Seorang yang ikut mendirikan sayap militer Islam Palestina dan menjadi pemimpin pengganti organisasi politik Hamas menyusul pembunuhan yang dilakukan Israel terhadap Syekh Ahmad Yassin
ZONA PERANG(zonaperang.com) Dokter Abdul Aziz “Singa Palestina” Rantisi lahir pada 23 Oktober 1947 di desa Bina yang terletak di antara Askalan dan Yafa. Pria bernama lengkap Abdul Aziz Ali Abdul Hafidz Ar Rantisi ini adalah seorang dokter spesialis anak yang pernah bertugas di Rumah Sakit Naser, di lingkungan Kamp Khan Yunis, Jalur Gaza pada tahun 1976.
“Menyusul Perang Arab-Israel 1948, keluarganya mengungsi ke Jalur Gaza.”
Dosen Universitas
Beliau aktif disejumlah organisasi, diantaranya sebagai Organisasi Kedokteran Arab di Jalur Gaza dan dosen di Universitas Islam Gaza sejak dibuka pada tahun 1987 dengan memberikan mata kuliah Ilmu Genetik. Untuk merealisasikan cita-citanya menjadi syuhada, selain berdo’a, beliau berjuang dengan ikhlas, tidak cinta dunia, tidak takut kepada siapapun kecuali kepada Allah, tidak mau kompromi dengan Zionis Israel.
Abdul Aziz Rantisi bergabung dengan jamaah Ikhwanul Muslimin ketika menjalani studi S2 di Mesir, kemudian di baiat pada tahun 1976. Setelah pulang ke Gaza, Rantisi diberikan amanah untuk menjadi pimpinan ikhwanul Muslimin di Khan Yunus Gaza.
Tahun 1983, untuk pertama kalinya ia dipenjara selama satu bulan. Kemudian ia kembali dijebloskan ke penjara pada tahun 1987, atas tuduhan melakukan perlawanan terhadap kolonialisme Israel.
Baca juga : Israel Buat Dinding Besi Cegah Terowongan Hamas di Sekitar Jalur Gaza
Baca juga : 5 Cara Jahat yang Digunakan Zionis Israel Jajah Palestina
Mendirikan Hamas
“Seperti kebanyakan anggota Hamas, Rantissi menentang kompromi dengan Israel meneriakkan pembebasan seluruh daerah Palestina (termasuk keseluruhan Israel) melalui jihad melawan Israel.”
Berdasarkan prinsip-prinsip fundamentalisme Islam yang memperoleh momentum di seluruh dunia Arab pada 1980-an, Hamas / al-Harakatul Muqawwamatul Islamiyah didirikan selama Intifadah Pertama sebagai cabang dari Ikhwanul Muslimin Mesir bersama Sheikh Ahmed Ismail Yassin pada 14 Desember tahun 1987, dan Piagam Hamas menegaskan pada tahun 1988, bahwa Hamas didirikan untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel dan mendirikan negara berlandaskan Islam di wilayah yang sekarang dikuasai Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza
Pada 17 Desember 1992, Rantisi dipaksa keluar ke bagian Lebanon, sebagai bagian pengusiran 416 anggota Hamas dan mata-mata Jihad Islam Palestina. Saat ia kembali pada 1993, dirinya ditangkap, namun kemudian dibebaskan. Ia pun telah ditahan beberapa kali dalam waktu yang panjang oleh Otoritas Palestina, karena kritiknya pada Pemerintah Palestina dan Arafat, kebanyakan di pertengahan tahun 1999.
Upaya pembunuhan
Al-Rantissi selamat dari upaya pertama terhadap hidupnya pada tahun 1992 ketika seorang pria berbahasa Arab yang mengaku sebagai penerjemah untuk seorang jurnalis Jepang menaruh sebuah tas jebakan di tendanya di Marj al-Zuhur.
Pada tanggal 10 Juni 2003, ia selamat dari upaya pembunuhan lain ketika sebuah helikopter pendudukan Israel menargetkan mobilnya, menewaskan pengawalnya, Mustafa Saleh, dan seorang anak kecil, yang sedang lewat di jalan, dan melukai putranya, Ahmad.
Menjadi pimpinan Hamas
Setelah gugurnya Syekh Ahmad Yasin yang lumpuh dan berkursi roda di Gaza pada 22 Maret 2004 karena serangan rudal Hellfire seusai sholat Subuh, Rantisi diangkat menjadi pimpinan Hamas di Jalur Gaza hingga akhirnya beliau wafat juga dengan 3 rudal yang diluncurkan helikopter Apache buatan Amerika milik Israel pada 17 April 2004.
Masa jabatan 4 minggu Rantisi sebagai pemimpin Hamas dihabiskan dalam persembunyian, sekali pemakaman umum Ahmed Yassin, dihadiri orang banyak dalam jumlah besar, berakhir. Pada 17 April, ia keluar dari persembunyian untuk mengunjungi keluarganya di Kota Gaza, datang sebelum fajar dan tinggal sampai siang. Segera setelah ia meninggalkan rumah ia dibunuh.
“Ini adalah kematian, apakah dengan membunuh atau dengan kanker. Tidak ada yang akan berubah. Jika dengan Apache [helikopter] atau dengan serangan jantung, saya lebih suka Apache,” kata al-Rantissi dalam sebuah wawancara televisi.
Baca juga : 29 November 1947, Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pembagian tanah Palestina bagi Zionisme