- Mu’awiyah dan Ekspedisi Laut Pertama Islam: Penaklukan Strategis Pulau Siprus di Mediterania
- Ekspedisi laut pertama pasukan Muslim ke Pulau Siprus merupakan salah satu momen penting dalam sejarah Islam yang menunjukkan keberanian dan strategi militer yang visioner. Ekspedisi ini dipimpin oleh Muawiyah bin Abi Sufyan pada tahun 27 H (647 M), setelah mendapat izin dari Khalifah Utsman bin Affan
ZONA PERANG(zonaperang.com) Ekspedisi laut pertama dalam sejarah Islam adalah momen penting yang menandai dimulainya ekspansi kekuasaan Muslim ke wilayah-wilayah di luar Jazirah Arab melalui jalur laut. Ekspedisi ini, yang dilancarkan pada pertengahan abad ke-7 di bawah pemerintahan Kekhalifahan Rasyidin, berujung pada penaklukan Pulau Siprus (Cyprus), salah satu titik strategis penting di Laut Mediterania. Selain menjadi pencapaian militer yang signifikan, ekspedisi ini juga menunjukkan kemampuan angkatan laut Muslim yang baru dibangun.
Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam sejarah ekspedisi laut pertama pasukan Muslim, siapa tokoh-tokoh di baliknya, serta warisan Islam yang tertinggal di Pulau Siprus hingga wilayah tersebut jatuh dari kekuasaan Muslim. Selain itu, kita juga akan menyoroti perjanjian penting yang terjadi setelah penaklukan dan dampaknya terhadap geopolitik kawasan.
Baca juga : Ekspedisi Tabuk : Pengerahan pasukan Muslim dalam lingkungan paling menantang
Latar Belakang Ekspedisi
Setelah penaklukan wilayah Syam(Palestina, Suriah, Yordania, Lebanon), Muawiyah bin Abi Sufyan melihat peluang untuk menaklukkan Pulau Siprus, yang dianggap sebagai titik strategis untuk mengalahkan Kekaisaran Romawi. Sebelumnya, Umar bin Khattab tidak mengizinkan angkatan laut Muslim beroperasi, tetapi dengan izin Utsman, Muawiyah mulai mempersiapkan armada laut.
Muawiyah mengirim surat kepada Utsman untuk meminta izin membentuk angkatan laut. Utsman memberikan izin dengan syarat bahwa perekrutan prajurit harus dilakukan secara sukarela dan bahkan membawa anggota keluarga.
Awal Mula Ekspedisi Laut Pasukan Muslim
Ekspedisi laut pertama yang dilakukan oleh pasukan Muslim terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan (644–656 M), khalifah ketiga dalam sejarah Islam. Di bawah pemerintahannya, Kekhalifahan Rasyidin tidak hanya fokus pada ekspansi darat, tetapi juga mulai memperkuat kekuatan angkatan laut untuk menghadapi ancaman kekaisaran Bizantium yang menguasai banyak wilayah pesisir.
Mu’awiyah bin Abi Sufyan, yang saat itu menjabat sebagai gubernur Suriah, adalah tokoh kunci di balik pembentukan armada laut Muslim. Mu’awiyah memahami pentingnya menguasai jalur laut untuk mengamankan wilayah-wilayah pesisir dan mencegah serangan dari Bizantium yang kuat di laut. Ia memohon izin dari Khalifah Utsman untuk memulai kampanye militer laut, dan akhirnya izin tersebut diberikan, yang membuka jalan bagi misi penaklukan maritim pertama umat Islam.
Penaklukan Pulau Siprus
Pada tahun 28 H (649 M), di bawah kepemimpinan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, armada laut Muslim memulai ekspedisi pertamanya dengan menargetkan Pulau Siprus. Pulau ini memiliki posisi strategis di Laut Mediterania dan merupakan pangkalan penting bagi Kekaisaran Bizantium. Penguasaan atas Siprus akan memberi keuntungan besar bagi Muslim, baik dari segi militer maupun ekonomi, karena lokasinya memungkinkan untuk mengontrol rute perdagangan maritim.
Dipimpin oleh Abdullah bin Qais, armada laut Muslim berhasil mendarat di Siprus tanpa perlawanan yang berarti dari pasukan Bizantium. Penduduk Siprus, yang merasa terancam oleh Bizantium, akhirnya setuju untuk menyerah tanpa pertempuran besar. Sebagai bagian dari perjanjian damai, Siprus sepakat untuk membayar upeti tahunan kepada kekhalifahan Muslim, serta kepada Bizantium, yang menunjukkan status pulau ini sebagai daerah perbatasan yang berfungsi sebagai buffer zone di antara dua kekuatan besar.
Baca juga : 17 Ramadhan, Perang Badar : Perang Terbesar Pertama Umat Islam
Baca juga : Permainan Besar di Timur Tengah: Jalinan Wahabi, Saudi, Inggris dan Zionisme
Perjanjian Siprus
Perjanjian damai menyatakan bahwa penduduk Siprus tidak akan menyerang umat Islam dan tidak akan membantu Kekaisaran Romawi. Sebagai imbalannya, mereka setuju membayar upeti sebesar 7.200 dinar setiap tahunnya. Meskipun secara de jure belum tergabung dalam pemerintahan Islam, geliat dakwah Islam mulai dirasakan oleh masyarakat Siprus.
Pahlawan-Pahlawan Muslim dalam Ekspedisi
Beberapa tokoh Muslim penting yang terlibat dalam ekspedisi laut ini layak mendapat perhatian khusus karena peran mereka yang signifikan dalam mengamankan kemenangan strategis:
Mu’awiyah bin Abi Sufyan: Sebagai gubernur Suriah dan tokoh utama di balik pembangunan angkatan laut Muslim, Mu’awiyah berperan besar dalam mempersiapkan ekspedisi laut ini. Di bawah kepemimpinannya, pasukan Muslim berhasil mencetak kemenangan di wilayah Mediterania yang sebelumnya dikuasai Bizantium.
Abdullah bin Qais: Ia adalah komandan yang memimpin armada laut Muslim dalam ekspedisi ini. Berkat kecakapan strategisnya, penaklukan Siprus dapat dilakukan dengan damai tanpa banyak korban di pihak Muslim.
Ummu Haram binti Milhan: Sosok yang kurang dikenal tetapi memiliki peran penting dalam ekspedisi ini adalah Ummu Haram, salah satu sahabat wanita Nabi Muhammad yang ikut serta dalam ekspedisi laut. Ia meninggal di Siprus dan dimakamkan di sana, di mana kuburannya kemudian menjadi situs ziarah.
Warisan Muslim di Pulau Siprus
Kehadiran Muslim di Pulau Siprus meninggalkan jejak yang masih bisa dilihat hingga kini. Meskipun kekuasaan Muslim di Siprus tidak berlangsung lama, beberapa warisan budaya dan agama tetap bertahan. Salah satu warisan penting yang ditinggalkan adalah Masjid Hala Sultan Tekke, yang dibangun di sekitar makam Ummu Haram. Masjid ini menjadi salah satu situs ziarah penting bagi umat Islam dan menunjukkan pengaruh sejarah Muslim di wilayah tersebut.
Selain itu, budaya Islam juga mempengaruhi bahasa, arsitektur, dan adat istiadat lokal selama periode kekuasaan Muslim. Meskipun pulau tersebut kemudian kembali ke tangan Bizantium dan kemudian di bawah kekuasaan berbagai kerajaan Eropa, jejak Islam tetap hadir dalam sejarahnya.
Lepasnya Siprus dari Kekuasaan Muslim
Meskipun Siprus sempat berada di bawah pengaruh kekhalifahan Muslim, pulau ini akhirnya jatuh kembali ke tangan Bizantium pada pertengahan abad ke-10. Konflik terus-menerus antara Bizantium dan Muslim di kawasan Mediterania menyebabkan hilangnya kontrol Muslim atas Siprus.
“Pada tahun 1974, setelah invasi Turki ke Siprus utara(karena berencana akan bergabung dengan Yunani), situasi semakin rumit dan komunitas Muslim mengalami penurunan signifikan.”
Selama beberapa abad berikutnya, Siprus menjadi bagian dari Kekaisaran Bizantium hingga akhirnya dikuasai oleh tentara Salib dan kemudian menjadi koloni berbagai kerajaan Eropa, termasuk Venesia dan akhirnya Turki Utsmaniyah pada abad ke-16(kemudian diserahkan ke Inggris secara administrasi serta penguasaan wilayah setelah Ottoman masuk PD 1).
Salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam
Ekspedisi laut pertama pasukan Muslim yang berhasil menaklukkan Pulau Siprus merupakan salah satu tonggak penting dalam sejarah Islam. Selain menandai kemampuan angkatan laut Muslim yang baru dibangun, ekspedisi ini juga mencerminkan kebijakan diplomatik dan militer yang cerdik dalam menghadapi Bizantium. Warisan Islam di Siprus, meskipun tidak berlangsung lama, tetap menjadi bagian penting dari sejarah pulau tersebut dan menunjukkan pengaruh peradaban Muslim yang meluas hingga ke Mediterania.
Baca juga : Perjanjian Hudaibiyah: Kontroversi dan Keuntungan Strategis bagi Umat Islam