ZONA PERANG(zonaperang.com) Kisah tentang bagaimana perang terpanjang di abad ke-20 bisa saja berakhir dalam beberapa hari.
Termasuk pengakuan langka dari seorang pejabat Iran.
- Setelah Khomeini berkuasa, Irak adalah salah satu negara pertama yang mengucapkan selamat kepada Iran dalam sebuah telegram yang dikirim pada tanggal 5 April 1979 ke pemerintah Syiah Iran yang mengkudeta raja Mohammad Reza Pahlavi.
- Khomeini dan media Iran bersikap keras terhadap Irak, yang mengakibatkan protes besar-besaran yang menyerukan “Revolusi Islam (Syiah) di Irak”. Juni 1979 Kedutaan Besar Irak dan konsulat-konsulatnya di Iran menjadi sasaran berbagai serangan dari massa.
- Irak mencoba untuk tetap tenang. Presiden Saddam Hussein mengambil kesempatan pertemuan puncak di Havana Kuba untuk melakukan pembicaraan dengan Ebrahim Yazdi, menteri luar negeri dan wakil perdana menteri pertama Iran pasca-Syah di sela-sela pertemuan. Saddam terlihat bersamanya dan mengucapkan selamat kepada Iran pada Juli 1979.
Baca juga : Lebanon (2009) : Film Israel yang menjadi kontroversi
Baca juga : Battle of al-Qadisiyyah / Pertempuran Qadisiyah : Kemenangan awal tentara Islam atas kekaisaran Persia
Mendukung separatis Kurdi
- Namun, Iran melanjutkan dukungannya kepada kelompok separatis Kurdi di Irak yang ingin memisahkan diri, sehingga mengakibatkan kritik terbuka dari Saddam Hussein pada saat itu. Dia memperingatkan bahwa tindakan Khomeini akan melayani kekuatan imperialis yang ingin memecah. Januari, 1980.
- Khomeini menanggapi pidato tersebut dan mengatakan bahwa Persatuan Arab bertentangan dengan Islam (Syiah). Januari 1980.
- Agen-agen Iran di bawah Partai Dawa melakukan banyak serangan teroris di Irak yang merenggut nyawa ratusan warga sipil April 1980.
- Tariq Aziz (Mikhail Yuhanna), Wakil Perdana Menteri Irak dan penasihat yang dekat dengan Presiden menjadi sasaran percobaan pembunuhan dengan granat tangan di Universitas Mustansriya, yang justru merenggut nyawa para mahasiswa yang tidak bersalah. Pada akhir bulan, Iran berhasil membunuh 20 pejabat Irak.
Baca juga : Pesawat tempur penyergap multiguna Dassault Mirage F-1(1966), Perancis : Sang pembunuh F-14 Tomcat
Baca juga : H-3 airstrike : Serangan kejutan Iran terhadap pangkalan udara yang jauh di dalam wilayah Irak
Menggempur kota Irak
- Kemudian Khomeini menyerukan agar rakyat Irak memberontak dan mulai merekrut “Jondi El-Imam”, sebuah pasukan yang bertujuan untuk ‘Membebaskan Irak’. Sebuah kasus campur tangan yang terang-terangan dalam urusan dalam negeri negara merdeka dan berdaulat Irak.
- Iran di sepanjang perbatasan ini terus melakukan berbagai pelanggaran perbatasan. Lebih dari 500 provokasi semacam itu. Pada tanggal 4 September 1980, Iran untuk pertama kalinya menggempur kota-kota berpenduduk seperti Khanaqin dan Mendeli dengan peluru artileri M107 175mm buatan AS.
- Iran kemudian mengulangi penembakan yang sama pada tanggal 7 September 1980. Irak mengirimkan sebuah catatan pada tanggal 10 September 1980 yang mengingatkan Iran sekali lagi untuk menarik diri dari wilayah yang telah diakui sebagai wilayah Irak di bawah Perjanjian Aljir dan menghentikan penembakan.
- Namun Iran menolak dan sebaliknya Kepala Staf Iran, Jenderal Fallahi, pada tanggal 14 September mengatakan bahwa negaranya tidak akan menghormati Perjanjian Aljir 1975 (disepakati saat KTT OPEC di Aljazair, batas-batas wilayah darat dan laut antara kedua negara, terutama perbatasan di kawasan Sungai Arwand yang selama itu menjadi sumber pertikaian utama Iran dan Irak, ditandatangani oleh Saddam Husain dan Shah Pahlevi). Pernyataan ini diulangi oleh Presiden Iran Abolhassan Banisadr.
- Iran kemudian menutup Shatt Al Arab ke Irak pada tanggal 16 September 1980, yang secara efektif memberlakukan blokade ekonomi pada satu-satunya jalan keluar Irak ke Teluk.
- Irak menarik kembali dan menganggap perjanjian tersebut batal dari pihaknya pada tanggal 17 September 1980.
Baca juga : 24 April 1980, Operation Eagle Claw : Misi penyelamatan sandera Amerika di Iran yang berakhir dengan bencana
Baca juga : Abdullah bin Saba’, Yahudi, Syiah dan Kekacauan dunia
Perang Teluk 1
- Pada tanggal 21 September, Iran menggunakan tembakan artileri berat untuk memberlakukan blokade terhadap Irak. (Perang Irak- Iran dikenal dunia baru dimulai tanggal 22 September 1980 saat pemberitaan tentang serangan Irak ke Iran)
- Irak yang telah melakukan segala cara untuk menyelesaikan masalah ini dengan cara-cara damai memutuskan untuk menggunakan militernya untuk memaksa Iran melakukan perundingan. Irak dengan cepat menyatakan bahwa mereka tidak memiliki ambisi yang besar di dalam negeri Iran. tanggal 3 Oktober 1980.
- Menteri Luar Negeri pertama Iran Ebrahim Yazdi setelah Shah, mengakui bahwa Khomeini berusaha memprovokasi perang.
- Resolusi PBB 479 dikeluarkan pada tanggal 28 September 1980. September 1980 yang menyerukan agar konflik segera diakhiri. Irak segera menerima resolusi tersebut, tetapi Khomeini menolak untuk menerimanya.
- Brigadir Jenderal Iran Masoud Bakhtiari mengkonfirmasi tawaran gencatan senjata dari Irak.
- Gencatan senjata Irak tidak bersyarat dan Irak setuju untuk menarik diri dari wilayah-wilayah Iran yang dikuasainya. Ali Akbar Velyati, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan bahwa berlanjutnya perang akan melipatgandakan wilayah yang dikuasai Irak.
- Namun Khomeini menegaskan, tidak akan ada perdamaian dengan Irak karena orang Irak bukan Muslim (Syiah).
Baca juga : 07 Juni 1981, Operation Opera/Babylon : Serangan Udara Israel pada Reaktor Nuklir Irak
Dukungan Israel ke Iran
- Sebulan setelah perang dimulai, Mantan Perwira Intelijen Israel dan immigran Yahudi Rusia ke Palestina, Aharon Yariv , menyatakan bahwa kemenangan Irak bukanlah kepentingan Israel. Ini adalah awal dari Israel memasok senjata kepada Iran (suku cadang ; tank FV101 Scorpion Inggris, F-4 Phantom, F-14 Tomcat, rudal anti tank TOW, rudal MIM-23 Hawk, MGM-52 Lance, peluru Artileri, 350 teknisi Israel untuk merawat AU Iran).
- Israel menjual senjata kepada Iran dan menjadi perantara dalam berbagai kesepakatan senjata atas nama Iran. Jumlah total pembelian senjata Iran dari transaksi ini adalah 82 Miliar USD ($210,806,542,688 nilai 2023).
- Pada saat revolusi di Iran, terdapat 80.000 orang Yahudi di negara itu. Mereka adalah minoritas yang diakui bersama dengan umat Kristen dan Zoroaster di Iran, yang secara umum tidak mengalami penganiayaan dan dapat melanjutkan urusan mereka tanpa gangguan. Fundamentalisme Khomeini membuat semua itu beresiko. Dukungan klandestin Iran memastikan keamanan komunitas Yahudi dan memungkinkan ribuan orang untuk beremigrasi; dukungan ini juga berkontribusi secara substansial pada keberhasilan Iran dalam mempertahankan perbatasannya.
Kekalahan militer
- Irak menerima resolusi PBB 598 pada tahun 1987, Iran menolak untuk menerima Resolusi PBB 598 sampai tahun 1988 ketika dikalahkan secara militer (setelah Operasi Tawakalna ala Allah mengusir pasukan Iran dari tanah Irak).Iran tetap menolak semua opsi gencatan senjata hingga akhirnya dikalahkan secara militer. Sebuah perang tragis yang dipaksakan kepada rakyat Irak dan Iran oleh Khomeini, Amerika Serikat, Israel.
Baca juga : 19 Maret 2003, Amerika Serikat memulai invasi ke negara merdeka Irak : Dosa Besar Abad Modern