Artikel

Apa rencana Israel untuk Gaza? – Analisis

“Narasi resminya adalah bahwa Hamas telah melemah, namun pada kenyataannya, doktrin militer Israel tentang kekuatan besar-besaran sedang menurun,” kata Paul Rogers, pakar keamanan global terkemuka dari Inggris.

ZONA PERANG(zonaperang.com) Israel akan memulai taktik baru dalam perang melawan Hamas, yaitu perang menghabiskan sumber daya lawannya. Perang yang akan berlangsung selama bertahun-tahun.

Setelah Israel menyadari bahwa mereka gagal dan tidak dapat mengalahkan Hamas dalam perang gerilya tanpa kehilangan separuh tentaranya, kepemimpinan Israel membuat perubahan drastis dalam rencananya untuk mengalahkan Hamas dan para pejuang perlawanan.

Sebulan yang lalu IDF mulai menarik diri dari Gaza utara meskipun faktanya Hamas belum dikalahkan dan pertempuran sengit masih berlangsung. Setelah beberapa minggu, Hamas kembali mengambil alih wilayah-wilayah yang telah ditinggalkan tentara Israel.

Sejauh ini terbukti sangat sulit bagi Israel untuk mengusir Hamas, kata seorang pakar.  Tentara pendudukan Israel telah berubah menjadi militer yang hanya mengandalkan kekuatan udara, tidak mampu memenangkan perang dan bertempur secara efektif di darat, menurut mantan jenderal Israel Dan Halutz.

Menghancurkan Hamas tidak akan menyelesaikan masalah bagi Israel, bahkan jika mereka tampak menghancurkannya, maka “mereka akan bangkit dalam bentuk yang berbeda mungkin dalam waktu dua atau tiga tahun, mungkin lebih lama lagi. Namun hal ini tidak menyelesaikan masalah mendasar yang dihadapi Palestina. Dan mereka tidak akan pergi,”more

Baca juga : Penarikan pasukan Israel dan pelemahan pejuang Palestina

Baca juga : 12 Mei 1949, The Berlin Airlift/Blokade Berlin berakhir : Uni Soviet mencabut blokade 11 bulannya terhadap Berlin Barat

Menciptakan zona aman dan mengepung Gaza sepenuhnya

Rencana IDF untuk merebut Khan Yunis yang diumumkan sebelumnya juga tampaknya telah gagal, setelah media Israel melaporkan hari ini bahwa IDF juga mulai menarik batalyon-batalonnya dari sana.

Sementara pertempuran telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir, Israel telah menghancurkan lebih dari 1.100 bangunan yang berada dalam perimeter 1 km di sebelah pagar Gaza. Para pejabat Israel telah mengkonfirmasi bahwa Israel ingin menciptakan zona aman sejauh 1 km dari pagar di dalam Gaza.

Kemudian tentara Israel secara bertahap akan menarik diri dari Gaza, dan mulai mengepung Gaza sepenuhnya, dalam kemiskinan, tanpa makanan, air, obat-obatan, memaksa penduduk untuk berbalik melawan Hamas serta para pejuang dan mulai menyerahkan posisi mereka, sementara Israel akan melanjutkan pengeboman terus menerus dan penargetan Gaza yang akan berlangsung selama bertahun-tahun.

Hal ini akan memungkinkan Israel untuk secara drastis mengurangi porsi tentaranya yang mengepung Gaza, sementara sebagian besar tentara akan dikirim ke utara untuk melawan Hizbullah.

Tantangan Hamas

Hamas, karena kurangnya peralatan dan teknologi militer, tidak akan mampu melintasi zona terbuka sejauh 1 km tanpa terdeteksi dan secara praktis tidak akan mampu berperang, kecuali hanya duduk dan menunggu di dalam Gaza.

Satu-satunya tujuan yang hampir tidak mungkin dicapai oleh Israel adalah memotong dan merebut perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir. Israel kembali mengirimkan pemberitahuan kepada Mesir bahwa mereka siap untuk melakukannya, yang telah dikonfirmasi oleh pihak Mesir, namun Mesir telah mengumumkan beberapa kali bahwa ini adalah pelanggaran garis merah dan deklarasi perang.

Tahap pertama dari perang ini adalah Hamas melumpuhkan tentara Israel sebanyak mungkin. Israel merasakan hal ini setelah mengalami kerugian besar dan memutuskan untuk mengubah taktik perang lebih awal, karena Hamas masih memiliki potensi tempur yang sangat besar dan dapat dengan mudah melumpuhkan lebih dari separuh tentara Israel.

Namun, intinya adalah bahwa IDF sedang mempersiapkan penarikan penuh dari Gaza dan menjaganya di bawah pengepungan militer yang kejam serta pengeboman tanpa pandang bulu.

Hamas lebih dari sekedar sebuah gerakan; ini adalah sebuah ide, dan masalah mendasarnya adalah seseorang tidak dapat menghancurkan sebuah ide, menurut Paul Rogers, seorang profesor emeritus studi perdamaian di Universitas Bradford.more

Baca juga : Golani Brigade : Runtuh dan Hancurnya Mitos Tidak Terkalahkan Tentara Terbaik Zionis Israel

Baca juga : Kisah Luar Biasa di Balik Benteng San Paolo: Warisan Penjajahan Portugis dan Kemenangan Tanpa Darah

https://www.youtube.com/watch?v=j4ePNi1_52w&t=35s

ZP

Recent Posts

Perang Saudara Myanmar: Darah, Konflik Etnis, dan Bayang-bayang Asing

Tanah Seribu Pagoda: Salah satu Perang Saudara Terpanjang di Dunia dan Masa Depan yang Tak…

9 jam ago

5 Cara Prancis Membantu Amerika Meraih Kemerdekaan

Peran Krusial Prancis dalam Revolusi Amerika: Dari Diplomasi Hingga Pertempuran Aliansi Prancis-Amerika: Kunci Kemenangan Revolusi…

1 hari ago

Sandi-sandi yang Mengukir Sejarah: Ketika Kode Rahasia Menjadi Kunci Kemenangan

Kode-Kode Rahasia: Ketika Inovasi dan Peretasan Bertarung Membahas sandi-sandi yang membentuk sejarah adalah perjalanan menelusuri…

2 hari ago

Sukhoi T-4: Ambisi Pengebom Supersonik Uni Soviet yang Tak Terwujud

Sukhoi T-4, juga dikenal sebagai "Sotka" atau "Project 100," adalah pesawat pembom strategis supersonik yang…

3 hari ago

The Battle of Algiers: Ketika Sinema Menyuarakan Sejarah

Jejak Luka Kolonialisme dalam The Battle of Algiers Di antara banyak film sejarah, The Battle…

4 hari ago

Operation Trident: Serangan Malam yang Mengubah Sejarah Perang Indo-Pakistan 1971

Serangan Rudal Pertama di Asia Selatan: Kisah Operation Trident Operation Trident, yang dilaksanakan oleh Angkatan…

5 hari ago