Artikel

KRI Irian (201) : Penjelajah kelas Sverdlov andalan ALRI (TNI-AL) untuk melawan Belanda di Papua

KRI Irian 201

ZONA PERANG (zonaperang.com) – Sebelum menjadi milik Indonesia, KRI Irian pernah mengantarkan pemimpin Uni Soviet saat itu Nikita Khrushchev dan Perdana Menteri Nikolai Bulganin pada 1956 berkunjung ke Inggris. Perang Dingin sedang berlangsung antara Blok Barat yang liberal dan Blok Timur yang komunis.

Ordzhonikidze (310) yang dikawal dua kapal perusak tiba pada 18 April dan bersandar di Pelabuhan Portsmouth, Inggris selatan Setelah kunjungan itu, hubungan Britania Raya dan Uni Soviet memburuk. Seorang perwira pasukan katak Inggris, Lionel Crabb, hilang secara misterius di sekitar kapal Soviet. Majalah Life (28/05/1956) menyebut Crab muncul di antara dua kapal perusak dan akhirnya menghilang.

Ia ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di dekat kapal-kapal itu. Menurut Peter Wright dalam bukunya Spycatcher (1987), Crabb dikirim untuk menyelidiki baling-baling Ordzhonikidze, sebuah desain baru yang ingin diteliti oleh Intelijen Angkatan Laut..

Spesifikasi

Ordzhonikidze (310) buatan galangan kapal Admiralty Shipyard, Leningrad(Saint Petersburg) yang pengerjaannya dimulai sejak 19 Oktober 1949 dan diluncurkan pada 17 September 1950. Sejak 30 Juni 1952 kapal ini mulai menjadi bagian dari armada Angkatan Laut Uni Soviet yang dikenal sebagai Armada Laut Baltik Uni Soviet.

Ordzhonikidze merupakan sebuah kapal kapal jenis penjelajah ringan (light cruiser)kelas Sverdlov (Project 68-bis). Panjangnya 210 meter dengan lebar 22 m. Bobot penuh kapal mencapai 16,640 ton. Kapal ini termasuk canggih pada masanya.

Senjata utama dari kapal ini adalah 4 buah turret/kubah, dimana setiap turret berisi 3 meriam kaliber 6 inchi. Sehingga total ada 12 meriam kaliber 6 inchi di geladaknya. Senjata sekundernya berupa Meriam 6 × twin 10 cm (3.9 in)/56 cal Model 1934  SM-5-1 dan 16 × twin 3.7 cm (1.5 in) AA V-11M sebagai senjata anti pesawat. Untuk meladeni pertempuran bawah air kapal dilengkapi 10 tabung torpedo antikapal selam kaliber 533 mm, persenjataan yang diusung sedikit dibawa kelas penjelajah berat (heavy cruiser) seperti USS Wisconsin, USS Iowa, dan USS Missouri.

Sverdlov memiliki lapisan baja 100 mm (4 in.) dan memiliki dek lapis baja 50 mm (2 in.). Turret dilindungi oleh armor 175 mm (7 in.) dan menara conning, dengan armor 150 mm (5,9 in).

Radar utama kapal penjelajah termasuk satu radar pencarian udara ‘Big Net’ atau ‘Top Trough’, satu radar pencarian udara ‘High Sieve’ atau ‘Low Sieve’, satu radar pencarian udara ‘Knife Rest’ dan satu radar udara ‘Slim Net’ radar pencarian.

Untuk radar navigasi kapal memiliki satu model ‘Don-2’ atau ‘Neptunus’. Untuk tujuan pengendalian tembakan, kapal dilengkapi dengan dua radar ‘Sun Visor’, dua radar meriam ‘Top Bow’ 152 mm dan delapan radar meriam ‘Egg Cup’. Untuk penanggulangan elektronik, kapal dilengkapi dengan dua sistem ECM ‘Watch Dog’.

Berpindah Tangan

Bertahun-tahun setelah insiden di Pelabuhan Portsmouth yang menewaskan Lionel Crab, hubungan Indonesia dan Belanda memanas dalam perebutan Irian Jaya. Untuk mengimbangi kekuatan Angkatan Laut Belanda yang mempunyai HNLMS Karel Doorman, Ordzhonikidze (310) didatangkan ke Indonesia dan namanya diganti menjadi KRI Irian(201) alias Ikut Republik Indonesia anti-Netherlands. Sebelumnya Rusia tidak pernah menjual kapal seberat dan sebesar ini. Terlihat bagaimana saat itu Rusia begitu mengistimewakan Indonesia.

Sebelum dibawa ke Indonesia, pihak Uni Soviet berusaha memodifikasi Ordzhonikidze agar bisa dioperasikan di perairan tropis yang bersuhu 40 derajat celcius, tentu butuh modifikasi  karena kapal ini biasa beroperasi di perairan Baltik yang nyaris beku.

Serah terima terima kapal terjadi pada 3 Oktober 1961, dan dua hari kemudian kapal tersebut resmi menjadi milik Indonesia. Dari Uni Soviet kapal ini dibawa oleh para pelaut Indonesia di bawah komando Kolonel Frits Suak.

Tahun 1962, kapal tiba di Pelabuhan Surabaya. Karena kurang pengalaman, kapal berharga mahal itu langsung mengalami kerusakan. Suhu yang panas juga membuat sejumlah peralatan tidak bisa berfungsi optimal.

”Kapal penjelajah KRI Irian 201, belasan unit kapal selam wiskey class bersenjatakan torpedo dan rudal, serta pembom jarak jauh Tu-16KS badger dengan rudal AS-1 Kennel potensial menenggelamkan HNLMS Karel Doorman,” tulis Achmad Taufiqoerachman dalam Kepemimpinan Maritim (2019:258).

Saat terjadi konflik tersebut, seperti dicatat Bernard Kent Sondakh dan kawan-kawan dalam Laksamana Kent Menjaga Laut Indonesia (2014:38), Indonesia memiliki 12 fregat, 12 kapal selam, 22 kapal cepat bertorpedo dan berpeluru kendali, 4 kapal penyapu ranjau, dan KRI Irian. ”Itu sebabnya, melalui proses perundingan dan saran dari Amerika Serikat, Belanda kemudian memilih hengkang dari Papua,” tulis Achmad Taufiqoerachman.

Baca juga : SS-N-2 Styx : Rudal Anti Kapal Pertama ALRI(TNI-AL)

KRI Irian adalah kapal terbesar yang pernah dimiliki Indonesia hingga saat ini. Ketika bersandar di perairan Surabaya, seperti digambarkan I Nyoman Suharta dalam Arek Bumi Moro: Menelusuri Jalan Hree Dharma Shanty (2015), ”Panjang KRI Irian hampir memenuhi separuh panjang dermaga. Di depannya bersandar beberapa destroyer dan di bekalangnya sebuah kapal tanker. Kedua kapal itu tampak kecil dibandingkan dengan KRI Irian.”

Jumlah awak kapal ini sebanyak 1.050 orang. Beberapa alumni KRI Irian antara lain dr. Tarmidzi Taher (Kepala kesehatan KRI Irian antara 1963-1965), dr. Kartono Muhammad (dokter kapal), dan Widodo AS yang kelak menjadi KSAL. Setelah Belanda hengkang, KRI Irian membuat Angkatan Laut Indonesia disegani di bumi belahan selatan.

Bulan Maret 1964, KRI Irian dikirim kembali  ke Vladivostok guna menjalani sejumlah perbaikan. Para teknisi di Pabrik Kapal Dalzavod kaget melihat kondisi Ordzhonikidze yang mengalami kerusakan cukup parah. Bulan Agustus 1964, kapal selesai diperbaiki dan dipulangkan ke Surabaya. Namun hingga akhir konfrontasi dengan Belanda, KRI Irian tercatat tidak pernah berhadapan dengan kapal musuh.

Akhir Hidupnya

Setelah usaha Kudeta PKI gagal tahun 1965, kesiap siagaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) ALRI dan Angkatan lain kemudian mulai menurun karena kelangkaan suku cadang. Kapal tersebut tidak dipergunakan lagi saat Laksamana Sudomo menjadi Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL).

Seperti dilaporkan majalah Exspres (8 Agustus 1970), saat itu anggaran ALRI menurun, sementara biaya opersional KRI Irian dinggap terlalu besar untuk ukuran Indonesia saat itu. Selain itu, ukuran KRI Irian yang sangat besar juga membuatnya hanya bisa singgah dan bersandar di Jakarta, Surabaya, dan Ambon.

Baca Juga : Tupolev Tu-16KS & KS-1 Komet : Menu Rahasia AURI(TNI-AU) untuk membawa Kapal Induk Karel Doorman Belanda tidur di dasar Lautan

Versi wartawan senior Hendro Subroto, kapal perang ini dijual di Jepang setelah persenjataannya dipreteli. Hendro menyebut sebenarnya KRI Irian tidak kekurangan suku cadang. Hanya saja tidak ada teknisi yang bisa merawat dan memperbaiki KRI Irian setelah peristiwa Gestapu tahun 1965. Semua teknisi Rusia sudah dipulangkan ke negaranya. Hubungan dengan negara-negara blok Soviet juga sudah memburuk.

Menurut Sudomo dalam biografinya yang ditulis Julius Pour, Laksamana Sudomo, Mengatasi Gelombang Kehidupan (1997:178), kebanyakan kapal perang dari Blok Timur kondisinya menurun karena tidak tersedianya suku cadang yang cukup sehingga tak ada jalan lain kecuali tak lagi memakainya.

Ketika Indonesia mulai dekat dengan Amerika Serikat dan Blok Barat, alat tempur buatan Blok Timur yang ada di Indonesia pun jadi perhatian agen Uni Soviet. Menurut Ken Conboy dalam Intel: Menguak Tabir Dunia Intelijen Indonesia (2007:97), terdapat Proyek 055(kode untuk KRI Irian) di Surabaya sisa bantuan Uni Soviet kepada Indonesia.

Di era Orde Baru, menghilangkan KRI Irian dianggap solusi terbaik demi kemajuan ALRI. Kapal tersebut kemudian dibesituakan. Sebagian pihak menyebutnya ke Taiwan, sementara Tempo (1977) menyebutnya ke Jepang.

Terdapat versi lain saat akan dibesituakan, KRI Irian dicegat oleh sejumlah kapal dari Uni Soviet. Kapal ini diambil alih oleh Soviet den karena tidak ingin rahasia kapal penjelajah miliknya jatuh ke tangan Blok Barat.

Setelah itu tak ada lagi kapal ALRI yang sebesar dan sekuat KRI Irian hingga saat ini. Yang tersisa kemudian hanya kenangan, termasuk bagi Sukarno.

Seperti dicatat Julius Pour dalam Pengalaman dan Kesaksian Sejak Proklamasi sampai Orde Baru (1995:48) ”Bung Karno mengajak Haryati (Istri resmi ke 4 sebelum akhirnya diceraikan) berbulan madu di KRI Irian.” Setelah menempuh perjalanan Jakarta-Makassar dengan pesawat terbang, sebagaimana ditulis dalam Hariyatie Soekarno The Hidden Story: Hari-hari Bersama Bung Karno, 1963-1967 (2001), keduanya kemudian melanjutkan perjalanan ke Papua dengan menggunakan KRI Irian.

 

ZP

Recent Posts

Negara Arab dimata Taliban Afganistan tentang Perjuangan Palestina

ZONA PERANG(zonaperang.com) Konon, ketika pemerintahan pertama Taliban diundang dalam konferensi mengenai isu Palestina di salah…

1 bulan ago

Mesir

Pada tanggal 5 Oktober 1985, selama dinas wajibnya di Pasukan Keamanan Pusat Polisi Mesir di…

1 bulan ago

Fakta unik peranan rusia dalam hubungan dengan Amerika

Siapa yang mendukung Amerika dalam Revolusi Amerika melawan Inggris? RUSIA.

1 bulan ago

Jordan Files : Mengapa kerajaan Yordania melindungi zionis Israel Dari serangan lawan-lawanya?(Bagian ke-2)

ZONA PERANG(zonaperang.com) Salah satu peran yang ditugaskan kepada Yordania adalah koordinasi keamanan, karena Yordania memainkan…

2 bulan ago

Garis waktu perang Kolonial Zionis Israel vs Palestina 8 – 15 Mei 2024 (bagian 27): “Ada indikasi jelas bahwa Israel akan segera berakhir”

Faktor2 pendorong kehancuran rezim Zionis: kurangnya kohesi sosial di tengah masyarakat Israel, ledakan problem ekonomi,…

2 bulan ago

10 Pesawat Terburuk di Perang Dunia ke-2

Dengan meningkatnya ketegangan di Eropa pada akhir tahun 1930-an, beberapa negara seperti Amerika, Inggris, Prancis,…

2 bulan ago