[Syaikh Usama bin Ladin, wawancara dengan TV Al-Jazeera, 1999] “Abdullah Yusuf Azzam – Dialah yang bertanggung jawab membangkitkan kembali Jihad di abad 20 ini”.
[Majalah Time] “Dia tidak hanya mewakili dirinya sendiri, melainkan seluruh Ummat. Ucapannya tidaklah seperti ucapan orang biasa. Sedikit bicaranya, namun kandungannya sangat dalam. Jika engkau menatap matanya, hatimu akan terpenuhi dengan iman dan cinta kepada Allah SWT”.
Abdullah Yusuf Azzam (عبد الله يوسف عزام,14 ,November 1941 – 24 November 1989) adalah seorang jihadis yang berpengaruh, seorang sarjana Palestina, dan teolog Islam Sunni selama Perang Soviet-Afghanistan tahun 1980-an, ia menganjurkan “jihad defensif” untuk Muslim di seluruh dunia untuk membantu mujahidin Afghanistan berperang melawan pasukan Uni Soviet di Republik Demokratik Afghanistan.
Azzam adalah seorang guru dan mentor bagi Osama bin Laden, dan merupakan salah satu tokoh kunci yang membujuk bin Laden untuk pergi ke Afghanistan dan mendukung para pejuang mujahidin di sana. Bersama-sama, mereka mendirikan Maktab al-Khidamat, sebuah organisasi yang diciptakan dengan tujuan menarik pejuang Muslim asing untuk berperang dalam perang. Setelah penarikan Soviet dari Afghanistan pada tahun 1989, ia mempromosikan kegiatan jihad militan atas nama Muslim lainnya di negara lain, dan kemudian dikenal sebagai “bapak jihad global”.
Azzam wafat oleh bom mobil di Peshawar, Pakistan, pada 24 November 1989. Kelompok internasional Brigade Abdullah Azzam dinamai sesuai namannya.
Baca juga : 13 Januari 1842, dr. William Brydon : Kisah Tentara Inggris yang selamat dari keganasan Perang Afganistan
Karya
Menerbitkan lebih dari 100 buku, artikel, dan konferensi yang direkam, beberapa karyanya meliputi:
Pertahanan Tanah Muslim: Kewajiban Pertama Setelah Iman, 1979 – adalah studi tentang hukum hukum Jihad. Membahas jenis-jenis Jihad, kondisi di mana Jihad menjadi kewajiban atas semua Muslim, izin orang tua, berperang tanpa adanya Negara Islam dan perjanjian damai dengan musuh.
Simbol jihad Afganistan saat mengusir pasukan beruang merah
Hampir setiap Muslim yang memperhatikan kondisi dunia Islam di tahun 80-an pasti mengenal nama dan sosok Abdullah Azzam dengan baik.
Dia adalah simbol jihad Afganistan saat mengusir pasukan beruang merah komunis Uni Soviet. Dan kini, hampir puluhan tahun berlalu, namanya masih lekat dikenang dalam hati para pejuang Islam di dunia. Meski, label gembong teroris juga dikaitkan dengan namanya, namun siapapun yang mengetahui kondisi perjuangan jihad Afganistan ketika itu, tak pernah terbetik sedikitpun bahwa Abdullah Azzam adalah seorang teroris. Bahkan sebaliknya, ia adalah pejuang sejati yang begitu tinggi kasih sayangnya kepada kaum Muslimin.
Berlari hingga pingsan
Beberapa waktu lalu, sejumlah tokoh mengingatkan tentang kenangan syahidnya tokoh jihad Afganistan itu. Salah seorang muridnya yang kini tinggal di Mesir, bercerita tentang Abdullah Azzam, saat beliau sedang melakukan perkemahan. Pada suatu acara semua yang mengikuti mukhayyam itu di perintahkan oleh komandan lapangan. “Kalian berlarilah mengelilingi lapangan ini sebanyak yang kalian bisa,” ujar komandan lapangan.
Semua peserta perkemahan berlari. Namun setelah beberapa putaran, sudah ada yang menyerah, dan mereka yang menyerah beralasan bahwa “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (surat 2 Al-Baqarah: ayat 286), inilah yang saya mampu”,
Begitu pula orang-orang yang menyerah selanjutnya, mereka selalu beralasan dengan ayat ke 286 di surat Al-Baqarah tersebut, dan yang sisa pun semakin banyak yang menyerah, sampai tinggal Abdullah Azzam sendiri, beliau terus berlari mengelilingi lapangan tersebut, sampai akhirnya beliau pingsan.
Dan setelah sadar beliau ditanya oleh komandan lapangan “ Mengapa anda berlari sampai pingsan begini, kan sudah saya bilang bahwa anda berlari semampu anda”, lalu Abdullah Azzam menjawab “inilah yang saya mampu, sesuai yang anda perintahkan“
Yang dimaksud oleh Abdullah Azzam adalah makna sebenarnya dari “Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”, bahwa perintah harus dijalankan sesuai isinya. Di sisi lain, upaya apapun harus dilakukan dengan upaya yang optimal di batas kemampuan seseorang. Itulah salah satu pelajaran yang diberikan Abdullah Azzam.
Komitmen Kuat Berjihad
Abdullah Azzam dilahirkan di sebuah kampung di Utara Palestina yang dikenal sebagai Selat al-Harithia di daerah Genine pada tahun 1941. Ayahnya bernama Mustaffa yang meninggal dunia setahun selepas pembunuhan anaknya. Ibunya bernama Zakia Saleh yang meninggal dunia setahun sebelum Sheikh Abdullah Azzam dibunuh.
Abdullah Azzam berasal dari keluarga yang baik latar-belakang keagamaannya. Keluarganya gembira mempunyai anak lelaki, Abdullah Yusuf Azzam, yang sudah terlihat istimewa di kalangan kanak-kanak lain dan telah aktif berdakwah pada usia yang muda. Rekan-rekannya mengenali Azzam sebagai seorang yang wara dan sangat hati hati dengan dosa. Ia menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan pada usia muda. Guru-gurunya melihat keistimewaan ini sejak Azzam masih duduk di bangku sekolah. Abdullah Azzam masuk dalam organisasi al-Ikhwan-ul-Muslimin sebelum mencapai usia baligh.
Murid yang paling cerdas dan terusir
Sheikh Abdullah Azzam telah dikenal karena ketabahan dan sifatnya yang sungguh sungguh sejak kecil. Ia menerima pendidikan awal peringkat sekolah dasar dan menengah di kampung sebelum meneruskan pendidikan di College Pertanian Khadorri sampai tingkat Diploma.
Walau merupakan pelajar termuda di kalangan teman-temannya, Abdullah Azzam adalah murid yang paling cerdas. Setelah menamatkan pendidikan di College Khadorri ia bekerja sebagai seorang guru di sebuah kampung bernama Adder di Selatan Jordan. Kemudian beliau meneruskan pendidikan di college Shariah di universitas Damaskus sehingga memperoleh Ijazah B.A. dalam Shariah pada 1966. Setelah pihak Yahudi mendudduki Tepi Barat pada tahun 1967 sebagai hasil perang Arab-Israel juni 1967, Abdullah Azzam muda hijrah ke Jordan, karena ia tidak mau tinggal di bawah penjajahan Yahudi di Palestina. Pengalaman melihat tank-tank Israel bergerak masuk ke Tepi Barat tanpa ada hambatan meningkatkan tekadnya untuk hijrah dan belajar mendapatkan kemampuan untuk perang.
Tahun 1960-an ia ikut dalam Jihad menentang penjajahan Israel di Palestina dari Jordan. Ketika itu juga ia menerima Ijazah Master di dalam bidang Shariah dari Unversitas al-Azhar. Pada tahun 1970 sesudah Jihad terhenti karena kekuatan PLO dipaksa keluar dari Jordan, Abdullah Azzam menjadi seorang pensyarah di universitas Jordanian di Amman. Pada tahun 1971 ia dianugerahkan beasiswa ke Universitas al-Azhar di Kairo sampai ia memperoleh Ijazah doktor di dalam bidang Ushul al-Fiqh pada 1973. Ketika di Mesir itulah, ia telah berkenalan dengan keluarga Sayid Quthb, keluarga tokoh perjuangan Islam di Mesir.
Baca juga : 15 Mei 1988, Uni Soviet mulai menarik diri keluar dari “Neraka” Afganistan
Ikut serta dalam Jihad Afghanistan
Pada tahun 1979 ia meniggalkan universitas berpindah ke Pakistan untuk ikut serta dalam Jihad Afghanistan karena pendudukan Uni Soviet. Di sana ia berkenalan dengan pemimpin-pemimpin Jihad. Awal kedatangannya di Pakistan, ia dilantik sebagai pensyarah/pembicara di universitas Islam internasional di Islamabad. Setelah beberapa waktu lamanya, kemudian beliau mengambil keputusan untuk berhenti dari tugas universitas untuk memfokuskan seluruh waktu dan tenaganya kepada Jihad di Afghanistan.
Abdullah Azzam sangat banyak dipengaruhi oleh Jihad di Afghanistan dan Jihad di Afghanistan juga sangat banyak dipengaruhi Abdullah Azzam sejak beliau memfokuskan seluruh waktunya untuk Jihad. Ia menjadi seorang yang disegani di arena Jihad Afghanistan. Ia menumpahkan seluruh daya usaha untuk menyebarkan dan mengenalkan Jihad di Afghanistan ke seluruh dunia. Ia mengubah pandangan umat Islam tentang Jihad di Afghanistan dan menyadarkan bahwa Jihad adalah tuntutan Islam yang menjadi tanggung jawab semua umat Islam di seluruh dunia. Berkat hasil usahanya, Jihad Afghan menjadi Jihad universal yang diikuti oleh umat Islam dari berbagai pelosok dunia.
Abdullah Azzam bahkan menjadi idola generasi muda yang menyahut seruan Jihad. Pernah ia berkata, “Aku rasa seperti baru berusia 9 tahun, 7 setengah tahun di Jihad Afghan, satu setengah tahun di Jihad Palestina dan tahun-tahun yang selebihnya tidak bernilai apa-apa.”
Ia juga melatih keluarganya dengan pemahaman dan semangat yang sama. Isterinya terlibat dengan kegiatan penjagaan anak-anak yatim di Afganistán. Ia sendiri menolak tawaran pekerjaan sebagai pensyarah/pembicara dari beberapa buah universitas sambil berikrar bahwa ia tidak akan meninggalkan Jihad sehingga gugur syahid. Ia juga selalu mengatakan bahwa tujuan utama dan cita-citanya adalah untuk membebaskan Palestina.
Terbunuh Saat Hendak Sholat Jumat
Tentu saja komitmen yang begitu tinggi pada Islam menimbulkan keresahan di kalangan musuh-musuh Islam. Mereka bersekongkol untuk membunuh beliau. Pada tahun 1989, sebuah bom diletakkan di bawah mimbar Universitas di Peshawar barat yang ia gunakan untuk menyampaikan khutbah Jumat. Bahan peledak itu sangat berbahaya dan ledakannya akan memusnahkan masjid tersebut bersama dengan semua benda dan jamaah di dalamnya. Setelah upaya pertama, Pangeran Turki bin Faisal menyarankan Azzam untuk meninggalkan Afghanistan.
Pada hari Jum’at, 24 November 1989 di Peshawar, Pakistan, mereka telah menanam tiga buah bom di jalan yang sempit. Abdullah Azzam memarkirkan mobilnya di posisi bom pertama dan kemudian berjalan ke masjid untuk shalat Jum’at. Bom pun meledak dan Abdullah Azzam gugur bersama dengan dua orang anak lelakinya, Muhammad dan Ibrahim, beserta dengan anak lelaki al-marhum Sheikh Tamim Adnani (pejuang di Afghan).
Ledakan bom seberat 20kg TNT dilakukan dengan alat kontrol jarak jauh. Setelah ledakan kuat itu itu orang-orang keluar dari masjid dan melihat keadaan yang mengerikan. Hanya bahagian kecil dari mobil tersebut yang kelihatan. Anak Abdullah Azzam, Ibrahim, terpental 100 meter; begitu juga dengan dua orang anak-anak lagi. Serpihan jasad mereka bertaburan di atas kabel-kabel listrik.
Tubuh Abdullah Azzam ditemukan bersandar pada sebuah tembok, dalam keadaan sempurna dan tiada luka atau cedera kecuali sedikit darah yang mengalir dari bibirnya. Abdullah Azzam dikebumikan di Tanah Perkuburan Shuhada Pabi.
Pada tahun 2009, agen ganda Yordania Humam Khalil Abu-Mulal al-Balawi mengklaim mengetahui kerjasama Direktorat Intelijen Umum Yordania dengan CIA untuk mengatur pembunuhan tersebut.
Baca juga : Daftar Nama Besar Para Pejuang Islam Sepanjang Masa
Baca juga : 13 Juli 2008, Battle of Wanat : Pertempuran dengan korban tentara Amerika terbanyak dalam perang Afganistan