Theodor Herzl: Bapak Zionisme, Mimpi Buruk Palestina
ZONA PERANG(zonaperang.com) Wina, Austria, 14 Februari 1896. Jurnalis Theodor Herzl menerima 500 dari 3000 eksemplar pamfletnya yang baru terbit: Der Judenstaat. Pamflet yang menawarkan ide pembentukan negara Yahudi itu segera tersebar luas dan menuai beragam tanggapan.
Sejak itu, Theodor Herzl telah menancapkan tonggak sejarah sebagai “Bapak Zionisme Modern”. Di kemudian hari, makamnya ditempatkan di sebuah bukit dekat Jerusalem yang diberi nama Gunung Herzl.
Binyamin Ze’ev lahir pada 2 Mei 1860 di Budapest kerajaan Hungaria dari keluarga kelas menengah kaya. Pada 1878, keluarganya pindah ke Wina dan Herzl belajar hukum di Universitas Wina. Sempat bekerja di bidang hukum, Herzl belakangan menemukan minat menulisnya. Ia bekerja sebagai jurnalis dan koresponden untuk Neue Freie Presse di Wina.
Herzl yang selama hidupnya adalah seorang sekuler dan bisa dikatakan adalah seorang Yahudi yang telah terasimilasi, tidak fasih berbahasa Yiddish ( bahasa Germanik umat Yahudi Eropa Timur) maupun Ibrani.
Pada tahun 1895, Theodor Herzl semakin putus asa untuk menyelesaikan Masalah Yahudi. Ditolak oleh super-dermawan Baron Maurice de Hirsch, Herzl beralih ke Baron Edmond James de Rothschild, menulis proposal sepanjang 65 halaman yang lebih panjang. Rothschild dan istrinya, Adelheid von Rothschild, mendanai pemukim Yahudi di Rishon LeZion dan Zichron Ya’akov.
Baca juga : Menteri Zionis Amichay Eliyahu: Menjatuhkan Bom Nuklir Di Gaza adalah Opsi di atas Meja
Terlalu lama untuk ditunggu dan harus diusahakan
Sebagai seorang Yahudi, Herzl mengalami Anti-Semitisme yang membayangi komunitasnya. Ia menyebut, di manapun orang Yahudi menginjakkan kaki di tanah yang baru, di situ Anti-Semitisme selalu muncul. Masalah yang telah ada 18 abad ini harus dihentikan, tekadnya.
Sejak akhir 1895, Herzl yang seorang Atheist Yahudi mulai menuliskan solusi atas masalah-masalah orang Yahudi. Ide tentang pembentukan negara Yahudi menurutnya bukanlah utopia. Baginya, “tanah yang dijanjikan” terlalu lama untuk ditunggu dan harus diusahakan. Paparan mengenai jalan mendirikan negara Yahudi itu diselesaikannya pada Januari 1896.
Herzl menawarkan tulisannya pada dua penerbit di Jerman: satu penerbit Yahudi dan satu penerbit bukan Yahudi. Keduanya menolak mentah-mentah tulisan Herzl. Namun, gagasan Herzl disukai Max Breitenstein, penjual buku yang sesekali menerbitkan buku. Karya Herzl pun disepakati untuk diterbitkan. Kontrak ditandatangani. Di menit terakhir, Herzl memutuskan untuk memberi judul Der Judenstaat— Versuch einer modernen Lösung der Judenfrage / An Attempt at a Modern Solution of the Jewish Question .
Peletak pondasi
“Dia telah mengubah mimpinya menjadi cetak biru; pekerjaannya selesai. Membiarkan orang lain yang kelak meletakkan batu batanya,” tulis Ernst Pawel dalam The Labyrinth of Exile, A Life of Theodor Herzl.
Pihak penerbit membatasi cetakan pertama hanya 3000 eksemplar karena meragukan prospek komersilnya. Ide Herzl juga bukan yang pertama, namun (Bahasa Jerman, Negara Yahudi) segera tersebar, mendapat pujian serta kontroversi dan menjadi salah satu karya penting bagi sejarah Yahudi.
Dalam pendahuluan Der Judenstaat, Herzl menekankan bahwa masalah orang Yahudi harus diangkat sebagai masalah internasional dan diselesaikan dengan bantuan negara-negara besar. Sementara, mengulang-ulang narasi penderitaan orang Yahudi baginya tidak menyelesaikan apapun.
“Ini adalah masalah nasional, yang hanya dapat diselesaikan dengan menjadikannya masalah politik dunia untuk didiskusikan dan diselesaikan oleh negara-negara beradab di dunia dalam dewan,” tulisnya.
Herzl memopulerkan istilah “Zionisme”, yang diciptakan oleh Nathan Birnbaum.
Baca juga : Golani Brigade : Runtuh dan Hancurnya Mitos Tidak Terkalahkan Tentara Terbaik Zionis Israel
Baca juga : Penduduk Palestina Hijrah? Justru itu Skenario yang diinginkan Zionis
Menolak asimilasi Yahudi dengan bangsa lain
Dalam Der Judenstaat, Herzl secara ringkas menjabarkan mengenai mengapa membentuk satu negara Yahudi adalah solusi terbaik. Ia tidak menolak asimilasi Yahudi dengan bangsa lain yang selama ini menjadi solusi untuk menghapus Anti-Semitisme. Namun menurut Herzl, asimilasi yang terjadi biasanya hanya sebatas pengakuan hukum.
“Asimilasi, yang saya pahami tidak hanya kesesuaian eksternal dalam pakaian, kebiasaan, adat istiadat, dan bahasa, tetapi juga identitas perasaan dan cara -asimilasi orang Yahudi hanya dapat dilakukan dengan perkawinan silang. Tetapi kebutuhan untuk pernikahan campuran harus dirasakan oleh mayoritas; pengakuan mereka semata-mata oleh hukum pasti tidak akan cukup,” tulis Herzl.
Ia juga menyebut bahwa negara Yahudi diperlukan untuk mereka yang hanya berindentitas Yahudi, bukan Yahudi Prancis, misalnya, yang telah memiliki kehidupan lebih baik. Negara Yahudi dengan sendirinya juga akan menghapus Anti-Semitisme di kemudian hari.
Perusahaan Yahudi
Dalam proposalnya, Herzl menganjurkan dibentuknya The Jewish Company atau Perusahaan Yahudi. Perusahaan ini meniru model perusahaan akuisisi lahan. Herzl menjelaskan bagaimana perusahaan ini akan bekerja untuk mengelola aset Yahudi, mengatur pekerja, hingga metode mendapatkan modal.
Bagaimana dan apa saja yang diperlukan dalam pembentukan Negara Yahudi secara ringkas dipaparkan Herzl. Mulai dari bentuk masyarakatnya, pendudukan wilayah, konstitusi, bahasa, hukum, hingga angkatan bersenjata.
Soal di mana negara Yahudi akan didirikan, Herzl memiliki dua pilihan: Palestina atau Argentina. Menurutnya, Argentina memiliki tanah luas yang subur serta belum padat penduduk. Sementara, Palestina memiliki ikatan sejarah kuat bagi orang Yahudi.
Baca juga : Lobi Zionis: Bagaimana AIPAC Mempengaruhi Pemilihan Presiden dan Kebijakan Amerika
Baca juga : Yahudi, Zionisme, dan Israel: Tiga Hal yang Sering Disalahpahami
Meminta tanah di Palestina
Pada Juni 1896, Herzl pergi ke Konstantinopel dan berharap dapat bertemu Sultan Ottoman. Ia hendak meminta tanah di Palestina untuk dikelola orang Yahudi secara otonom. Sayangnya Herzl gagal bertemu sultan.
“Jika Yang Mulia Sultan memberi kita Palestina, sebagai imbalannya kita bisa mengatur seluruh keuangan Turki,” tulisnya.
Lima tahun kemudian, 17 Mei 1901, Herzl memang bertemu dengan Sultan Abdulhamid II, namun Sultan menolak tawaran Theodor Herzl untuk mengkonsolidasikan utang Ottoman dengan imbalan piagam yang mengizinkan akses Zionis ke Palestina.
Pada 1897, Herzl mulai menggalang dukungan tokoh-tokoh Yahudi untuk menyelenggarakan Kongres Yahudi Pertama. Setelah gagal di London dan Munich, Herzl akhirnya menggelar kongres di Basel, Swiss. Kongres yang berlangsung pada 29-31 Agustus 1897 itu dihadiri sekira 200 delegasi Yahudi dari berbagai negara di Eropa serta dari Amerika Serikat. Kongres ini juga melahirkan Organisasi Zionis yang kemudian menjadi Organisasi Zionis Sedunia.
“Jika saya menyimpulkan kongres Basel dalam satu kata —yang harus saya hindari untuk tidak diucapkan di depan umum— adalah ini: di Basel saya mendirikan negara Yahudi,” tulis Herzl dalam catatan hariannya pada 3 September, dikutip Pawel.
Herzl melanjutkan, “Jika saya mengatakan ini dengan lantang hari ini, semua orang akan menertawakan saya. Mungkin dalam lima tahun, tapi yang pasti dalam lima puluh tahun semua orang akan setuju.”
Negara Yahudi yang diimpikan Herzl memang tidak berdiri lima tahun kemudian. Tapi prediksinya nyaris sempurna: lima puluh tahun enam bulan negara zionis Yahudi itu berdiri di atas tanah rampasan milik orang-orang Arab Palestina dengan diproklamasikannya Israel pada 14 Mei 1948.
Herzl tentu saja tidak bisa menapakkan kaki di negara Yahudi impiannya itu karena ia sudah meninggal pada 3 Juli 1904 di Edlach, Austria. Namanya diabadikan untuk pemakaman nasional Gunung Herzl di Israel, di mana makamnya ditempatkan di puncak bukit.
Baca juga : Bagaimana Zionis Israel mengajarkan anak-anaknya untuk membenci Palestina dan Muslim?
Baca juga : 2 November 1917, Balfour Declaration : Awal Pendudukan Zionis di Palestina
Penolakan Kalangan Konservatif Yahudi terhadap Doktrin Buku “Der Judenstaat”
Ada dua Organisasi yakni, Neturei Karta International maupun International Jewish Anti-Zionism Network. Organisasi-organisasi tersebutlah yang menjadi Pionir dalam perlawanan terhadap gerakan Zionisme yang dianggap telah menyimpang dari ajaran Taurat dan penyebab mencuatnya kembali isu Anti-Semit Internasional.
Yang Pertama adalah “Neturei Karta International” adalah gerakan rabbi-rabbi Yahudi Orthodox yang berdiri di Yerusalem pada tahun 1938. Neturei Karta hendak membuka kembali hubungan persaudaraan antara para penganut agama Abrahamic khususnya Yahudi, Nasrani, dan Muslim yang telah merenggang sekian lama setelah berdirinya Negara zionis Israel di Timur-Tengah.
Neturei Karta berpendapat bahwa antar sesama agama yang berakar dari Nabi Ibrahim sudah selayaknya membina persudaraan yang baik antar etnis khususnya etnis Israel maupun Arab. Pada tahun 2011, negara seteru abadi Israel yakni, Palestina mendapatkan pengakuan keanggotaan dari UNESCO(United Nation Education, Scientific, and Cultural Organization) meski belum mendapatkan peningkatan status dalam tubuh PBB. Hal ini mendapat dukungan penuh Neturei Karta yang Anti terhadap gerakan zionisme kepada Rakyat Palestina sebagai bentuk solidaritas perlawanan terhadap segala bentuk penjajahan di tanah yang dijanjikan.
“International Jewish Anti-Zionism Network” didirikan oleh Sara Kershnar, yang berbasis di San Francisco, mendirikan Ijan pada tahun 2008. Berbeda dengan Naturei Karta yang berisikan oleh rabbi-rabbi Yahudi Orthodox Lembaga ini beranggotakan warga sipil etnis Yahudi jaringan Internasional di 10 negara dimana terdapat orang Yahudi yang tanpa kompromi berkomitmen untuk memperjuangkan emansipasi manusia, dimana pembebasan rakyat Palestina dan tanah merupakan bagian tak terpisahkan .
Lembaga ini berkomitmen untuk membongkaran apartheid Israel, kembalinya pengungsi Palestina, dan akhir dari penjajahan Israel di Palestina. Ini tantangan klaim bohong bahwa Israel dan Zionisme berbicara bagi semua orang Yahudi dan meminjamkan suara strategis yang menantang tuduhan anti-Semitisme melobi siapa saja yang mengkritik Israel.
IJAN juga mengajak untuk mengakhiri dominasi AS ekonomi dan militer di wilayah itu, di mana Israel memainkan bagian penting negara pembersihan etnis dan berkelanjutan atas rakyat Palestina. Mereka keberatan dengan eksploitasi Zionisme sejarah penganiayaan Yahudi dan genosida untuk membenarkan kolonisasi Palestina dan pembersihan etnis Palestina dan kehinaan atas sejarah ini.
Baca juga : Sejak Awal Menjajah Palestina, Gerakan Zionis Selalu Bertujuan Untuk Mendirikan Israel Raya
Baca juga : 29 November 1947, Resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk pembagian tanah Palestina bagi Zionisme