Artikel

Abu Ayyub Al Anshari, Sahabat Nabi yang berumur 98 tahun saat akan menaklukan Konstantinopel

Nama lengkap Abu Ayyub al-Ansari (R.A.) adalah Khalid ibn Zayd ibn Kulayb (R.A.) dari suku Banu Najjar. Beliau adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang agung dan dekat. Dia dikenal sebagai Abu Ayyub (ayah dari Ayyub) dan meninggal karena sakit selama First muslim Siege of Constantinople

ZONA PERANG (zonaperang.com) – Pertama, kita perlu tahu bahwa ternyata pernah ada usaha pembebasan Konstantinopel yang dilaksanakan di masa kepemimpinan Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan. Seperti dilaporkan oleh penulis sejarah Bizantium, Theophanes the Confessor,

Pasukan Kaum Muslimin datang pada 672–673 Masehi. Armada Kekhalifahan mengamankan pangkalan di sepanjang pantai Asia Kecil, dan kemudian melanjutkan untuk memasang blokade longgar di sekitar Konstantinopel.

Kaum Muslimin menggunakan semenanjung Cyzicus di dekat kota sebagai basis untuk menghabiskan musim dingin, dan kembali setiap musim semi untuk melancarkan serangan terhadap benteng kota. Namun, Romawi Timur di bawah kuasa Kaisar Konstantinus IV berhasil menghadang angkatan laut Umat Islam menggunakan penemuan baru, zat pembakar cair yang dikenal sebagai “Greek Fire.”

Romawi Timur juga berhasil menghadang tentara darat Muslimin di Asia Kecil sehingga pengepungan atas Konstantinopel berhenti. Kemenangan Romawi Timur ini sangat penting bagi eksistensi Konstantinopel, dan Kaum Muslimin mesti menunda mimpi pembebasan itu untuk sementara.

Baca juga : Panglima perang dan prajurit sahabat Nabi yang paling banyak meriwayatkan Hadist

Baca juga : 15 Agustus 717, Kisah Heroik yang Tak Terlupakan: Saat Maslama bin Abd al-Malik Mengepung Konstantinopel

Abu Ayyub Al Anshari  (أبو أيوب الأنصاري)yang menginspirasi

Nah, hebatnya kisah usaha pembebasan ini adalah ikut sertanya sahabat besar bernama Abu Ayyub Al Anshari(Nabi Muhammad ﷺ pernah tinggal dikediamannya selama 7 bulan selama datang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Dalam kitab Siyar A’lam An Nubala, Imam Adz Dzahabi menulis, “Abu Ayyub ikut bertempur kemudian beliau sakit.

Kemudian beliau berkata: Jika aku wafat, bawalah ke tempat kalian berjihad. Jika kalian bertemu musuh, kuburkanlah aku di tanah tempat kalian bertempur.

“Sampaikan salamku kepada seluruh tentara islam, katakan kepada mereka bahwa Abu Ayyub berwasiat, masuklah kalian sejauh mungkin ke bumi orang-orang kafir, dan kuburkanlah jasadku di sekitar tembok kota Konstantinopel.”

Hingga sebelum tempat itu dikuasai orang-orang Islam, orang Romawi dan penduduk Konstantinopel memandang Abu Ayub di makamnya itu sebagai orang suci. Dan yang mencengangkan, para ahli sejarah yang mencatat peristiwa-peristiwa itu berkata, “Orang-orang Romawi sering berkunjung dan berziarah ke kuburnya dan meminta hujan dengan perantaraannya, bila mereka mengalami kekeringan.”

Padahal usia Abu Ayyub saat itu adalah…

Beliau secara fisik sudahlah tua, jika dicari dari buku-buku sejarah kita akan menemukan bahwa beliau berangkat ke Konstantinopel di umur 98 tahun!

Berangkatnya Abu Ayyub tentu menjadi inspirasi hebat bagi seluruh kawula muda Muslimin untuk ikut andil dalam merealisasikan visi Rasulullah ﷺ untuk membebaskan ibukota Romawi Timur itu.

Fakta hebat lainnya: Usaha pertama Pembebasan Konstantinopel ini bahkan disebutkan dalam sejarah dinasti Tiongkok dari Buku Lama Tang dan Buku Tang Baru.

Mereka mencatat bahwa ibu kota besar Fu lin (拂菻, yaitu Bizantium) yang besar dan dibentengi dengan baik telah dikepung oleh Da shi (大食, yaitu orang Arab Umayyah) dan komandan mereka “Mo-yi” (Hanzi: , Pinyin: Mó zhuāi fá zhī), yang telah diidentifikasi oleh Friedrich Hirth sebagai Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Setelah Sultan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, makam Abu Ayyub dipindahkan ke tepi benteng Konstantinopel di Istanbul seperti yang diwasiatkannya. Di samping makam beliau dibangun Masjid Eyüp Sultan.

Abu Ayub tidak pernah absen dalam satu peperangan pun. Ia memegang teguh firman Allah, “Berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat …” (QS at-Taubah : 41)

Generasi Shalahuddin

Sumber :

  1. Siyar A’lam An Nubala, Imam Adz Dzahabi
  2. Asadul Ghabah go Marifati Ash Shahabah.
  3. Paul Halsall (2000) [1998]. Jerome S. Arkenberg (ed.). “East Asian History Sourcebook: Chinese Accounts of Rome, Byzantium and the Middle East, c. 91 B.C.E. – 1643 C.E.
  4. Kaegi, Walter E. (2008). “Confronting Islam: Emperors versus Caliphs (641–c. 850)”.

Baca juga : Penjajahan Yerusalem, Pembebasan Konstantinopel dan Penguasaan Nusantara oleh Barat

Baca juga : The Message (1976) : Film Legendaris Perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat

 

ZP

Recent Posts

Dari Pelatihan ke Medan Tempur: Evolusi Embraer ‘Tucano’

Embraer EMB 312 Tucano dan penerusnya, EMB 314 Super Tucano, adalah pesawat turboprop yang telah…

3 jam ago

Army of Shadows (1969): Potret Kelam Perlawanan Perancis yang Tak Terungkap

L'Armée des Ombres: Di Mana Pahlawan Tidak Memiliki Nama Army of Shadows (L’Armée des ombres),…

1 hari ago

Dari Musim Semi ke Kekacauan: Ringkasan Perang Saudara Suriah 2011–2025

Suriah 2011-2025: Dari Protes Damai ke Perang Saudara yang Berkepanjangan Perang Saudara Suriah, yang dimulai…

2 hari ago

Martin Model 262 Convoy: Ambisi VTOL Turboprop Angkatan Laut AS yang Terlupakan

Pada dekade 1950-an, dunia penerbangan militer Amerika Serikat dipenuhi semangat inovasi dan eksperimen. Salah satu…

3 hari ago

Pemberontakan Moral: Gelombang Mundur Tentara & Diplomat AS Tolak Kebijakan zionis Israel

Gerakan #NotInOurName menggema di kalangan militer Fenomena pengunduran diri massal tentara dan diplomat Amerika Serikat…

4 hari ago

Maginot Line: Benteng Megah yang Gagal Menyelamatkan Prancis

Maginot Line: Benteng Impian yang Menjadi Kuburan Harapan Prancis Maginot Line: Kisah Benteng Pertahanan yang…

5 hari ago