para pejuang. Genderang perang di tabuh dan kuda- kuda mulai meringkik, lalu Asad bin Furat menyampaikan orasi di depan 10.000 pasukannya. Orasi ini berhasil membakar semangat tentara – tentara Muslim.
Menurut Syauqi Abu Khalil dalam kitabnya Fathu Siqiliyya, pasukan Muslim tiba di Mazara pada tahun 212 H / 827 M setelah menempuh perjalanan selama 5 hari. Asad dan pasukannya berhasil mengalahkan Byzantium dan menguasai sejumlah wilayah penting seperti Enna, Qasriyana, Qaluriya dan Sarqusa.
Menduduki Palermo
Tahun 213 H / 828 M, Asad berhasil menduduki Palermo. Lalu datang serangan dari Byzantium dengan membawa lebih banyak pasukan. Dalam pertempuran tersebut Asad mendapatkan luka yang cukup serius. Selang beberapa hari, ia meninggal dan dimakamkan di Qasriyana.
Pesan-pesan luhurnya terus memotivasi pasukan
Selama pertempuran, Asad menunjukan kepercayaan diri serta keteguhan hatinya. Sehingga, walupun sudah gugur, pesan-pesan luhurnya terus memotivasi pasukan Muslim untuk mengerahkan segala kemampuannya.
Perjuangannya dilanjutkan oleh Muhammad bin Abi Jawari dan panglima Muslim lainnya. Sampai pada akhirnya pasukan muslim dapat menguasai seluruh Kepulauan Sisilia di awal abad ke 10 M. Pencapaian besar ini tidak terlepas dari adanya kerjasama yang baik antara pasukan Muslim Ifriqiya dengan pasukan Muslim Andalusia.
Baca juga : Benarkah Thariq bin Ziyad membakar kapalnya ketika membebaskan Andalusia agar pasukannya tidak kabur?
Baca juga : 21 Mei 1176, Kisah usaha pembunuhan pemimpin besar Islam Saladin al-Ayubi oleh Hashashin