- Terorisme yang Dikenal: Bagaimana Haganah, Irgun, dan Lehi Mengubah Sejarah Palestina
- Transformasi Militer Israel: Dari Kelompok Teroris menjadi Angkatan Bersenjata Resmi
- Haganah, Irgun, dan Lehi adalah tiga kelompok paramiliter Zionis yang berperan penting dalam pembentukan Israel Defense Forces (IDF). Ketiga kelompok ini memiliki sejarah panjang yang penuh dengan tindakan kekerasan dan teror sebelum akhirnya menjadi bagian dari angkatan bersenjata resmi kolonial Israel.
ZONA PERANG(zonaperang.com) Sebelum berdirinya negara ilegal Israel pada tahun 1948, berbagai kelompok paramiliter Zionis aktif melakukan serangan terhadap penduduk asli Palestina dan otoritas Inggris di bawah Mandat Palestina. Tiga kelompok utama yang berperan dalam kampanye teror ini adalah Haganah, Irgun, dan Lehi.
Ketiga kelompok garis keras ini memiliki tujuan yang sama: mendirikan negara khusus Yahudi dengan mengusir penduduk asli Palestina dan melawan kekuatan Inggris yang menguasai wilayah tersebut. Namun, metode yang digunakan hampir selalu brutal, melibatkan serangan teroris, pembunuhan massal, dan pengusiran paksa.
Setelah kolonialis Israel dideklarasikan pada 14 Mei 1948, kelompok-kelompok ini tidak dibubarkan, tetapi justru diintegrasikan ke dalam Israel Defense Forces (IDF), menjadikannya militer resmi negara rasis yang baru berdiri.
Baca juga : Israel adalah Monster yang diciptakan Barat
Baca juga : Palestina: Jejak Sejarah dari Nabi hingga Penjajahan
Haganah: Dari Milisi Rahasia Pertahanan Awal ke IDF
Haganah yang berarti “pertahanan” dalam bahasa Ibrani adalah kelompok paramiliter Zionis terbesar yang didirikan pada tahun 1920. Secara resmi, Haganah diklaim sebagai organisasi “pertahanan” Yahudi, tetapi kenyataannya mereka terlibat dalam banyak aksi kekerasan terhadap warga Palestina dan Inggris terutama selama Pemberontakan Besar 1936-1939.
Awalnya, Haganah berfokus pada pertahanan terhadap serangan muslim dan Arab atas kedatangan dan tindakan kekerasan oleh mereka sendiri, tetapi seiring waktu, kelompok tersebut mulai melakukan operasi ofensif. Setelah Perang Dunia II, Haganah memimpin pemberontakan melawan otoritas Inggris, termasuk sabotase infrastruktur dan penyelundupan imigran Yahudi ilegal ke Palestina
Tindakan Kekerasan yang Dilakukan Haganah:
- Operasi Balas Dendam: Menyerang desa-desa Palestina yang menolak pengambilalihan tanah oleh Zionis.
- Eksodus Paksa: Bekerja sama dengan Irgun dalam operasi untuk mengusir warga Palestina dari rumah mereka.
- Haganah juga bertanggung jawab atas Operation Markolet seperti “The Night of the Bridges” (1946), di mana mereka menghancurkan jembatan strategis untuk mengganggu pasukan Inggris.
- Pembantaian di Lydda dan Ramle (1948): Ribuan warga Palestina diusir dan dibantai dalam operasi pembersihan etnis.
Pada tahun 1948, Haganah resmi menjadi dasar dari Israel Defense Forces (IDF), menjadikan taktik teror yang mereka gunakan sebagai bagian dari kebijakan militer penjajah Israel.
Irgun: Teror terhadap Palestina dan Inggris
Irgun Zvai Leumi (Irgun) atau Organisasi Militer Nasional adalah organisasi paramiliter yang lebih ekstrem dibandingkan Haganah. Mereka menggunakan bom, pembunuhan politik, dan terorisme untuk mencapai tujuan mereka.
Irgun, atau Etzel, adalah kelompok paramiliter yang lebih radikal yang memisahkan diri dari Haganah pada tahun 1931. Irgun terkenal karena serangan terorisnya terhadap otoritas Inggris dan penduduk Arab Palestina.
Aksi Teror dan Kekerasan Terkenal Irgun:
- Pemboman Hotel King David (1946): Irgun meledakkan hotel yang digunakan oleh administrasi Inggris di Yerusalem, menewaskan 91 orang, termasuk warga sipil.
- Pembantaian Deir Yassin (9 April 1948): Irgun dan Lehi menyerang desa Deir Yassin, membunuh lebih dari 100 warga Palestina, termasuk wanita dan anak-anak. Banyak korban dimutilasi dan dilempar ke sumur.
Pemimpin Irgun, Menachem Begin, kemudian menjadi Perdana Menteri Israel, menunjukkan bagaimana teroris Zionis diintegrasikan ke dalam sistem pemerintahan Israel.
Lehi (Stern Gang): Kelompok Pembunuh Politik
Lehi atau Lohamei Herut Israel (Pemberontak Kebebasan Israel), juga dikenal sebagai Stern Gang, adalah kelompok paling radikal di antara ketiganya. Mereka percaya bahwa kekerasan adalah satu-satunya cara untuk membentuk negara Yahudi.
Lehi adalah kelompok paramiliter yang lebih kecil dan lebih ekstrem yang memisahkan diri dari Irgun pada tahun 1940. Lehi terkenal karena upaya mereka untuk bersekutu dengan Nazi Jerman selama Perang Dunia II dalam upaya untuk mengusir Inggris dari Palestina
Aksi Teror Ekstremisme dan Aliansi Kontroversial Lehi:
- Pembunuhan Lord Moyne (1944): Menteri Inggris di Timur Tengah dibunuh di Kairo oleh anggota Lehi.
- Pembantaian di Deir Yassin (1948): Bersama dengan Irgun, Lehi melakukan pembantaian brutal terhadap warga Palestina.
- Pembunuhan Diplomat PBB Count Bernadotte (1948): Bernadotte berusaha menciptakan solusi damai untuk Palestina, tetapi dibunuh oleh Lehi karena dianggap mengancam kepentingan Zionis.
Ironisnya, salah satu pemimpin Lehi, Yitzhak Shamir, kemudian menjadi Perdana Menteri Israel.
Baca juga : Pemerkosaan sebagai Senjata Zionis Israel: Kekerasan dan Ketidakadilan yang Tak Terbendung
Baca juga : Jejak Dukungan Bung Karno untuk Kemerdekaan Palestina
Pembentukan Israel Defense Forces
Setelah deklarasi kemerdekaan entitas ilegal Israel pada 14 Mei 1948, David Ben-Gurion, Perdana Menteri pertama penjajah Israel, memerintahkan pembentukan IDF. Haganah, Irgun, dan Lehi dibubarkan dan anggotanya diintegrasikan ke dalam IDF. Proses ini tidak selalu mulus, dengan insiden seperti insiden Altalena, di mana terjadi bentrokan antara IDF dan Irgun.
“Setelah 14 Mei 1948, Haganah diubah menjadi Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Irgun dan Lehi bergabung dengan IDF dalam periode transisi ini, meskipun tetap beroperasi secara independen selama beberapa waktu.”
Tindakan Brutal Pasca-1948: Dari Pembersihan Etnis hingga Pendudukan
Setelah entitas ilegal Israel didirikan, taktik teror tidak berhenti. IDF yang dibentuk dari Haganah, Irgun, dan Lehi melanjutkan kebijakan ekspansi dan kekerasan.
Beberapa Kejahatan yang Dilakukan IDF Pasca-1948:
- Nakba (1948): Lebih dari 750.000 warga Palestina diusir dari tanah mereka. Ratusan desa Palestina dihancurkan untuk menghapus jejak sejarah Palestina.
- Operasi militer seperti Operasi Hiram (1948) dan Operasi Yoav (1948) juga menyebabkan korban sipil yang besar.
- Pembantaian Kafr Qasim (1956): Tentara Israel membunuh 49 warga Palestina yang sedang pulang ke rumah mereka setelah jam malam yang diberlakukan secara tiba-tiba.
- Perang 1967 & Pendudukan Palestina: Kolonialis Israel mencaplok Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur. Ribuan warga Palestina dibunuh atau dipenjara.
- Pembantaian Sabra dan Shatila (1982): Dengan dukungan Israel, milisi Kristen Lebanon membantai lebih dari 3.000 pengungsi Palestina di kamp Sabra dan Shatila.
- Pengeboman brutal dan penguasaan wilayah Syria pasca jatuhnya rejim Assad(2024): Zionis kini Israel kini menguasai 30 persen pasokan air Suriah dan 40 persen pasokan air Yordania, merebut zona penyangga yang disepakati tahun 1974 serta mengambil alih puncak tertinggi Gunung Hermon (pos terdepan Jabal El Sheikh) pada hari yang sama runtuhnya kekuasaan Damaskus(8 Desember 2024).
Serangan-serangan terhadap kamp-kamp pengungsi Palestina, pembunuhan massal, dan penggunaan taktik militer yang kejam menjadi ciri khas operasi militer Israel selama bertahun-tahun.
Referensi & Literatur
- “The Ethnic Cleansing of Palestine” – Ilan Pappé
- “Righteous Victims: A History of the Zionist-Arab Conflict, 1881-2001” – Benny Morris
- “Terror Out of Zion: The Fight for Israeli Independence” – J. Bowyer Bell
- Al Jazeera: “Nakba – The Catastrophe of 1948”
- The Guardian: “How Zionist Terrorists Helped Create Israel”
- “The Iron Wall: Israel and the Arab World” oleh Avi Shlaim
- “Righteous Victims: A History of the Zionist-Arab Conflict, 1881-2001” oleh Benny Morris
Baca juga : Terorisme Memiliki Agamanya Sendiri: Standar Ganda dan Manipulasi
Baca juga : Sejarah dan Dinamika Politik Syria: Dari Tanah Syam hingga Kejatuhan Rezim Bashar al-Assad