ZONA PERANG (zonaperang.com) Jangan sampai dari satu peristiwa ke peristiwa lain, kita menganggapnya hanya peringatan semata yang dihias seremoni tanpa mengambil inspirasi. Alih-alih mentadabburi(memikirkan secara mendalam kesudahan sesuatu urusan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya), kita malah terperangkap dalam agenda yang kosong dan tak punya arti.
Isra Mi’raj menjadi lebih hidup setelah muslim paham bahwa Masjid Al Aqsha sebegitu pentingnya dalam sejarah umat Islam. Sayang, pentingnya Al Aqsha belum dipahami oleh sebagian besar umat. Naasnya lagi, ada beberapa orang yang asal berbicara hanya bermodal googling dan ensiklopedi online, lalu berkata bahwa Al Aqsha dibangun pertama kali di masa Umar bin Khattab. Jelas sebuah kesalahan fatal.
Faktanya, Masjid Al Aqsha adalah masjid tertua kedua yang dibangun di muka bumi. Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Dzar al Ghifari radhiallahu ‘anhu, ia mengatakan,
“Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali dibangun di muka bumi?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Masjidil Haram.” Aku kembali bertanya, “Kemudian?” Beliau ﷺ menjawab, “Masjid al-Aqsha.”
Kutanya lagi, “Berapa tahunkah jarak pembangunan keduanya?” Beliau ﷺ kembali menjawab, “40 tahun. Dimanapun engkau menjumpai waktu shalat, maka shalatlah, karena tempat (yang engkau jumpai itu) adalah masjid.”
Saat pendudukan Romawi di Palestina, pelataran Masjid Al Aqsha —yang mengalami rekonstruksi berkali-kali— sedang tidak terurus. Bangunannya banyak yang runtuh akibat perang panjang antara Romawi dan Persia.
Ketika Rasulullah ﷺ sedang Isra Mi’raj, bangunan Masjid Al Aqsha digambarkan hanya pelataran dan gundukan bukit yang dikelilingi oleh pagar dengan beberapa bangunan yang sederhana. Ketika dibebaskan oleh generasi sahabat, Umar sendiri yang memimpin pembersihan dan rekontruksi Masjid Al Aqsha.
Fakta seterang ini saja, banyak muslim yang belum tahu. Itulah mengapa jalan Pembebasan Al Aqsha adalah jalan yang masih sepi. Sebab kita belum mengerti, maka bagaimana mungkin mau memperjuangkan?
Banyak yang bilang, “ayolah, membebaskan Al Aqsha itu gampang. Kirim saja semua militer negara muslim ke Palestina untuk melawan zionis!”
Maka pertanyan untuk orang-orang itu, “apa yang akan menggerakkan pemimpin Muslim untuk melakukan langkah sehebat itu? Apa sesuatu yang mampu menggerakkan umat untuk menggulirkan perubahan sefenomenal itu?
Seorang ulama pernah menyampaikan, “Al Aqsha itu dijajah dulu secara pemikiran sebelum militer. Maka untuk membebaskannya, kita harus membebaskannya secara pemikiran sebelum militer pula.”
Hanya mereka yang mengilmui agama dan kokoh imannya, tinggi ilmunya dan besar azzamnya lah yang mampu melakukan langkah pembebasan yang seakan mustahil dilakukan hari ini. Cara kita tentu berbeda dengan cara Rusia menyerang Ukraina. Cara kita bukanlah jua caranya Amerika yang bermuka dua.
Cara kita berbeda, karena ilhamnya adalah Al Qur’an dan hadits. Karena mata air inspirasinya adalah sejarah kemilau pahlawan Islam yang pernah menjadi guru peradaban. Dan itu, nyatanya adalah jalan yang sepi…
“Only he who can see the invisible can do the impossible.” – Frank L. Gaines.
Baca juga : Perang Salib, Kampanye Militer Bermotif Agama dengan Segala Dinamikanya
Baca juga : 5 Cara Jahat yang Digunakan Zionis Israel Jajah Palestina