- Kalahnya Pasukan Mongol (Dinasti Yuan) di Tanah Jawa: Sejarah, Strategi, dan Dampaknya
- Pada abad ke-13, Dinasti Yuan dari Mongol menjadi salah satu kekuatan terbesar di dunia. Di bawah pimpinan Kublai Khan, pasukan Mongol berhasil menguasai wilayah yang luas, termasuk Tiongkok, Korea, dan sebagian besar Asia Tengah. Namun, salah satu peristiwa bersejarah yang menandai kekalahan mereka adalah serangan mereka ke Tanah Jawa, yang berakhir dengan kegagalan.
ZONA PERANG (zonaperang.com) Kerajaan Mongol yang dipimpin oleh Kubilai Khan(23 September 1215 – 18 February 1294) merupakan kerajaan yang sangat kuat pada abad ke-13 Masehi. Dia jugalah yang menyerang Baghdad dan meluluhlantakan kerajaan Abbasiah pada 10 Februari 1258.
Pada masa itu Kerajaan Mongol yang beibukota di Dadu(sekarang Beijing atau Peking)memiliki wilayah kekuasaan yang tersebar diberbagai negara, seperti: Rusia, Asia Tengah, China, Irak, Polandia, maupun wilayah Asia Tenggara.
Pada 31 Mei pasukan Mongol meraih kemenangan atas pasukan koalisi beberapa negara Rus’ di tepi sungai Kalchik atau Kalka di kawasan Oblast Donetsk Modern, Ukraina. Namun saat pasukan Mongol yang berbahasa Mongolia dan Mandarin mencoba menguasai tanah Jawa mampu di kalahkan.
Saat itu pasukan Mongol dikalahkan oleh Raden Wijaya yang merupakan pendiri dan raja pertama Kerajaan Majapahit. Dengan kecerdikan Raden Wijaya, pasukan Mongol terpaksa harus mundur dan meninggalkan tanah Jawa kembali ke China. Peristiwa itu diperkirakan terjadi pada 31 Mei 1293 di Jawa, tepatnya di wilayah Surabaya.
Baca juga : 10 Februari 1258, Pasukan Mongol menduduki Bagdad : Saat warna sungai Tigris Irak berubah menjadi hitam
Baca juga : Der Judenstaat, Theodor Herzl dan Perampasan Tanah Palestina
Sejarah datangnya pasukan Mongol
Dalam buku 7 Abad Penantian (2018) karya Yati Lestari, Raden Wijaya atau Raden Vijaya( 1293–1309) adalah menantu Sri Maharaja Kertanagara(meninggal 1292) yang merupakan raja Kerajaan Singasari.
Kerajaan Singasari(Tumapel) merupakan kerajaan terkuat yang ada di Jawa waktu itu dan mencuri perhatian salah satu Dinasti atau Yuan raya Yuan(1271 – 1368) dari China. Waktu itu penguasanya adalah Kubilai Khan yang juga cucu Genghis Khan.
“Kublai Khan mengirimkan pasukan besar untuk menyerang Jawa. Alasan utama serangan ini adalah untuk memperluas wilayah kekuasaan Dinasti Yuan dan menguasai jalur perdagangan yang strategis di Asia Tenggara. “
Pada waktu itu Kubilai Khan sang pendiri dinasti Yuan mengirim utusannya untuk menarik upeti Kerajaan Singasari pada 1289. Sudah beberapa kali Kubilai Khan mengirim utusan ke Jawa, yakni pada tahun 1280, 1281, dan 1286. Namun bukan upeti yang diperoleh tapi penolakan. Bahkan dengan teganya menyiksa dan memotong telinga utusan Kubilai Khan yang terakhir.
Mongol invasion of Java
Kondisi itu membuat marah Kubilai Khan marah dan mengirimkan ekspedisi besar ke Jawa sebagai ungkapan kemarahan. Ekspedisi berkekuatan 20.000 – 30.000 tentara(diambil dari Cina bagian selatan yang lebih tahan cuaca panas) tersebut untuk menghukum Raja Jawa, yakni Kertanegara. Namun sebelum pasukan Mongol tiba di Jawa, Raja Kertanegera sudah terbunuh dan Kerajaan Singasari lengser antara tanggal 18 Mei dan 15 Juni 1292 akibat pemberontakan.
“Pasukan Mongol dikenal karena keahlian mereka dalam perang darat, tetapi serangan ke Jawa memerlukan strategi yang berbeda karena wilayah ini berada di seberang laut.”
Dibunuh
Raja Kertanegara dibunuh oleh Jayakatwang yang merupakan seorang bupati Gelanggelang (kini Madiun)yang merasa tidak puas dengan Kertanegara. Peristiwa itu membuat tahta Kerajaan Singasari menjadi kosong.
Kemudian Jayakatwang mengambil alih posisi raja dan memindahkan kekuasaan kerajaan ke Kediri. Jayakatwang juga mengasingkan keturunan Kertanegara salah satunya Raden Wijaya menantu Kertanegara ke Pulau Madura(Sumenep).
Raden Wijaya yang merasa dendam berusaha untuk mengulingkan Jayakatwang dengan mencari bantuan. Raden Wijaya menggunakan kesempatan dengan kedatangan pasukan Mongol ke Jawa yang hendak membalas dendam.
Dengan kecerdikan Raden Wijaya, akhirnya pasukan Mongol bersatu untuk menyerang Jayakatwang. Mereka juga dibantu kerajaan-kerajaan kecil di Jawa yang juga tidak suka dengan Jayakatwang.
Baca juga : Golani Brigade : Runtuh dan Hancurnya Mitos Tidak Terkalahkan Tentara Terbaik Zionis Israel
Baca juga : Saifuddin al-Qutuz : Penghancur mitos tidak terkalahkan pasukan invasi Mongol
Menyerang pasukan Mongol
Dilansir Historia, Raden Wijaya yang merupakan pendiri Kerajaan Majapahit mengandeng pasukan Mongol atau Cina itu untuk balas dendam kepada Jayakatwang.
Pasukan dari dinasti Yuan(salah satu dari dua dinasti di Cina yang tidak didirikan oleh orang China) tiba di Majapahit pada 1 Maret 1293. Sebelumnya mereka terlebih dahulu singgah di Malaya dan Sumatra untuk meminta pengakuan mereka sebelum akhirnya menuju Tuban dan mendirikan perkemahan di tepi Sungai Brantas.
Perwakilan pasukan Mongol bernama Ike Mese(Yikomusu) mengirim tiga orang perwiranya ke kampung baru Majapahit. Mereka meminta agar Raden Wijaya tunduk dan mengakui kekuasaan Kubilai Khan.
Raden Wijaya pun akan tunduk kalau Mongol membantunya melawang Jayakatwang dari Gelang-Gelang yang telah membunuh Kertanegara dan menghancurkam Kerajaan Singasari.
Pada 20 Maret 1293, tentara gabungan Raden Wijaya dan Mongol China mengepung Jayakatwang. Itu membuat Jayakatwang dan pasukan kocar-kacir dan terjun ke Sungai Brantas.
Setelah menundukkan Jayakatwang pada 26 April 1293, Raden Wijaya meminta izin kepada pasukan Mongol untuk kembali ke Majapahit mengambil upeti dengan kawalan dua perwira dan 200 prajurit.
Tapi ditengah perjalanan, Raden Wijaya menghabisi pasukan Mongol yang mengawalnya ke Majapahit dalam perjalaannya. Kemudian Raden Wijaya justrus balik menyerang pasukan Mongol di Kediri yang pasukannya berkurang.
Kembali ke Cina
Mereka sedang berkemah di Daha dan Canggu(daerah Kediri) yang tengah berpesta merayakan kemenangan. Mereka pun terpaksa mundur ke laut dalam kejaran pasukan Majapahit dan meninggalkan tanah Jawa dengan terlebih dahulu membunuh Jayakatwang dan putranya, yaitu Ardharaja, di atas kapal.
Pasukan Mongol hanya empat bulan berada di tanah Jawa. Pada 31 Mei 1293, pasukan Mongol kembali ke China dan tiba 8 Agustus 1293. Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit pada 10 November 1293.
Dampak Keberhasilan
Keberhasilan Jawa dalam mengalahkan pasukan Mongol memiliki dampak besar dalam sejarah Nusantara. Keberhasilan ini memperkuat posisi Raden Wijaya sebagai pemimpin yang berpengaruh. Setelah mengalahkan pasukan Mongol, Raden Wijaya mendirikan Kerajaan Majapahit pada tahun 1293, yang kemudian menjadi salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.
Keberhasilan Jawa juga memperkuat semangat nasionalisme dan kebanggaan di kalangan masyarakat Jawa. Ini menjadi titik balik dalam sejarah Jawa, di mana masyarakat mulai mempercayai diri mereka sendiri dan berkomitmen untuk mempertahankan kemerdekaan mereka.
Pengaruh Hingga Saat Ini
Keberhasilan mengalahkan Mongol dalam mengalahkan pasukan Mongol masih memiliki pengaruh hingga saat ini. Sejarah ini menjadi bagian integral dari identitas nasional Indonesia dan sering kali dijadikan sebagai inspirasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, militer, dan budaya.
Selain itu, keberhasilan ini juga menjadi pelajaran berharga tentang strategi militer dan pertahanan. Strategi gerilya yang digunakan oleh Raden Wijaya masih relevan hingga saat ini dan sering kali dijadikan sebagai referensi dalam strategi militer modern.
Baca juga : Jarang Diketahui, 7 Pertempuran yang Menentukan Sejarah Dunia
Baca juga : Ketika Uighur Mendirikan Republik Islam Turkestan Timur