- Pasukan khusus AS dikatakan dikerahkan untuk membantu penjajah Israel melacak sandera yang ditahan dan menjadi penasihat pertempuran di Gaza yang sempit.
- Sejak berdirinya Israel pada tanah Palestina pada tahun 1948, AS telah menjadi donor bantuan militer terbesarnya bahkan saat ekonomi di dalam negerinya menjadi sangat buruk karena inflasi dan banyak negara yang melepaskan diri dari ketergantungan terhadap mata uang dollar
- Amerika juga telah melakukannya (bantuan darurat militer) saat zionis Israel terjepit dan nyaris kalah dalam perang Yom Kippur 1973
- Amerika Serikat telah memveto puluhan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) yang mengkritik Israel, termasuk setidaknya 53 resolusi sejak tahun 1972, menurut data PBB.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Amerika Serikat telah mengirimkan pasukan khusus ke zionis Israel untuk membantu menemukan ratusan sandera yang ditawan di Jalur Gaza oleh banyak group perlawanan termasuk Hamas, seorang pejabat senior Pentagon dilaporkan mengatakan pada hari Selasa.
Meskipun sebelumnya AS telah mengatakan bahwa mereka telah mengirimkan penasihat militer untuk membantu Israel dalam perang melawan kelompok perlawanan Hamas, Christopher Maier, asisten menteri pertahanan, mengindikasikan bahwa pasukan komando juga telah dikirim, menurut laporan tersebut.
“Kami secara aktif membantu Israel untuk melakukan beberapa hal,” kata Maier dalam sebuah konferensi operasi khusus di Washington, The New York Times melaporkan.
Sedikitnya 245 orang yang ditangkap ketika ribuan pejuang Hamas menyerbu selatan tanah Palestina yang telah dirampas Israel dalam serangan dahsyat pada 7 Oktober pagi saat liburan Yahudi yang juga menewaskan sekitar 1.400 orang (belakangan diketahui bahwa korban yang jatuh adalah akibat tembakan Israel sendiri). Sebagian besar dari mereka yang ditawan adalah warga sipil (wajib militer), dan beberapa di antaranya memiliki kewarganegaraan Amerika Serikat.
Baca juga : Mengapa Israel Kebal Hukum dan Selalu Dibela Amerika dalam Menindas Palestina?
Baca juga : Embargo Minyak 1973-1974: Saat Dunia Islam Bersatu dan Memaksa Amerika Mundur
Pemecah Islam, Arab dan wakil Amerika serta Barat di Timur tengah
Israel telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas , membebaskan para sandera dan menguasai jalur Gaza, sementara para diplomat dari Qatar dan negara-negara lain telah berusaha menegosiasikan pembebasan mereka.
Meskipun Maier tidak mau mengungkapkan berapa banyak pasukan operasi khusus yang ada di Israel, NY Times mengutip pejabat AS lainnya yang tidak disebutkan namanya yang mengatakan bahwa beberapa lusin pasukan telah dikirim dalam beberapa hari terakhir. Sudah ada sebuah tim kecil di Israel pada tanggal 7 Oktober untuk pelatihan yang telah diatur sebelumnya.
“Timur Tengah memiliki sebagian besar cadangan minyak dunia dan merupakan titik konflik di antara hegemoni Barat. AS memandang Israel sebagai sekutu yang dapat diandalkan dan kekuatan yang berperan di wilayah ini, mempertahankan kepentingan AS di wilayah ini.”
Para pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa pasukan komando tersebut bergabung dengan FBI(keamanan dalam negeri), Departemen Luar Negeri dan spesialis pembebasan sandera AS lainnya yang bekerja sama dengan rekan-rekan Israel.
Menteri Pertahanan AS Lloyd J. Austin diketahui mengadakan diskusi hampir setiap hari dengan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant di mana ia dilaporkan telah menekankan bahwa setiap serangan darat ke Gaza harus ditangani dengan hati-hati karena kompleksitas pertempuran di daerah perkotaan yang padat penduduk, yang semakin diperumit oleh jaringan terowongan yang digali Hamas serta kelompok perlawanan lain di bawah Jalur Gaza untuk bersembunyi dan menggerakkan pasukannya.
Membantu secara buta
Masih ingat pidato Joe Biden yang mengatakan, “Seandainya tidak ada Israel, Amerika Serikat harus menciptakan Israel” dan menegaskan kembali bahwa Israel adalah satu-satunya kekuatan terbesar Amerika di Timur Tengah? Ya, tapi Joe Biden bukan satu-satunya pendukung kekejaman Israel; para pendahulunya juga mendukung dengan teguh dan mendukung kekejaman zionis Israel.
Bahkan ketika Israel menyerang rumah sakit Al Ahli, serta menewaskan ribuan orang, yang sebagian besar dari mereka adalah anak-anak dan perempuan, Joe Biden tanpa malu-malu menolak pertanggungjawaban Israel dan menjadikan Palestina sebagai pihak yang bertanggung jawab atas serangan yang tidak berperikemanusiaan tersebut, yang tidak diragukan lagi merupakan kejahatan perang dan pembantaian yang dilakukan Israel terhadap Palestina serta kemanusiaan.
AS mendukung Israel tanpa ragu dan belum pernah terjadi sebelumnya, mengecam hak asasi manusia Palestina selama bertahun-tahun.
Sejarah veto AS yang melindungi Israel
Tanggapan AS terhadap resolusi-resolusi DK PBB di tengah konflik ini sejalan dengan sejarah penggunaan hak vetonya untuk memblokir setiap resolusi yang mungkin mengkritik Israel atau menyerukan kenegaraan Palestina.
Sejak tahun 1945, sebanyak 36 rancangan resolusi DK PBB yang berkaitan dengan Israel-Palestina telah diveto oleh salah satu dari lima anggota tetap – AS, Rusia, Cina, Inggris, dan Prancis. Dari jumlah tersebut, 34 di antaranya diveto oleh AS dan dua lainnya oleh Rusia dan Cina.
Mayoritas resolusi ini dirancang untuk memberikan kerangka kerja bagi perdamaian dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade, termasuk meminta Israel untuk mematuhi hukum internasional, menyerukan penentuan nasib sendiri bagi negara Palestina, atau mengutuk Israel atas pemindahan penduduk Palestina atau pembangunan pemukiman di wilayah Palestina yang diduduki.
AS telah memveto resolusi atas Israel sebanyak 46 kali, termasuk atas invasi Israel ke Lebanon selatan serta aneksasi Israel atas Dataran Tinggi Golan Suriah, yang masih berada di bawah pendudukan Israel. Washington secara resmi mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan pada tahun 2019, yang membalikkan kebijakan AS selama puluhan tahun.
Rancangan resolusi tahun 1972 – satu-satunya rancangan resolusi yang tidak diveto oleh AS – bersifat singkat dan umum, menyerukan kepada semua pihak untuk “segera menghentikan semua operasi militer dan menahan diri demi kepentingan perdamaian dan keamanan internasional”.
🇺🇸🇵🇸 A Palestinian man claims the soldier who forced him and his family to flee their home had an American flag on his uniform. pic.twitter.com/aw2kpq2wLl
— Censored Men (@CensoredMen) November 13, 2023
Baca juga : 10 Kali Amerika Menggulingkan Pemerintahan Asing
Baca juga : 24 Desember 1865, Ku Klux Klan(KKK): Perkumpulan Rasis Kulit Putih di AS Berdiri