- Hanya beberapa bulan setelah pengiriman Mirage IIIEL ke Lebanon, sebuah insiden diplomatik yang tidak biasa terjadi.
- Dassault Mirage III adalah keluarga pesawat tempur berkursi tunggal dan bermesin tunggal yang dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan pesawat Prancis, Dassault Aviation. Pesawat ini merupakan pesawat tempur Eropa Barat pertama yang melampaui Mach 2 dalam penerbangan horizontal.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Setelah Perang Arab-Israel 1967, Lebanon menerima beberapa pesawat Mirage III dari Prancis sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kemampuan militernya. Pesawat ini menjadi simbol kekuatan dan modernitas bagi Angkatan Udara Lebanon. Namun, keberadaan pesawat-pesawat ini juga menarik perhatian KGB, yang berusaha untuk mendapatkan akses ke teknologi canggih yang digunakan oleh negara-negara Barat.
Sementara model awal Mirage IIIC sedang menuju produksi massal, Dassault mengalihkan perhatiannya ke pengembangan varian pesawat multiperan/serangan. Upaya ke arah ini akhirnya terwujud dalam bentuk Mirage IIIE kursi tunggal.
Sejumlah besar Mirage IIIE juga dibuat untuk ekspor, dibeli dalam jumlah kecil oleh Argentina sebagai Mirage IIIEA, Brasil sebagai Mirage IIIEBR dan Mirage IIIEBR-2, Lebanon sebagai Mirage IIIEL, Pakistan sebagai Mirage IIIEP, Afrika Selatan sebagai Mirage IIIEZ, Spanyol sebagai Mirage IIIEE, dan Venezuela sebagai Mirage IIIEV, dengan daftar sebutan subvarian, dengan sedikit variasi dalam perlengkapan.
Seperti yang diceritakan oleh Tom Cooper & Sergio Santana dalam buku mereka Lebanese Civil War Volume 1: Palestinian Diaspora, Syrian and Israeli Interventions, 1970-1978, hanya beberapa bulan setelah pengiriman Mirage IIIEL ke Lebanon, sebuah insiden diplomatik yang tidak biasa terjadi. Perwakilan Kedutaan Besar Soviet di Beirut menghubungi Hassan Badaoui, seorang mantan perwira Force Aérienne Libanaise (FAL, Angkatan Udara Lebanon) yang diberhentikan karena pelanggaran, memintanya untuk melakukan kontak dengan salah satu pilot Mirage Lebanon dan memperoleh informasi tentang sistem radar dan avioniknya.
Baca juga : Ketika jet tempur Mig-25 Foxbat India terbang tanpa perlawanan di atas Islamabad
Baca juga : Maroko membocorkan informasi intelijen, “membantu teroris Israel memenangkan Perang Enam Hari 1967”
10 Mirage III EL & BL
Lebanon memesan 10 Mirage IIIEL dan dua IIIBL mulai tahun 1965.
Pada awal tahun 1968, tim Lebanon mengakhiri kursusnya di Prancis dan ditempatkan bersama personel lain dari pangkalan udara induk di pangkalan udara Kleiat sambil menunggu kedatangan “Mirage”. Dua pesawat Mirage pertama mendarat di pangkalan udara Kleiat pada bulan April tahun yang sama, diterbangkan oleh dua pilot Lebanon.
Pesawat lainnya menyusul dalam penerbangan udara non-stop dari Prancis ke Kleiat dan pengiriman selesai pada bulan Juni 1969. “Mirage” melakukan aktivitas udara yang luar biasa dan melaksanakan banyak misi. Tingkat kesiapan penerbangan mereka sangat tinggi karena kapasitas pilot dan tim teknisnya yang tinggi.
Mereka menghabiskan sebagian besar waktu di perang saudara dalam penyimpanan di Ryak dan kemudian dijual ke Pakistan termasuk peluru kendali Matra R530.
Agen ganda
Memang, Badaoui kemudian menghubungi Letnan Mahmoud Matar, menjanjikannya ‘banyak uang’ jika ia mau bekerja sama. Akan tetapi, Matar memainkan permainan ganda: ia segera memberi tahu atasannya, yang menyarankannya untuk tetap berhubungan dengan Badaoui dan Soviet serta memperoleh bukti untuk menuduh mereka melakukan spionase.
“Salah satu tujuan utama pencurian ini adalah untuk merekayasa balik teknologi Mirage, dengan harapan dapat meningkatkan pesawat tempur Soviet seperti MiG-21 Fishbed. Selain itu, dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan Mirage, Soviet dapat menyusun strategi untuk mengalahkan jet tempur ini dalam konflik udara potensial di masa depan.”
Jadi, dalam salah satu pertemuan mereka berikutnya, Soviet tampaknya menyarankan Matar untuk membelot melalui Turki ke Baku di Azerbaijan Soviet saat sedang dalam penerbangan pelatihan navigasi jarak jauh. Sebagai imbalannya, Matar dijanjikan sejumlah US$3 juta($25,732,643 nilai tahun 2024) dan keluarganya akan diamankan di Swiss. Sebagai jaminan keseriusan niat Soviet, Matar menerima US$200.000($1,715,509). Penerbangannya dijadwalkan pada 3 Oktober 1969.
Protes keras
Namun, selama pertemuan terakhir, ketika Soviet bertemu Matar untuk mengatur rencana penerbangannya, polisi Lebanon mendobrak masuk ke apartemen tersebut. Baku tembak pun terjadi, yang mengakibatkan seorang perwira Lebanon dan seorang prajurit, serta Vladimir Vassileev (resminya seorang insinyur di misi komersial Kedutaan Besar Soviet di Beirut), dan Aleksander Komiakov — seorang kolonel Komite Keamanan Negara Soviet (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti, KGB) yang bertanggung jawab atas seluruh operasi — terluka. Meskipun demikian, polisi Lebanon lainnya berhasil menangkap baik Pereira Soviet maupun Hassan Badoui.
Hanya beberapa jam kemudian, Beirut mendapati dirinya menjadi sasaran protes keras dari Moskow. Protes tersebut mencapai skala yang sedemikian besar, sehingga pihak Lebanon tidak menemukan solusi lain: masih di atas tandu, Vassileev dan Komiakov dibawa ke pesawat perusahaan penerbangan Soviet Aeroflot yang menunggu mereka di Beirut IAP, pada tanggal 4 Oktober 1969, dan diterbangkan kembali ke Moskow.
Dampak dan Konsekuensi
Kegagalan mencuri Mirage dari Lebanon adalah pukulan besar bagi KGB dan Uni Soviet. Selain kehilangan kesempatan untuk mengakses teknologi militer canggih, kegagalan ini memperlihatkan kelemahan dalam perencanaan dan eksekusi operasi rahasia Soviet. Bagi negara beruang merah Soviet, ini adalah pengingat bahwa meskipun mereka memiliki jaringan spionase yang luas dan efektif, tidak semua misi bisa berjalan sesuai rencana.
Lebanon terus mengalami ketegangan setelah insiden tersebut, dengan berbagai kelompok bersenjata berjuang untuk kekuasaan. Sementara itu, hubungan antara Uni Soviet dan negara-negara Arab tetap rumit, dengan ketegangan antara ideologi komunis dan kepentingan nasional.
Secara diplomatis, Prancis melindungi pesawat tempur tersebut, melarang negara-negara mengekspor kembali Mirage III mereka ke pihak ketiga tanpa persetujuan mereka di bawah ancaman embargo.
Baca juga : Di Mana Militer Israel Ketika Hamas dan Pejuang lainya Menyerang pada tanggal 7 Oktober?
Baca juga : Pengkhianat TNI-AL: Kisah Letkol Susdaryanto dan KGB